Share

Home Stories

Stories 24 Oktober 2022

Hati-Hati! Sering Lembur Bisa Sebabkan Kematian

Ternyata terlalu sering bekerja lembur akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.

Seseorang yang sedang bekerja lembur di atas kasur yang disediakan oleh perusahaannya. -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Bekerja hingga larut malam biasanya harus dilakukan oleh sebagian pekerja karena berbagai alasan. Namun, ternyata terlalu sering bekerja lembur akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.

Banyak para pekerja yang rela kerja lembur karena ingin mengejar deadline, bekerja di lebih dari satu perusahaan, ataupun merasa apa yang dilakukannya tersebut bisa membuatnya sukses. Pada 2021 lalu, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) jumlah orang yang bekerja lembur di seluruh dunia telah meningkat sebanyak 9 persen dari total populasi secara global.

Apalagi, sekarang sedang marak istilah Hustle Culture, yang merupakan gaya hidup seseorang yang giat bekerja tanpa memikirkan waktu untuk beristirahat. Dilansir bfi.co.id, dalam kata lain, orang seperti ini biasa juga disebut sebagai workaholic atau gila kerja.

Tetapi ternyata, bekerja dengan waktu yang sangat lama akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan seseorang. Selain karena selalu berpikir keras tanpa istirahat, selalu bekerja lembur akan membuat seseorang lupa untuk berolahraga, menyiapkan makanan sehat, dan bahkan menikmati hidup.


Dampak Lembur bagi Kesehatan

Berdasarkan studi (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), jam kerja yang terlalu panjang telah berkontribusi pada 745.000 kematian akibat stroke dan penyakit jantung iskemik pada 2016. Angka tersebut meningkat 26 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2000.

Kemudian, studi tersebut menyimpulkan bahwa bekerja lebih dari 55 jam per minggunya berkaitan dengan peningkatan risiko kematian akibat stroke hingga 35 persen dan penyakit jantung iskemik 17 persen dibandingkan dengan kerja 35–40 jam per minggu.

Selain stroke dan penyakit jantung, sering bekerja lembur juga bisa menimbulkan risiko buruk lainnya, seperti cedera di tempat kerja akibat gerakan berulang, kecelakaan kerja, dan naiknya tekanan darah.

Menghabiskan waktu berlama-lama untuk bekerja juga akan meningkatkan risiko pada kesehatan mental. Dilansir ambetter.sunshinehealth.com, gangguan mental yang bisa timbul akibat terlalu sering lembur adalah stres, depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Selain itu, jika hal ini sudah terjadi, efeknya akan berdampak pada kehidupan pribadi seseorang. Contohnya, yaitu menimbulkan konflik keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan peluang untuk terjadinya perceraian.


Tiga Usulan WHO

1. Pemerintah dapat memperkenalkan, menerapkan dan menegakkan hukum, peraturan dan kebijakan yang melarang lembur wajib dan memastikan batas maksimum waktu kerja.

2. Dibuatnya kesepakatan bipartit atau perundingan bersama antara pengusaha dan serikat pekerja dalam mengatur waktu kerja menjadi lebih fleksibel, sekaligus menyepakati jumlah jam kerja maksimum.

3. Karyawan dapat berbagi jam kerja untuk memastikan bahwa jumlah jam kerja tidak naik di atas 55 atau lebih per minggu.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 24 Oktober 2022

Hati-Hati! Sering Lembur Bisa Sebabkan Kematian

Ternyata terlalu sering bekerja lembur akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.

Seseorang yang sedang bekerja lembur di atas kasur yang disediakan oleh perusahaannya. -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Bekerja hingga larut malam biasanya harus dilakukan oleh sebagian pekerja karena berbagai alasan. Namun, ternyata terlalu sering bekerja lembur akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.

Banyak para pekerja yang rela kerja lembur karena ingin mengejar deadline, bekerja di lebih dari satu perusahaan, ataupun merasa apa yang dilakukannya tersebut bisa membuatnya sukses. Pada 2021 lalu, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) jumlah orang yang bekerja lembur di seluruh dunia telah meningkat sebanyak 9 persen dari total populasi secara global.

Apalagi, sekarang sedang marak istilah Hustle Culture, yang merupakan gaya hidup seseorang yang giat bekerja tanpa memikirkan waktu untuk beristirahat. Dilansir bfi.co.id, dalam kata lain, orang seperti ini biasa juga disebut sebagai workaholic atau gila kerja.

Tetapi ternyata, bekerja dengan waktu yang sangat lama akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan seseorang. Selain karena selalu berpikir keras tanpa istirahat, selalu bekerja lembur akan membuat seseorang lupa untuk berolahraga, menyiapkan makanan sehat, dan bahkan menikmati hidup.


Dampak Lembur bagi Kesehatan

Berdasarkan studi (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), jam kerja yang terlalu panjang telah berkontribusi pada 745.000 kematian akibat stroke dan penyakit jantung iskemik pada 2016. Angka tersebut meningkat 26 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2000.

Kemudian, studi tersebut menyimpulkan bahwa bekerja lebih dari 55 jam per minggunya berkaitan dengan peningkatan risiko kematian akibat stroke hingga 35 persen dan penyakit jantung iskemik 17 persen dibandingkan dengan kerja 35–40 jam per minggu.

Selain stroke dan penyakit jantung, sering bekerja lembur juga bisa menimbulkan risiko buruk lainnya, seperti cedera di tempat kerja akibat gerakan berulang, kecelakaan kerja, dan naiknya tekanan darah.

Menghabiskan waktu berlama-lama untuk bekerja juga akan meningkatkan risiko pada kesehatan mental. Dilansir ambetter.sunshinehealth.com, gangguan mental yang bisa timbul akibat terlalu sering lembur adalah stres, depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Selain itu, jika hal ini sudah terjadi, efeknya akan berdampak pada kehidupan pribadi seseorang. Contohnya, yaitu menimbulkan konflik keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan peluang untuk terjadinya perceraian.


Tiga Usulan WHO

1. Pemerintah dapat memperkenalkan, menerapkan dan menegakkan hukum, peraturan dan kebijakan yang melarang lembur wajib dan memastikan batas maksimum waktu kerja.

2. Dibuatnya kesepakatan bipartit atau perundingan bersama antara pengusaha dan serikat pekerja dalam mengatur waktu kerja menjadi lebih fleksibel, sekaligus menyepakati jumlah jam kerja maksimum.

3. Karyawan dapat berbagi jam kerja untuk memastikan bahwa jumlah jam kerja tidak naik di atas 55 atau lebih per minggu.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Renita Sukma . 11 July 2025

Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!

Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Noviarizal Fernandez . 10 July 2025