Share

Home Stories

Stories 22 September 2022

Panen Cuan, Ini Rapot Industri Emas Hitam 2022

Para emiten batubara Indonesia membukukan pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022.

Para emiten batubara Indonesia menunjukan pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022. - Antara -

Context.id, JAKARTA - Para emiten batubara Indonesia mengalami pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022. Pasalnya, tidak ada satupun yang menunjukkan adanya rugi bersih.

Hal ini tidak terlepas dari kondisi geopolitik global yang turut mengerek naik harga rata-rata komoditas ini. Yang otomatis, membuat kinerja usaha emiten batubara menjadi semakin meningkat, walaupun beberapa perusahaan sebenarnya mengalami penurunan produksi akibat cuaca.

Dilansir dari Data Indonesia, dari 16 emiten yang telah membukukan keuangannya, rata-rata pendapatannya melejit hingga 123,23 persen. Tak heran jika rata-rata laba bersih dari para emiten itu juga mengalami kenaikan, yakni 997,80 persen jika dibandingkan dari tahun lalu di periode yang sama (year-on-year).

Emiten yang mencatatkan pendapatan terbesar dari ke-16 emiten adalah nama yang sudah malang melintang di industri batubara Indonesia, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). Industri emas hitam milik Boy Thohir ini memperoleh pendapatan sebesar Rp52,58 triliun pada periode Januari-Juni 2022 (asumsi kurs Rp14.848/US$). 

Lalu, di posisi kedua terdapat PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dengan pendapatan Rp38,51 persen. Pendapatan itu membawa emiten batubara milik Sinarmas ini menempati laju pertumbuhan pendapatan kedua tertinggi di sektor batubara, dengan kenaikan pendapatan 183,36 persen atau sebesar Rp24,92 triliun. 

Sementara untuk emiten yang paling melesat pertumbuhannya adalah PT. Harum Energy Tbk. (HRUM) milik Kiki Barki, dengan lonjakan pendapatan hingga 234,09 persen atau sebesar Rp3,92 triliun. 

Diketahui, sekalipun pendapatan meningkat, terkadang ada kalanya perusahaan juga merugi karena hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan pengeluaran, baik dari segi promosi, proses produksi, atau faktor lainnya. Namun, perlu diketahui pula bahwa untuk semester I 2022 ini, tidak ada satupun emiten batubara yang mencatatkan kerugian bersih atau bahkan penurunan pendapatan.

Sekalipun itu, tetap ada emiten yang memiliki laba bersih terbesar pada periode ini, yakni PT Adaro Energy (ADRO) dengan laba sebesar Rp18,01 triliun atau melesat sebesar 630,80 persen. Kemudian disusul PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dengan laba sebesar Rp14,41 triliun atau melonjak 195,01 persen.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 22 September 2022

Panen Cuan, Ini Rapot Industri Emas Hitam 2022

Para emiten batubara Indonesia membukukan pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022.

Para emiten batubara Indonesia menunjukan pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022. - Antara -

Context.id, JAKARTA - Para emiten batubara Indonesia mengalami pertumbuhan fantastis selama paruh pertama 2022. Pasalnya, tidak ada satupun yang menunjukkan adanya rugi bersih.

Hal ini tidak terlepas dari kondisi geopolitik global yang turut mengerek naik harga rata-rata komoditas ini. Yang otomatis, membuat kinerja usaha emiten batubara menjadi semakin meningkat, walaupun beberapa perusahaan sebenarnya mengalami penurunan produksi akibat cuaca.

Dilansir dari Data Indonesia, dari 16 emiten yang telah membukukan keuangannya, rata-rata pendapatannya melejit hingga 123,23 persen. Tak heran jika rata-rata laba bersih dari para emiten itu juga mengalami kenaikan, yakni 997,80 persen jika dibandingkan dari tahun lalu di periode yang sama (year-on-year).

Emiten yang mencatatkan pendapatan terbesar dari ke-16 emiten adalah nama yang sudah malang melintang di industri batubara Indonesia, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). Industri emas hitam milik Boy Thohir ini memperoleh pendapatan sebesar Rp52,58 triliun pada periode Januari-Juni 2022 (asumsi kurs Rp14.848/US$). 

Lalu, di posisi kedua terdapat PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dengan pendapatan Rp38,51 persen. Pendapatan itu membawa emiten batubara milik Sinarmas ini menempati laju pertumbuhan pendapatan kedua tertinggi di sektor batubara, dengan kenaikan pendapatan 183,36 persen atau sebesar Rp24,92 triliun. 

Sementara untuk emiten yang paling melesat pertumbuhannya adalah PT. Harum Energy Tbk. (HRUM) milik Kiki Barki, dengan lonjakan pendapatan hingga 234,09 persen atau sebesar Rp3,92 triliun. 

Diketahui, sekalipun pendapatan meningkat, terkadang ada kalanya perusahaan juga merugi karena hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan pengeluaran, baik dari segi promosi, proses produksi, atau faktor lainnya. Namun, perlu diketahui pula bahwa untuk semester I 2022 ini, tidak ada satupun emiten batubara yang mencatatkan kerugian bersih atau bahkan penurunan pendapatan.

Sekalipun itu, tetap ada emiten yang memiliki laba bersih terbesar pada periode ini, yakni PT Adaro Energy (ADRO) dengan laba sebesar Rp18,01 triliun atau melesat sebesar 630,80 persen. Kemudian disusul PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dengan laba sebesar Rp14,41 triliun atau melonjak 195,01 persen.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Bukan Cuma Kafe, di Blok M Juga Ada Koperasi Kelurahan Merah Putih

Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Melawai di Blok M Hub, Jakarta Selatan merupakan Koperasi Merah Putih tingkat kelurahan pertama di Indonesia

Renita Sukma . 26 August 2025

TikTok Rilis Fitur Kampus, Mirip Facebook Versi Awal

Survei Pew Research Center pada 2024 menemukan enam dari sepuluh remaja di AS mengaku rutin menggunakan TikTok dan fitur ini bisa menggaet lebih ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025

Bubur Ayam Indonesia Dinobatkan sebagai Bubur Terenak di Dunia!

TasteAtlas menempatkan bubur ayam Indonesia sebagai bubur terenak dunia mengungguli Arroz Caldo dari Filipina serta Chè ba màu, bubur khas Vietn ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025

Menang di WTO, Mendag Dorong Uni Eropa Cabut Bea Imbalan Biodiesel

Pemerintah Indonesia mendesak Uni Eropa agar segera menghapus bea masuk imbalan atas impor produk biodiesel RI setelah terbitnya keputusan WTO

Renita Sukma . 25 August 2025