Share

Home Stories

Stories 06 Oktober 2022

6 Oktober Jadi Hari Cerebral Palsy, Apa Itu?

Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy untuk mendukung dan merangkul mereka yang hidup dengan kondisi medis tersebut.

Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy untuk mendukung mereka yang hidup dengan kondisi medis tersebut. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy. Hal ini dilakukan untuk mendukung dan merangkul mereka yang hidup dengan cerebral palsy.

Menurut World PC Day, cerebral palsy adalah cacat permanen yang mempengaruhi gerakan dan biasanya terjadi pada anak-anak. Penyakit ini membuat anggota tubuh penderitanya tidak bisa dikontrol. Misalnya ada anak yang menderita cerebral palsy tidak dapat berbicara, tidak dapat berjalan, memiliki cacat intelektual, dan epilepsi.

Dikutip dari NHS, cerebral palsy ini diakibatkan oleh masalah dengan otak selama bayi masih di dalam kandungan atau selama kelahiran atau bahkan setelah kelahiran. Namun perlu diketahui bahwa gejala ini tidak langsung dijumpai saat bayi lahir, melainkan 2-3 tahun pertama kehidupan anak. 

Hal ini ditandai dengan keterlambatan perkembangan anak, ataupun ada tindakan-tindakan yang dilakukan anak yang seharusnya tidak biasa dilakukan.

Diketahui, ada sekitar 17 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan cerebral palsy. Sementara 350 juta orang lainnya sedang berhubungan erat dengan anak atau dewasa dengan cerebral palsy. 

Namun sayangnya, fasilitas publik dan kondisi sosial saat ini masih belum mendukung untuk hal ini. 

Maka tujuan dari diperingatinya hari cerebral palsy adalah untuk menyatukan orang-orang yang hidup dengan cerebral palsy memiliki hak, akses, dan peluang yang sama dengan masyarakat dunia pada umumnya. 

 

Kondisi Cerebral Palsy Sempat Viral di Indonesia 

Masalah mengenai cerebral palsy ini sebenarnya sempat menjadi perhatian masyarakat tanah air beberapa bulan silam. Pasalnya, saat itu ada seorang ibu yang memohon pemanfaatan ganja untuk keperluan pengobatan anaknya yang terkena cerebral palsy. 

Hal itupun membuat Indonesia gempar akan isu legalisasi ganja untuk kondisi medis cerebral palsy. Pasalnya ganja bisa mengatur konsentrasi, gerak tubuh nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra.

Lebih lanjut, ganja sangat diharapkan agar dapat dipakai karena menjadi satu-satunya harapan untuk pengobatan cerebral palsy. Pasalnya, hingga saat ini masih belum ditemukan obat dari kondisi medis ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 06 Oktober 2022

6 Oktober Jadi Hari Cerebral Palsy, Apa Itu?

Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy untuk mendukung dan merangkul mereka yang hidup dengan kondisi medis tersebut.

Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy untuk mendukung mereka yang hidup dengan kondisi medis tersebut. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Setiap tanggal 6 Oktober, dunia memperingati hari cerebral palsy. Hal ini dilakukan untuk mendukung dan merangkul mereka yang hidup dengan cerebral palsy.

Menurut World PC Day, cerebral palsy adalah cacat permanen yang mempengaruhi gerakan dan biasanya terjadi pada anak-anak. Penyakit ini membuat anggota tubuh penderitanya tidak bisa dikontrol. Misalnya ada anak yang menderita cerebral palsy tidak dapat berbicara, tidak dapat berjalan, memiliki cacat intelektual, dan epilepsi.

Dikutip dari NHS, cerebral palsy ini diakibatkan oleh masalah dengan otak selama bayi masih di dalam kandungan atau selama kelahiran atau bahkan setelah kelahiran. Namun perlu diketahui bahwa gejala ini tidak langsung dijumpai saat bayi lahir, melainkan 2-3 tahun pertama kehidupan anak. 

Hal ini ditandai dengan keterlambatan perkembangan anak, ataupun ada tindakan-tindakan yang dilakukan anak yang seharusnya tidak biasa dilakukan.

Diketahui, ada sekitar 17 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan cerebral palsy. Sementara 350 juta orang lainnya sedang berhubungan erat dengan anak atau dewasa dengan cerebral palsy. 

Namun sayangnya, fasilitas publik dan kondisi sosial saat ini masih belum mendukung untuk hal ini. 

Maka tujuan dari diperingatinya hari cerebral palsy adalah untuk menyatukan orang-orang yang hidup dengan cerebral palsy memiliki hak, akses, dan peluang yang sama dengan masyarakat dunia pada umumnya. 

 

Kondisi Cerebral Palsy Sempat Viral di Indonesia 

Masalah mengenai cerebral palsy ini sebenarnya sempat menjadi perhatian masyarakat tanah air beberapa bulan silam. Pasalnya, saat itu ada seorang ibu yang memohon pemanfaatan ganja untuk keperluan pengobatan anaknya yang terkena cerebral palsy. 

Hal itupun membuat Indonesia gempar akan isu legalisasi ganja untuk kondisi medis cerebral palsy. Pasalnya ganja bisa mengatur konsentrasi, gerak tubuh nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra.

Lebih lanjut, ganja sangat diharapkan agar dapat dipakai karena menjadi satu-satunya harapan untuk pengobatan cerebral palsy. Pasalnya, hingga saat ini masih belum ditemukan obat dari kondisi medis ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025