Stories - 11 November 2022

Tren Alat Makan Kayu Jadi Kontroversi, Kenapa?

Alat makan dari kayu masih memiliki sejumlah kontroversi, karena aspek higenis dari kayu itu sendiri.


Alat makan dari kayu masih memiliki sejumlah kontroversi, karena aspek higenis dari kayu itu sendiri. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Jauh sebelum alat masak berbahan dasar perak ditemukan, masyarakat sebenarnya sudah menggunakan kayu sebagai bahan untuk peralatan makan. Namun, seiring dengan perkembangan perak dan stainless steel, peralatan makan dari kayu pun perlahan ditinggalkan.

Namun akhir-akhir ini, seiring dengan meluasnya tren untuk menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan, alat makan dari kayu menjadi salah satu pilihan. Hal ini terbukti dengan banyaknya sendok, garpu, ataupun sumpit yang dijual di pusat perbelanjaan ataupun ecommerce. 

Menariknya, alat-alat itu dijual dengan harga yang cukup ramah dikantong, sehingga menjadi salah satu pilihan utama para pegiat ramah lingkungan. Apalagi materialnya yang tidak mudah rusak dan mudah untuk didaur ulang.

Namun, tahukah kamu sebenarnya alat makan dari kayu ini masih memiliki sejumlah kontroversi? Pasalnya, aspek higenis dan kemungkinan penggunaan jangka panjang dari peralatan makan kayu masih dipertanyakan.

Dimulai dengan saat pembuatannya. Dikutip dari Lini Sehat dan Delighted Cooking, alat makan kayu yang dibuat dari jenis cedar atau cypress dapat mencemari makanan dengan bau yang kuat dengan resin yang berminyak. 

Oleh karena itu sebenarnya negara Prancis telah lebih dulu mengatur bahwa kayu oak dan akasia dapat digunakan untuk semua makanan. Sedangkan, kayu kenari, elm, serta poplar hanya boleh digunakan untuk makanan padat. 

Lebih lanjut, proses pembuatan alat makan dari kayu juga berpotensi untuk terkena bahan kimia.  Maka dari itu, sebenarnya pada proses pemelituran kayu untuk alat masak, industri diwajibkan untuk menggunakan cat politur dengan standar food grade agar tidak meracuni makanan. 

Diketahui, kayu merupakan bahan yang memiliki pori, sehingga dapat menyerap kelembaban dari makanan serta air. Oleh sebab itu, alat makan kayu sebenarnya dapat mencemari makanan jika kayu tersebut dipakai berulang-ulang. 

Selain itu, pemeliharaan alat makan kayu akan susah dibandingkan jenis bahan lainnya. Pasalnya, kayu yang berongga akan lebih sulit untuk dicuci dengan bersih ketika terkena makanan berminyak. 

Belum lagi, jika kayu sudah lama digunakan akan mengering dan menimbulkan serpihan atau retakan. Hal inipun akan membuat pori-pori dari kayu semakin membesar dan potensi masuknya zat-zat lain ke makanan juga semakin besar. 

Oleh karena itu, sebenarnya sejumlah negara termasuk Eropa sudah mengatur penggunaan kayu sebagai material yang bersentuhan langsung dengan makanan dalam Regulasi EC No 1935/2004. 

Dengan demikian, kayu yang mengalami kontak langsung dengan makanan harus memenuhi sejumlah syarat, seperti tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menyebabkan perubahan yang tidak dapat diterima oleh makanan, dan tidak menyebabkan penurunan karakteristik makanan. 


 

Cara Menjaga Peralatan Kayu

Terlepas dari pro dan kontra tentang penggunaan kayu sebagai alat makan, diketahui bahwa hingga saat ini masih belum ada penelitian langsung yang menunjukkan adanya kontaminasi makanan akibat penggunaan alat makan kayu.

Namun, tetap saja masyarakat harus berjaga-jaga agar kayu tidak rusak dan tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Maka dari itu, terdapat sejumlah cara untuk merawat peralatan makan dari bahan kayu.

1. Mencuci peralatan kayu dengan air hangat

2. Memastikan peralatan kayu sudah kering sebelum digunakan untuk menghindari adanya bakteri ataupun air bekas cucian yang masuk ke makanan. 

3. Mencuci peralatan kayu sesegera mungkin setelah digunakan, sehingga bahan makanan yang menempel pada rongga kayu.

4. Setelah mencuci alat makan, lebih baik jika langsung diseka dengan handuk atau kain kering, agar air tidak meresap dalam kayu dan membuat keretakan.

5.  Lalu, peralatan kayu juga harus dioleskan minyak beeswax secara berlaka.


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Profi Tiga Hakim Dissenting Opinion Putusan MK Soal Pilpres 2024

Tiga hakim ajukan pendapat berbeda dengan lima hakim lainnya terkait putusan MK yang menolak permohonan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud

Context.id | 23-04-2024

Makna Simbolis dari Penetapan Hari Buku Sedunia

Raja Alfonso XIII dari Spanyol punya peran besar dalam menetapkan tanggal peringatan hari buku sedunia

Context.id | 23-04-2024

Pertama dalam Sejarah, Dissenting Opinion dalam Sidang Sengketa Pilpres

Tiga orang hakim MK menyampaikan dissenting opinion dari mayoritas hakim lainnya terkait putusan MK soal sengketa pilpres.

Context.id | 23-04-2024

Anak Muda Jepang Ogah Beli Mobil, Kenapa?

Tren penurunan pembelian mobil oleh anak muda disebut Wakamono no Kuruma Banare atau pemisahan generasi muda dari mobil.

Context.id | 23-04-2024