Stories - 29 September 2022

Nilai Yuan Menurun, Apa Dampaknya Buat Indonesia?

Pada perdagangan pada Rabu (28/9/2022), yuan ditutup dengan harga US0,138.


Pada perdagangan pada Rabu (28/9/2022), yuan ditutup dengan harga US$0,138. - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Mata uang China, Yuan kembali jatuh. Pada perdagangan pada Rabu (28/9/2022), yuan ditutup dengan harga US$0,138. Hal ini pun kembali membawa yuan ke angka terendahnya jika dibandingkan dengan USD, sejak 2008 silam.

Dikutip dari Fortune, dengan devaluasi ini, pertumbuhan ekonomi negara China juga akan semakin melemah. Selain itu, negara-negara yang melakukan perdagangan dengan negara tirai bambu ini juga akan terkena dampaknya. 

Indonesia merupakan salah satu yang paling sering melakukan kegiatan jual beli dari China. Bahkan Indonesia sering disebut sebagai salah satu mitra dagang terbesar China. 

Kalau mengutip kata Konsul Jenderal Republik Rakyat China (RRC), Zhu Xinglong, China telah menjadi mitra dagang Indonesia selama sembilan tahun berturut-turut dan telah menjadi tujuan ekspor terbesar Indonesia selama enam tahun terakhir. 

Tak heran, angka ekspor Indonesia dengan China juga bukan kaleng-kaleng. Melansir Badan Pusat Statistik Indonesia, dari periode Januari-Agustus 2022, ekspor Indonesia ke China meningkat sebesar 29,77 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, dengan angka US$34,1 miliar. 

Maka dari itu, dengan nilai yuan China yang melemah, memang kemungkinan besar harga barang impor dari China akan menjadi lebih murah. Namun di lain sisi, hal ini akan berujung pada penurunan perdagangan Indonesia dengan China karena daya beli masyarakat yang menurun akibat perekonomian yang menurun.

Kalau sudah begitu, dikutip dari Fortune, China seharusnya mencari cara agar peminjam semakin banyak dan dapat kembali meningkatkan ekonomi. 


 

Kenapa Bisa Seperti Itu?

China merupakan salah satu negara yang lakukan penurunan suku bunga, di tengah negara-negara yang berlomba menaikan suku bunga. Pasalnya, negara ini sedang berusaha untuk bangkit dari penurunan ekonomi akibat pandemi dan lockdown yang dialami negaranya dalam beberapa bulan terakhir. 

Selain itu, dikutip dari Bisnis, hal ini juga diakibatkan oleh kebijakan Bank Sentral Amerika The Fed yang cukup mendesak masyarakat. 

Oleh karena itu, sebenarnya bukan hanya mata uang China (yuan) yang mengalami penurunan, melainkan juga won Korea, ringgit Malaysia, serta rupiah Indonesia.


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024