Komunitas Digital Bisa Tingkatkan Ekosistem NFT
NFT punya potensi yang cukup besar. Namun, Indonesia masih membutuhkan dukungan komunitas digital untuk mengembangkan ekosistem NFT-nya
Context, JAKARTA - Non-fungible Token (NFT) memiliki potensi besar pada masa depan ekonomi digital. Namun, di Indonesia sendiri masih dibutuhkan dukungan komunitas digital untuk mengembangkan ekosistem NFT-nya.
NFT yang merupakan aset digital dalam blockchain ini telah menarik minat banyak masyarakat Indonesia. Pasalnya, NFT beberapa kali mendapatkan promosi gratis dari beberapa fenomena jual beli NFT yang viral karena nilainya mencapai jutaan bahkan miliar rupiah.
Salah satu fenomena di Indonesia yang semakin meledakkan NFT di tanah air adalah fenomena Gozali Everyday yang menjual NFT berupa foto selfie-nya di OpenSea. Saat itu, foto selfie-nya tersebut berhasil terjual dengan nilai belasan miliar rupiah.
Promosi-promosi gratis di media sosial ini lah yang membuat masyarakat Indonesia semakin tertarik dengan NFT. Adanya perasaan Fear of Missing Out (FOMO) dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar, membuat banyak orang mulai mempelajari NFT.
Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan jumlah populasi Indonesia, masyarakat yang mengenal NFT belum lah mencapai setengahnya. Dikutip dari dataindonesia.id, Populix menyebutkan bahwa hanya ada sekitar 33 persen masyarakat yang mengenal NFT pada Januari 2022. Pengetahuan masyarakat terhadap NFT tersebut pun juga berbeda-beda.
Dari masyarakat yang mengenal NFT, 58 persennya mengenal NFT sebagai karya seni. Selain itu, ada 52 persen yang mengenal NFT sebagai game, 42 persen mengenal NFT sebagai fesyen virtual, ada 38 persen yang mengenal NFT sebagai musik, dan bahkan ada 29 persen yang mengenal NFT sebagai meme.
Peminat NFT Meningkat
Meskipun belum mencapai setengah masyarakat Indonesia yang mengenal NFT, tercatat transaksi NFT pada tahun ini terus meningkat. Dilansir dari Bisnis, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menyebutkan bahwa peningkatan terjadi karena meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peluang NFT sebagai sumber pendapatan yang baru.
Selain itu, Teguh juga berpendapat bahwa adanya peningkatan minat dan transaksi NFT ini didorong oleh munculnya tren metaverse. Pasalnya, di dalam metaverse sendiri, NFT sering digunakan sebagai utilitas, contohnya seperti dijadikan hadiah dalam suatu game.
Dalam konteks global, nilai transaksi NFT sepanjang tahun 2021 lalu telah mencapai Rp251,6 triliun, jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp1,2 triliun.
Bersamaan dengan itu, peminat NFT di tanah air juga dilihat sudah semakin meningkat, bahkan peningkatannya bisa dibilang cukup pesat. Hal ini bisa dilihat dari salah satu marketplace NFT di Indonesia, TokoMall. Marketplace yang baru saja diluncurkan pada Agustus 2021 lalu, di awal 2022 telah memiliki lebih dari 8.000 NFT, lebih dari 9.000 kolektor, dan 80 mitra resmi.
Butuh Edukasi untuk Meningkatkan Ekosistem NFT
Sejalan dengan hasil survei Populix yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 33 persen masyarakat Indonesia yang mengenal NFT, Chairman Non-Fungible Event (NFE) 2022 Fajar Widi menyebutkan bahwa NFT di Indonesia ini memang masih berada di fase early adopter. Lanjutnya, ia juga menyebutkan kalau pasar NFT di Indonesia ini masih belum masif, meskipun beberapa data menunjukan bahwa peminat NFT semakin meningkat.
