Stories - 08 August 2022

Bharada E Ajukan Justice Collaborator, Apa Untungnya?

Bharada E (Richard Eliexer) sedang mengajukan diri sebagai Justice Collaborator atau pelaku tindak pidana yang bekerja sama dengan penegak hukum.


Ajudan Irjen Pol Ferdy Sambo, Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E berjalan memasuki ruangan Kantor Komnas HAM, Selasa (26/7/2022). -Antara-

Context.id, JAKARTA - Masih ingat kasus kasus kematian Brigadir J?  Saat ini, tersangka kasus penembakan atau yang kerap dipanggil Bharada E sudah menjadi tersangka.

Namun, bukan sembarang tersangka. Pasalnya, pria yang bernama asli Richard Eliexer ini sedang mengajukan diri sebagai Justice Collaborator (JC) atau pelaku tindak pidana yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk membongkar kasus ini. 

Pengacara Bharada E Deolipa Yumara menyatakan, setelah kliennya menceritakan detail peristiwa yang dialaminya, ia pun menyimpulkan bahwa pengetahuan kliennya ini sangat penting dan kliennya dapat menjadi saksi kunci dalam kasus ini. 

“Kami berpandangan apa yang dialami adalah suatu keadaan kunci yang bisa memberikan titik terang peristiwa ini,” ujar Deolipa.  

Selain itu, Deolipa  juga menyimpulkan bahwa Bharada E saat ini perlu dilindungi. Oleh karena itu, Deolipa akan meminta perlindungan ke LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). “Beliau bercerita sesuatu yang membuat tidak nyaman selama ini,” ujar Deolipa.

Lebih lanjut, Deolipa juga menyatakan bahwa kliennya tidak mau sendirian dipermasalahkan dalam kasus ini.  

 

Justice Collaborator Bisa Meringankan Hukuman?

Ternyata, keinginan Bharada E untuk menjadi justice collaborator juga akan membuatnya diuntungkan dalam segi hukuman. 

Pasalnya, dilansir dari Tempo, UU No.3 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, menyatakan bahwa seorang saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama, tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat meringankan pidana yang dijatuhkan terhadapnya”.

Selain itu, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborators) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu  juga menyatakan bahwa upaya menumbuhkan partisipasi publik guna mengungkap tindak pidana kejahatan besar, maka harus memberikan perlindungan hukum dan perlakuan khusus bagi setiap orang yang mengetahui, melapor, dan atau menemukan suatu hal yang dapat membantu aparat penegak hukum. 

Namun sekalipun itu, menurut Business Law Binus, regulasi tersebut masih belum memberikan pengaturan yang proporsional pada pelaku yang juga justice collaborator, sehingga pada dasarnya keberadaan juru kunci ini dapat direspon berbeda oleh penegak hukum.


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024