Share

Home Stories

Stories 10 November 2022

Gelombang Panas Tewaskan 15.000 Orang di Eropa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa sedikitnya 15.000 orang tewas akibat gelombang panas di Eropa selama 2022

Seorang pejalan kaki sedang melindungi dirinya dari sinar matahari saat sedang berjalan di London, Inggris. -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sedikitnya 15.000 orang tewas akibat gelombang panas di Eropa selama 2022. WHO juga menyatakan bahwa kemungkinan besar angka kematian ini masih terus meningkat.

Di antara negara-negara eropa, Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Henri Kluge mengatakan bahwa Spanyol, Inggris, Jerman dan Portugal menjadi negara-negara yang mencatatkan kematian terbanyak akibat gelombang panas ini.

“Berdasarkan data negara yang disampaikan sejauh ini, diperkirakan setidaknya 15.000 orang meninggal secara khusus karena panas pada tahun 2022. Di antara itu, hampir 4.000 kematian di Spanyol, lebih dari 1.000 di Portugal, lebih dari 3.200 di Inggris, dan sekitar 4.500 kematian di Jerman dilaporkan oleh otoritas kesehatan selama 3 bulan musim panas," kata Kluge dikutip dari Helsinki Times

Dilansir Daily Mail, Sejak Juli hingga Agustus 2022 tercatat sebagai bulan-bulan terpanas di Eropa. Bahkan, suhu yang panas ini telah mengakibatkan Eropa merasakan kekeringan terburuknya sejak Abad Pertengahan. 

Panasnya suhu di Benua Biru tersebut diperkirakan masih akan terus berlangsung. Sehingga, jumlah kematian di berbagai negara juga diperkirakan masih akan meningkat. “Perkiraan ini diperkirakan akan meningkat karena lebih banyak negara melaporkan kematian berlebih karena panas.” ujar Kluge.

Kemudian, Kluge juga mengambil contoh dari jumlah kematian yang meningkat di Prancis. Berdasarkan Institut Statistik dan Studi Ekonomi Nasional Prancis (INSEE), lebih dari 11.000 orang meninggal dalam periode 1 Juni hingga 22 Agustus 2022, lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2019. 

Menurut Kluge dan INSEE, kemungkinan besar bertambahnya jumlah kematian di Prancis tersebut disebabkan oleh cuaca di eropa yang memanas. Diketahui, suhu cuaca di Eropa memang telah menghangat secara signifikan selama periode 1961–2021, dengan rata-rata kenaikan suhu sekitar 0,5 derajat celcius per dekade.


Disebabkan Perubahan Iklim

Kluge menjelaskan bahwa memanasnya suhu di Eropa yang telah menyebabkan kematian dari kurang lebih 15.000 orang tersebut adalah dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim. Matinya ribuan orang ini dapat dijadikan alarm bagi negara-negara di seluruh dunia agar mau melakukan tindakan untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. 

Pada tahun ini, rata-rata suhu global mengalami kenaikan hingga 1,1 derajat celcius. Dari kenaikan sebesar itu saja, dampaknya telah mengakibatkan belasan ribu orang meninggal di Eropa. Maka, jika rata-rata kenaikan suhu global nantinya semakin besar, dampaknya juga bisa dipastikan akan semakin parah.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 10 November 2022

Gelombang Panas Tewaskan 15.000 Orang di Eropa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa sedikitnya 15.000 orang tewas akibat gelombang panas di Eropa selama 2022

Seorang pejalan kaki sedang melindungi dirinya dari sinar matahari saat sedang berjalan di London, Inggris. -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sedikitnya 15.000 orang tewas akibat gelombang panas di Eropa selama 2022. WHO juga menyatakan bahwa kemungkinan besar angka kematian ini masih terus meningkat.

Di antara negara-negara eropa, Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Henri Kluge mengatakan bahwa Spanyol, Inggris, Jerman dan Portugal menjadi negara-negara yang mencatatkan kematian terbanyak akibat gelombang panas ini.

“Berdasarkan data negara yang disampaikan sejauh ini, diperkirakan setidaknya 15.000 orang meninggal secara khusus karena panas pada tahun 2022. Di antara itu, hampir 4.000 kematian di Spanyol, lebih dari 1.000 di Portugal, lebih dari 3.200 di Inggris, dan sekitar 4.500 kematian di Jerman dilaporkan oleh otoritas kesehatan selama 3 bulan musim panas," kata Kluge dikutip dari Helsinki Times

Dilansir Daily Mail, Sejak Juli hingga Agustus 2022 tercatat sebagai bulan-bulan terpanas di Eropa. Bahkan, suhu yang panas ini telah mengakibatkan Eropa merasakan kekeringan terburuknya sejak Abad Pertengahan. 

Panasnya suhu di Benua Biru tersebut diperkirakan masih akan terus berlangsung. Sehingga, jumlah kematian di berbagai negara juga diperkirakan masih akan meningkat. “Perkiraan ini diperkirakan akan meningkat karena lebih banyak negara melaporkan kematian berlebih karena panas.” ujar Kluge.

Kemudian, Kluge juga mengambil contoh dari jumlah kematian yang meningkat di Prancis. Berdasarkan Institut Statistik dan Studi Ekonomi Nasional Prancis (INSEE), lebih dari 11.000 orang meninggal dalam periode 1 Juni hingga 22 Agustus 2022, lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2019. 

Menurut Kluge dan INSEE, kemungkinan besar bertambahnya jumlah kematian di Prancis tersebut disebabkan oleh cuaca di eropa yang memanas. Diketahui, suhu cuaca di Eropa memang telah menghangat secara signifikan selama periode 1961–2021, dengan rata-rata kenaikan suhu sekitar 0,5 derajat celcius per dekade.


Disebabkan Perubahan Iklim

Kluge menjelaskan bahwa memanasnya suhu di Eropa yang telah menyebabkan kematian dari kurang lebih 15.000 orang tersebut adalah dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim. Matinya ribuan orang ini dapat dijadikan alarm bagi negara-negara di seluruh dunia agar mau melakukan tindakan untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. 

Pada tahun ini, rata-rata suhu global mengalami kenaikan hingga 1,1 derajat celcius. Dari kenaikan sebesar itu saja, dampaknya telah mengakibatkan belasan ribu orang meninggal di Eropa. Maka, jika rata-rata kenaikan suhu global nantinya semakin besar, dampaknya juga bisa dipastikan akan semakin parah.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025