Share

Home Stories

Stories 25 Juli 2022

PBB Kecam Militer Myanmar yang Hukum Mati 4 Tahanan

Militer Myanmar telah mengeksekusi empat tahanan yang terdiri atas mantan politisi dan aktivis veteran.

Ilustrasi Myanmar. -Bloomberg-

Context.id, JAKARTA - Militer Myanmar telah mengeksekusi empat tahanan yang terdiri atas mantan politisi dan aktivis veteran.

 

Adapun tokoh yang diketahui adalah seorang rapper dan mantan anggota parlemen Aung San Suu Kyi, Phyo Zeya Thaw dan aktivis demokrasi, Kyaw Min Yu yang dituduh bersekongkol untuk melakukan aksi teror di Myanmar. Lalu ada dan Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw yang dituduh membunuh seorang wanita yang mereka curigai sebagai informan militer di Yagon. 

 

Faktanya, ternyata kedua orang tersebut sudah dijatuhi hukuman mati pada Januari 2022 lalu dalam persidangan tertutup karena didakwa melanggar Undang-undang Anti Terorisme. Tindakan ini pun otomatis mendapatkan kecaman dari seluruh dunia karena tidak adil dan transparan. 

 

Hal ini pertama kali diketahui oleh keluarga Menteri Hak Asasi Manusia di pemerintah persatuan nasional Myanmar Aung Myo Min dari wakil kepala penjara Insein. Namun, tidak diketahui kapan eksekusi tersebut benar-benar berlangsung. 

 

Menurut kabar tersebut, petugas penjara juga menolak untuk menyerahkan tubuh kepada kerabat ataupun keluarga. Padahal, peraturan penjara setempat sebenarnya menyatakan bahwa hal tersebut diharuskan, kecuali terdapat alasan khusus tertentu. 

 

Maka dari itu, media lokal melaporkan bahwa keluarga sedang melakukan perjalanan ke penjara Insein di Yangon, untuk menuntut pihak penjara agar mengizinkan mereka melihat tubuh korban. 

 

Dilansir dari The Guardian, Aung Myo Min menyatakan bahwa dirinya sangat sedih akan eksekusi tersebut. “Apa lagi yang kita perlukan untuk membuktikan betapa kejamnya militer Myanmar yang kejam,” menurut Aung.

 

Diketahui, sejak kudeta militer Myanmar pada Februari 2021, sudah terdapat 14.847 orang yang ditangkap dan 11.759 orang ditahan. Menurut AAPP Burma, sudah ada 76 tahanan yang dijatuhi hukuman mati, termasuk dua orang anak. Lalu, ada 41 orang yang juga dijatuhi hukuman mati, bahkan tanpa peradilan secara resmi. 


 

Dikecam Masyarakat Myanmar dan PBB

 

Banyak masyarakat Myanmar yang merubah foto profil media sosial mereka menjadi hitam dan merah sebagai tanda dukacita. Beberapa di antaranya juga mengunggah baris dari lirik dan pidato Phyo Zeya Thaw yang bertuliskan “tidak ada yang terjadi jika kita semua bersatu”. 

 

Selain itu, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Tom Andrews menyatakan kemarahannya tentang kabar tersebut. Bahkan Andrews juga menyatakan bahwa tindakan militer Myanmar harus menjadi titik balik bagi komunitas internasional. 

 

“Tindakan kejam ini harus menjadi titik balik bagi komunitas internasional” ujar Andrews. “Hati saya tertuju pada keluarga, teman, dan orang-orang terkasih mereka, dan tentu saja semua orang di Myanmar yang menjadi korban kekejaman junta yang meningkat,” ujar Andrews lagi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 25 Juli 2022

PBB Kecam Militer Myanmar yang Hukum Mati 4 Tahanan

Militer Myanmar telah mengeksekusi empat tahanan yang terdiri atas mantan politisi dan aktivis veteran.

Ilustrasi Myanmar. -Bloomberg-

Context.id, JAKARTA - Militer Myanmar telah mengeksekusi empat tahanan yang terdiri atas mantan politisi dan aktivis veteran.

