Great Depression, Krisis Ekonomi Terbesar Abad-20
Pada tahun 1929-1939 terjadi krisis ekonomi yang terparah sepanjang abad ke-20 yang dinamakan great depression atau depresi hebat.
Context.id, JAKARTA - Saat ini, ekonomi dunia sedang mengalami pertumbuhan pesat akibat daya beli yang meningkat, imbas membaiknya pandemi.
Namun ternyata, pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat akan membawa dunia ke dalam bayang-bayang resesi. Di mana, dunia akan mengalami lonjakan inflasi dan angka pengangguran meningkat. Masalahnya, hal ini juga disebut-sebut akan berpengaruh ke Indonesia.
Tapi tahukah kamu, krisis ini masih termasuk kecil jika dibandingkan dengan krisis pada satu abad yang lalu. Di mana angka pengangguran di Amerika menyentuh angka enam juta jiwa. Pasalnya, pada tahun 1929-1939 terjadi krisis ekonomi yang terparah sepanjang abad ke-20 yang dinamakan great depression atau depresi hebat.
Dikutip dari History, semua ini bermula pada 1920 saat Perang Dunia I selesai. Saat itu, ekonomi Amerika sedang berkembang pesat dan kekayaan negara tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi tidak selalu berdampak positif. Pertumbuhan ekonomi yang sangat menderu pada saat itu membuat harga saham melonjak dan daya beli masyarakat bertambah banyak. Memang, saat itu masyarakat dan negara justru merasa senang karena keuntungan yang didapatkan berlipat ganda. Namun sayangnya, kebahagian tersebut tidak berlangsung lama.
Dalam hitungan bulan, harga-harga barang menjadi mahal, inflasi meningkat, produksi menjadi menurun, dan banyak terjadi PHK. Hal ini diperparah dengan upah yang rendah, sektor perekonomian yang sedang berjuang melawan kekeringan, dan semakin banyak masyarakat yang melakukan pinjaman ke bank.
Alhasil, Amerika pun masuk ke dalam jurang resesi pada 1929. Ketika konsumen sudah tidak percaya pada pasar saham dan menjual sahamnya secara besar-besaran.
Masalahnya, hal ini membawa Amerika ke krisis ekonomi yang lebih berat lagi. Dengan rendahnya harga saham, otomatis jumlah dana investasi yang masuk ke bisnis-bisnis besar semakin sedikit. Hal inilah yang membuat banyak industri yang memperlambat produksi dan semakin parah memberlakukan PHK karena kurangnya sokongan dana.
Sebenarnya Presiden Amerika saat itu, Herbert Hoover sudah menyadari hal ini. Namun, ia optimis bahwa hal ini akan mereda dengan sendirinya.
Namun, keoptimisan tersebut hanya angan semata. Pasalnya, dalam waktu tiga tahun, krisis ekonomi ini tidak kunjung mereda dan malah sebaliknya, bertambah parah. Pada 1930, ada sekitar empat juta warga negara Amerika yang menjadi pengangguran. Angka ini pun kemudian meningkat menjadi enam juta jiwa di satu tahun berikutnya.
Lalu pada 1930, gelombang pertama dari keruntuhan bank dimulai, ketika para investor sudah tidak percaya pada bank dan melakukan tarikan tunai secara besar-besaran. Hal inipun membuat banyak bank menyatakan pailit dan gulung tikar. Alhasil, angka pengangguran semakin meningkat menjadi 15 juta orang.
Beruntungnya sekitar setahun kemudian, Presiden Roosevelt baru yang sedang memerintah pun membuat sejumlah kebijakan keuangan, mulai dari regulasi penutupan bank, undang-undang reformasi, dan regulasi untuk merangsang perekonomian. Selain itu, Roosevelt juga ingin ikut serta dalam Perang Dunia II, yang membuat sektor industri bersiap dan penyerapan tenaga kerja semakin banyak.
Lalu sejak itulah, perekonomian Amerika membaik setelah 10 tahun berada diambang kebangkrutan.
