Share

Home Stories

Stories 15 Agustus 2022

Wow! China Pangkas Suku Bunga, Kenapa Ya?

Target Zero Covid China membawa negara tirai bambu ini kepada penurunan ekonomi.

Target Zero Covid China membawa negara tirai bambu ini kepada penurunan ekonomi.

Context.id, JAKARTA - Di saat hampir semua negara menaikkan suku bunga bank sentral, negeri tirai bambu ini malah mengurangi suku bunganya.

Soalnya, selama ini China berfokus pada target zero Covid yang mengakibatkan adanya lockdown selama berminggu-minggu. Alhasil, harga rumah, penjualan barang, serta investasi menurun drastis pada periode tersebut. 

“Perkembangan yang paling mengejutkan adalah perlambatan investasi. Menunjukkan hambatan yang lebih berat dari perkiraan dari gejolak pasar properti. Datang setelah kredit yang sangat lemah untuk bulan Juli, angka-angka tersebut mendukung keputusan Bank Rakyat China untuk menurunkan suku bunga,” ujar kepala ekonom Asia, Chang Shu kepada Bloomberg. 

Maka dari itu, baru-baru ini People’s Bank of China atau bank sentral China menurunkan suku bunga untuk pinjaman sebesar 10 poin menjadi 2,75 persen. Sedangkan untuk suku bunga 7-Day (reverse) repo, berganti menjadi 2 persen, dari mulanya 2,1 persen. 

Adapun menurut Economic Times India, 7-Day reverse repo merupakan persentase bunga yang dihasilkan dari pinjaman bank sentral ke bank konvensional dalam periode 7 hari. Sementara suku bank biasa merupakan persentase yang dihasilkan dari pinjaman masyarakat ke bank konvensional. Kedua jenis suku bunga inipun dibayarkan dari pihak yang meminjam kepada pihak yang memberikan pinjaman. 

Maka dari itu jika suku bunga turun, pihak yang akan mengambil pinjaman atau mungkin KPR akan semakin banyak dan lebih banyak orang yang akan membeli barang. Otomatis perekonomian pun akan bertumbuh lebih cepat. 

Untuk kasus China ini, memang diharapkan bahwa penurunan suku bunga ini dapat membuat perekonomian dapat maju. Namun, masih belum jelas apakah hal itu bisa benar-benar berjalan dengan baik. Pasalnya, penurunan ekonomi yang dialami China sudah cukup parah.

Diketahui pada Juli lalu, penjualan barang-barang (retail) China, tumbuh 2,7 persen lebih lambat dari perkiraan. Hasil inipun sama halnya dengan investasi. Investasi aset diketahui tumbuh lebih buruk hingga 6,2 persen dibandingkan proyeksi para ekonom. Kemudian yang paling parah, pengangguran kaum muda mencapai angka 20 persen.

“Data ekonomi Juli sangat mengkhawatirkan,” ujar ekonom Australia Raymond Yeung. 

 

Suku Bunga Berbagai Negara

China merupakan negara yang justru mengurangi suku bunga di tengah gejolak ekonomi dunia. Diketahui melansir dari Global Rates, sejumlah negara adidaya lainnya, seperti Amerika Serikat, Inggris, India, dan Brazil bahkan sudah menaikkan suku bunga beberapa waktu terakhir ini.

 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 15 Agustus 2022

Wow! China Pangkas Suku Bunga, Kenapa Ya?

Target Zero Covid China membawa negara tirai bambu ini kepada penurunan ekonomi.

Target Zero Covid China membawa negara tirai bambu ini kepada penurunan ekonomi.

Context.id, JAKARTA - Di saat hampir semua negara menaikkan suku bunga bank sentral, negeri tirai bambu ini malah mengurangi suku bunganya.

Soalnya, selama ini China berfokus pada target zero Covid yang mengakibatkan adanya lockdown selama berminggu-minggu. Alhasil, harga rumah, penjualan barang, serta investasi menurun drastis pada periode tersebut. 

“Perkembangan yang paling mengejutkan adalah perlambatan investasi. Menunjukkan hambatan yang lebih berat dari perkiraan dari gejolak pasar properti. Datang setelah kredit yang sangat lemah untuk bulan Juli, angka-angka tersebut mendukung keputusan Bank Rakyat China untuk menurunkan suku bunga,” ujar kepala ekonom Asia, Chang Shu kepada Bloomberg. 

Maka dari itu, baru-baru ini People’s Bank of China atau bank sentral China menurunkan suku bunga untuk pinjaman sebesar 10 poin menjadi 2,75 persen. Sedangkan untuk suku bunga 7-Day (reverse) repo, berganti menjadi 2 persen, dari mulanya 2,1 persen. 

Adapun menurut Economic Times India, 7-Day reverse repo merupakan persentase bunga yang dihasilkan dari pinjaman bank sentral ke bank konvensional dalam periode 7 hari. Sementara suku bank biasa merupakan persentase yang dihasilkan dari pinjaman masyarakat ke bank konvensional. Kedua jenis suku bunga inipun dibayarkan dari pihak yang meminjam kepada pihak yang memberikan pinjaman. 

Maka dari itu jika suku bunga turun, pihak yang akan mengambil pinjaman atau mungkin KPR akan semakin banyak dan lebih banyak orang yang akan membeli barang. Otomatis perekonomian pun akan bertumbuh lebih cepat. 

Untuk kasus China ini, memang diharapkan bahwa penurunan suku bunga ini dapat membuat perekonomian dapat maju. Namun, masih belum jelas apakah hal itu bisa benar-benar berjalan dengan baik. Pasalnya, penurunan ekonomi yang dialami China sudah cukup parah.

Diketahui pada Juli lalu, penjualan barang-barang (retail) China, tumbuh 2,7 persen lebih lambat dari perkiraan. Hasil inipun sama halnya dengan investasi. Investasi aset diketahui tumbuh lebih buruk hingga 6,2 persen dibandingkan proyeksi para ekonom. Kemudian yang paling parah, pengangguran kaum muda mencapai angka 20 persen.

“Data ekonomi Juli sangat mengkhawatirkan,” ujar ekonom Australia Raymond Yeung. 

 

Suku Bunga Berbagai Negara

China merupakan negara yang justru mengurangi suku bunga di tengah gejolak ekonomi dunia. Diketahui melansir dari Global Rates, sejumlah negara adidaya lainnya, seperti Amerika Serikat, Inggris, India, dan Brazil bahkan sudah menaikkan suku bunga beberapa waktu terakhir ini.

 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Renita Sukma . 11 July 2025

Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!

Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Noviarizal Fernandez . 10 July 2025