 

Adapun tokoh yang diketahui adalah seorang rapper dan mantan anggota parlemen Aung San Suu Kyi, Phyo Zeya Thaw dan aktivis demokrasi, Kyaw Min Yu yang dituduh bersekongkol untuk melakukan aksi teror di Myanmar. Lalu ada dan Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw yang dituduh membunuh seorang wanita yang mereka curigai sebagai informan militer di Yagon. 

 

Faktanya, ternyata kedua orang tersebut sudah dijatuhi hukuman mati pada Januari 2022 lalu dalam persidangan tertutup karena didakwa melanggar Undang-undang Anti Terorisme. Tindakan ini pun otomatis mendapatkan kecaman dari seluruh dunia karena tidak adil dan transparan. 

 

Hal ini pertama kali diketahui oleh keluarga Menteri Hak Asasi Manusia di pemerintah persatuan nasional Myanmar Aung Myo Min dari wakil kepala penjara Insein. Namun, tidak diketahui kapan eksekusi tersebut benar-benar berlangsung. 

 

Menurut kabar tersebut, petugas penjara juga menolak untuk menyerahkan tubuh kepada kerabat ataupun keluarga. Padahal, peraturan penjara setempat sebenarnya menyatakan bahwa hal tersebut diharuskan, kecuali terdapat alasan khusus tertentu. 

 

Maka dari itu, media lokal melaporkan bahwa keluarga sedang melakukan perjalanan ke penjara Insein di Yangon, untuk menuntut pihak penjara agar mengizinkan mereka melihat tubuh korban. 

 

Dilansir dari The Guardian, Aung Myo Min menyatakan bahwa dirinya sangat sedih akan eksekusi tersebut. “Apa lagi yang kita perlukan untuk membuktikan betapa kejamnya militer Myanmar yang kejam,” menurut Aung.

 

Diketahui, sejak kudeta militer Myanmar pada Februari 2021, sudah terdapat 14.847 orang yang ditangkap dan 11.759 orang ditahan. Menurut AAPP Burma, sudah ada 76 tahanan yang dijatuhi hukuman mati, termasuk dua orang anak. Lalu, ada 41 orang yang juga dijatuhi hukuman mati, bahkan tanpa peradilan secara resmi. 


 

Dikecam Masyarakat Myanmar dan PBB

 

Banyak masyarakat Myanmar yang merubah foto profil media sosial mereka menjadi hitam dan merah sebagai tanda dukacita. Beberapa di antaranya juga mengunggah baris dari lirik dan pidato Phyo Zeya Thaw yang bertuliskan “tidak ada yang terjadi jika kita semua bersatu”. 

 

Selain itu, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Tom Andrews menyatakan kemarahannya tentang kabar tersebut. Bahkan Andrews juga menyatakan bahwa tindakan militer Myanmar harus menjadi titik balik bagi komunitas internasional. 

 

“Tindakan kejam ini harus menjadi titik balik bagi komunitas internasional” ujar Andrews. “Hati saya tertuju pada keluarga, teman, dan orang-orang terkasih mereka, dan tentu saja semua orang di Myanmar yang menjadi korban kekejaman junta yang meningkat,” ujar Andrews lagi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Muatan Politis Proyek Revisi Sejarah Versi Pemerintah

Proyek penulisan ulang sejarah Indonesia versi pemerintah dianggap bermuatan politis, bukan karena dasar pertimbangan ilmu pengetahuan

Renita Sukma . 25 June 2025

Bagaimana AI Meresap dalam Parfum

AI merevolusi proses pembuatan wewangian atau parfum. Benarkah hasilnya sesuai dengan hasil racikan tangan manusia?

Noviarizal Fernandez . 25 June 2025

Meningkatnya Penculikan Miliarder Kripto

Awalnya, pencurian kripto identik dengan peretas tapi kini kembali ke cara konvensional, menculik investornya dan memindahkan kekayaannya ke rekening

Noviarizal Fernandez . 23 June 2025

Turang Sudah Pulang, Film Terbaik yang Lama Menghilang

Seniman Bunga Siagian berhasil membawa pulang film karya aktivis Lekra Bachtiar Siagian berjudul Turang, yang sempat hilang puluhan tahun dari per ...

Renita Sukma . 22 June 2025