Ekonomi Negara Berkembang Goyah Akibat Perang Rusia
Hal ini imbas dari perang Rusia-ukraina yang dinilai menghambat aktivitas ekonomi secara global. Belum lagi karena pandemi Covid-19.
Context.id, JAKARTA – Konferensi PBB tentang perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), menyatakan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun, dari yang sebelumnya diproyeksikan 3,6 persen menjadi 2,6 persen. Dan yang paling berpengaruh adalah negara-negara berkembang.
Hal ini imbas dari perang Rusia-ukraina yang dinilai menghambat aktivitas ekonomi secara global. Belum lagi karena pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
“Kita mengantisipasi kembali hal yang terjadi pada bulan September tahun lalu, bahwa ekonomi global akan tumbuh selama 3,6 persen. Tapi diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,6 persen pada tahun ini. Tentu saja, faktor utamanya adalah perang Ukraina,” ujar Kozul-Wright, Direktur UNCTAD.
Dampak dari masalah ekonomi ini paling berpengaruh pada negara miskin dan berkembang. Apalagi inflasi yang meningkat menyebabkan harga pangan, energi, hingga pupuk tak terkendali. Beban utang negara-negara berkembang pun mencapai $1 triliun.
Organisasi keuangan dunia, IMF sebenarnya sudah memiliki program untuk membantu negara-negara dalam menghadapi masalah keuangan. Pakistan, Sri Lanka, dan Mesir, sudah memanfaatkan bantuan ini.
“Sri Lanka sekarang telah pergi ke IMF untuk mengatur sebuah program. Mesir yang sudah berada di bawah program, telah kembali ke IMF untuk melakukan negosiasi ulang,” kata Kozul-Wright, Direktur UNCTAD.
RELATED ARTICLES
Ekonomi Negara Berkembang Goyah Akibat Perang Rusia
Hal ini imbas dari perang Rusia-ukraina yang dinilai menghambat aktivitas ekonomi secara global. Belum lagi karena pandemi Covid-19.
Context.id, JAKARTA – Konferensi PBB tentang perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), menyatakan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun, dari yang sebelumnya diproyeksikan 3,6 persen menjadi 2,6 persen. Dan yang paling berpengaruh adalah negara-negara berkembang.
Hal ini imbas dari perang Rusia-ukraina yang dinilai menghambat aktivitas ekonomi secara global. Belum lagi karena pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
“Kita mengantisipasi kembali hal yang terjadi pada bulan September tahun lalu, bahwa ekonomi global akan tumbuh selama 3,6 persen. Tapi diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,6 persen pada tahun ini. Tentu saja, faktor utamanya adalah perang Ukraina,” ujar Kozul-Wright, Direktur UNCTAD.
Dampak dari masalah ekonomi ini paling berpengaruh pada negara miskin dan berkembang. Apalagi inflasi yang meningkat menyebabkan harga pangan, energi, hingga pupuk tak terkendali. Beban utang negara-negara berkembang pun mencapai $1 triliun.
Organisasi keuangan dunia, IMF sebenarnya sudah memiliki program untuk membantu negara-negara dalam menghadapi masalah keuangan. Pakistan, Sri Lanka, dan Mesir, sudah memanfaatkan bantuan ini.
“Sri Lanka sekarang telah pergi ke IMF untuk mengatur sebuah program. Mesir yang sudah berada di bawah program, telah kembali ke IMF untuk melakukan negosiasi ulang,” kata Kozul-Wright, Direktur UNCTAD.
POPULAR
RELATED ARTICLES