Padahal, NFT ini memiliki potensi yang cukup besar. Sebagai bagian dari teknologi blockchain, Teguh menyebutkan bahwa NFT bisa menciptakan multiplier effect yang positif. NFT bisa berdampak pada meningkatnya tingkat konsumsi dan pendapatan, sehingga secara langsung berkontribusi pada peningkatan ekonomi nasional.
NFT bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor industri, terutama industri kreatif. Teknologi dalam konsep NFT membuat seorang pekerja kreatif bisa memiliki sebuah aset yang “tersertifikasi”. Sehingga jika diibaratkan, NFT telah menjadikan para pekerja kreatif memiliki hak cipta atas karyanya yang dijadikan aset digital dan dijual dalam blockchain.
Karena itu, untuk bisa memanfaatkan potensi NFT di Indonesia, dibutuhkan edukasi untuk menarik lebih banyak minat masyarakat, dan tentunya untuk menciptakan komunitas digital. Komunitas digital ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan ekosistem NFT yang ada di Indonesia.
Adapun, ekosistem NFT yang dimaksud terdiri dari para pembeli (demand), pembuat atau penjual karya (supply), karya NFT (produk/barang), dan platform marketplace atau toko online.
“Di masa pandemi ini NFT mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia. Sayangnya belum ada sebuah melting pot offline yang mempertemukan para pelaku industri dan pemilik IP dengan komunitas creator, project owner, developer, hingga kolektor NFT,” ujar Fajar dikutip dari Antara.
Pada Januari 2022, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah menyatakan bahwa mereka akan melakukan pengawasan dalam transaksi NFT. Pada dasarnya, pengawasan dilakukan agar transaksi NFT tidak melanggar hukum dan bisa terjamin keamanannya. .
Tetapi, pengawasan dan pembentukan regulasi saja rasanya tidak lah cukup. Untuk meningkatkan ekosistem NFT di Indonesia, pemerintah juga harus ikut turun tangan untuk memberikan edukasi soal NFT kepada masyarakat. Karena, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti NFT bisa menjadi salah satu unsur penting dalam menggerakan ekonomi negara.
RELATED ARTICLES
Komunitas Digital Bisa Tingkatkan Ekosistem NFT
NFT punya potensi yang cukup besar. Namun, Indonesia masih membutuhkan dukungan komunitas digital untuk mengembangkan ekosistem NFT-nya
Context, JAKARTA - Non-fungible Token (NFT) memiliki potensi besar pada masa depan ekonomi digital. Namun, di Indonesia sendiri masih dibutuhkan dukungan komunitas digital untuk mengembangkan ekosistem NFT-nya.
NFT yang merupakan aset digital dalam blockchain ini telah menarik minat banyak masyarakat Indonesia. Pasalnya, NFT beberapa kali mendapatkan promosi gratis dari beberapa fenomena jual beli NFT yang viral karena nilainya mencapai jutaan bahkan miliar rupiah.
Salah satu fenomena di Indonesia yang semakin meledakkan NFT di tanah air adalah fenomena Gozali Everyday yang menjual NFT berupa foto selfie-nya di OpenSea. Saat itu, foto selfie-nya tersebut berhasil terjual dengan nilai belasan miliar rupiah.
Promosi-promosi gratis di media sosial ini lah yang membuat masyarakat Indonesia semakin tertarik dengan NFT. Adanya perasaan Fear of Missing Out (FOMO) dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar, membuat banyak orang mulai mempelajari NFT.
Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan jumlah populasi Indonesia, masyarakat yang mengenal NFT belum lah mencapai setengahnya. Dikutip dari dataindonesia.id, Populix menyebutkan bahwa hanya ada sekitar 33 persen masyarakat yang mengenal NFT pada Januari 2022. Pengetahuan masyarakat terhadap NFT tersebut pun juga berbeda-beda.
Dari masyarakat yang mengenal NFT, 58 persennya mengenal NFT sebagai karya seni. Selain itu, ada 52 persen yang mengenal NFT sebagai game, 42 persen mengenal NFT sebagai fesyen virtual, ada 38 persen yang mengenal NFT sebagai musik, dan bahkan ada 29 persen yang mengenal NFT sebagai meme.