RELATED ARTICLES
Great Depression, Krisis Ekonomi Terbesar Abad-20
Pada tahun 1929-1939 terjadi krisis ekonomi yang terparah sepanjang abad ke-20 yang dinamakan great depression atau depresi hebat.
Context.id, JAKARTA - Saat ini, ekonomi dunia sedang mengalami pertumbuhan pesat akibat daya beli yang meningkat, imbas membaiknya pandemi.
Namun ternyata, pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat akan membawa dunia ke dalam bayang-bayang resesi. Di mana, dunia akan mengalami lonjakan inflasi dan angka pengangguran meningkat. Masalahnya, hal ini juga disebut-sebut akan berpengaruh ke Indonesia.
Tapi tahukah kamu, krisis ini masih termasuk kecil jika dibandingkan dengan krisis pada satu abad yang lalu. Di mana angka pengangguran di Amerika menyentuh angka enam juta jiwa. Pasalnya, pada tahun 1929-1939 terjadi krisis ekonomi yang terparah sepanjang abad ke-20 yang dinamakan great depression atau depresi hebat.
Dikutip dari History, semua ini bermula pada 1920 saat Perang Dunia I selesai. Saat itu, ekonomi Amerika sedang berkembang pesat dan kekayaan negara tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi tidak selalu berdampak positif. Pertumbuhan ekonomi yang sangat menderu pada saat itu membuat harga saham melonjak dan daya beli masyarakat bertambah banyak. Memang, saat itu masyarakat dan negara justru merasa senang karena keuntungan yang didapatkan berlipat ganda. Namun sayangnya, kebahagian tersebut tidak berlangsung lama.
Dalam hitungan bulan, harga-harga barang menjadi mahal, inflasi meningkat, produksi menjadi menurun, dan banyak terjadi PHK. Hal ini diperparah dengan upah yang rendah, sektor perekonomian yang sedang berjuang melawan kekeringan, dan semakin banyak masyarakat yang melakukan pinjaman ke bank.
Alhasil, Amerika pun masuk ke dalam jurang resesi pada 1929. Ketika konsumen sudah tidak percaya pada pasar saham dan menjual sahamnya secara besar-besaran.
Masalahnya, hal ini membawa Amerika ke krisis ekonomi yang lebih berat lagi. Dengan rendahnya harga saham, otomatis jumlah dana investasi yang masuk ke bisnis-bisnis besar semakin sedikit. Hal inilah yang membuat banyak industri yang memperlambat produksi dan semakin parah memberlakukan PHK karena kurangnya sokongan dana.
Sebenarnya Presiden Amerika saat itu, Herbert Hoover sudah menyadari hal ini. Namun, ia optimis bahwa hal ini akan mereda dengan sendirinya.
Namun, keoptimisan tersebut hanya angan semata. Pasalnya, dalam waktu tiga tahun, krisis ekonomi ini tidak kunjung mereda dan malah sebaliknya, bertambah parah. Pada 1930, ada sekitar empat juta warga negara Amerika yang menjadi pengangguran. Angka ini pun kemudian meningkat menjadi enam juta jiwa di satu tahun berikutnya.
Lalu pada 1930, gelombang pertama dari keruntuhan bank dimulai, ketika para investor sudah tidak percaya pada bank dan melakukan tarikan tunai secara besar-besaran. Hal inipun membuat banyak bank menyatakan pailit dan gulung tikar. Alhasil, angka pengangguran semakin meningkat menjadi 15 juta orang.
Beruntungnya sekitar setahun kemudian, Presiden Roosevelt baru yang sedang memerintah pun membuat sejumlah kebijakan keuangan, mulai dari regulasi penutupan bank, undang-undang reformasi, dan regulasi untuk merangsang perekonomian. Selain itu, Roosevelt juga ingin ikut serta dalam Perang Dunia II, yang membuat sektor industri bersiap dan penyerapan tenaga kerja semakin banyak.
Lalu sejak itulah, perekonomian Amerika membaik setelah 10 tahun berada diambang kebangkrutan.
POPULAR
RELATED ARTICLES