Peminat NFT Meningkat
Meskipun belum mencapai setengah masyarakat Indonesia yang mengenal NFT, tercatat transaksi NFT pada tahun ini terus meningkat. Dilansir dari Bisnis, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menyebutkan bahwa peningkatan terjadi karena meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peluang NFT sebagai sumber pendapatan yang baru.
Selain itu, Teguh juga berpendapat bahwa adanya peningkatan minat dan transaksi NFT ini didorong oleh munculnya tren metaverse. Pasalnya, di dalam metaverse sendiri, NFT sering digunakan sebagai utilitas, contohnya seperti dijadikan hadiah dalam suatu game.
Dalam konteks global, nilai transaksi NFT sepanjang tahun 2021 lalu telah mencapai Rp251,6 triliun, jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp1,2 triliun.
Bersamaan dengan itu, peminat NFT di tanah air juga dilihat sudah semakin meningkat, bahkan peningkatannya bisa dibilang cukup pesat. Hal ini bisa dilihat dari salah satu marketplace NFT di Indonesia, TokoMall. Marketplace yang baru saja diluncurkan pada Agustus 2021 lalu, di awal 2022 telah memiliki lebih dari 8.000 NFT, lebih dari 9.000 kolektor, dan 80 mitra resmi.
Butuh Edukasi untuk Meningkatkan Ekosistem NFT
Sejalan dengan hasil survei Populix yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 33 persen masyarakat Indonesia yang mengenal NFT, Chairman Non-Fungible Event (NFE) 2022 Fajar Widi menyebutkan bahwa NFT di Indonesia ini memang masih berada di fase early adopter. Lanjutnya, ia juga menyebutkan kalau pasar NFT di Indonesia ini masih belum masif, meskipun beberapa data menunjukan bahwa peminat NFT semakin meningkat.
Padahal, NFT ini memiliki potensi yang cukup besar. Sebagai bagian dari teknologi blockchain, Teguh menyebutkan bahwa NFT bisa menciptakan multiplier effect yang positif. NFT bisa berdampak pada meningkatnya tingkat konsumsi dan pendapatan, sehingga secara langsung berkontribusi pada peningkatan ekonomi nasional.
NFT bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor industri, terutama industri kreatif. Teknologi dalam konsep NFT membuat seorang pekerja kreatif bisa memiliki sebuah aset yang “tersertifikasi”. Sehingga jika diibaratkan, NFT telah menjadikan para pekerja kreatif memiliki hak cipta atas karyanya yang dijadikan aset digital dan dijual dalam blockchain.
Karena itu, untuk bisa memanfaatkan potensi NFT di Indonesia, dibutuhkan edukasi untuk menarik lebih banyak minat masyarakat, dan tentunya untuk menciptakan komunitas digital. Komunitas digital ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan ekosistem NFT yang ada di Indonesia.
Adapun, ekosistem NFT yang dimaksud terdiri dari para pembeli (demand), pembuat atau penjual karya (supply), karya NFT (produk/barang), dan platform marketplace atau toko online.
“Di masa pandemi ini NFT mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia. Sayangnya belum ada sebuah melting pot offline yang mempertemukan para pelaku industri dan pemilik IP dengan komunitas creator, project owner, developer, hingga kolektor NFT,” ujar Fajar dikutip dari Antara.
Pada Januari 2022, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah menyatakan bahwa mereka akan melakukan pengawasan dalam transaksi NFT. Pada dasarnya, pengawasan dilakukan agar transaksi NFT tidak melanggar hukum dan bisa terjamin keamanannya. .
Tetapi, pengawasan dan pembentukan regulasi saja rasanya tidak lah cukup. Untuk meningkatkan ekosistem NFT di Indonesia, pemerintah juga harus ikut turun tangan untuk memberikan edukasi soal NFT kepada masyarakat. Karena, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti NFT bisa menjadi salah satu unsur penting dalam menggerakan ekonomi negara.
POPULAR
RELATED ARTICLES