Stories - 25 July 2022

Politisi di Citayam Fashion Week, Apa Tujuannya?

Citayam Fashion Week yang sedang viral di media sosial ternyata membuat beberapa politisi seperti Anies dan Ridwan Kamil ikut-ikutan fenomena ini.


Anies mengajak tamu Eropa melakukan catwalk di lokasi Citayam Fashion Week. -@aniesbaswedan-

 

Context, JAKARTA - Semakin kesini, fenomena Citayam Fashion Week semakin menarik perhatian banyak pihak. Tidak hanya artis atau content creator, pejabat publik atau politisi pun juga ikut-ikutan meramaikan dan bahkan tampil dengan melakukan Catwalk.

Sebelumnya, fenomena Citayam Fashion Week ini viral di media sosial karena aksi dari kumpulan anak-anak remaja yang bergaya dengan busana yang unik dan nyentrik. Pada akhirnya, hal ini menciptakan sebuah subkultur baru. 

Menurut Pengamat Sosial UI Devie Rahmawati, semakin berkembangnya teknologi, membuat banyak remaja di pinggiran kota Jakarta yang sedang dalam fase pencarian jati diri, mencari referensi di ruang digital.

Kebetulan, referensi yang ditemukan adalah referensi budaya metro dan kota. Referensi-referensi tersebut lah yang membuat para remaja di pinggiran kota Jakarta ingin meniru budaya kota. Menurut Devie, hal ini juga bisa dijuluki sebagai tren metrosentrik.

“Sehingga, yang terjadi adalah semua anak, semua remaja ketika ingin menjadi remaja yang sempurna, mereka akan meniru apa pun yang membuat mereka bisa kelihatan seperti anak kota,” ujar Devie dalam keterangannya kepada Context (11/7/2022).


Politisi Ikut-Ikutan Citayam Fashion Week

Citayam Fashion Week yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial ternyata membuat beberapa pejabat publik atau politisi ikut-ikutan fenomena ini, seperti yang belum lama dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Pada Selasa (19/7/2022), Anies Baswedan terlihat mengajak sejumlah tamu Eropa untuk berjalan-jalan keliling Jakarta, mulai dari menaiki MRT hingga mengunjungi lokasi Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, tepatnya dekat Stasiun BNI City. 

Sejumlah tamu-tamu Eropa tersebut antara lain Head of VP Kris Peeters, Head of EIB Group Office Sunita Lukkhoo, dan Head of EIB Group for Southeast Asia & the Pacific Lucas Lenchant.

Saat di lokasi Citayam Fashion Week, Anies tampak mengajak para tamu Eropa tersebut untuk melakukan catwalk seperti yang sedang viral di kalangan anak-anak Citayam, Sudirman, Bojong Gede dan Depok (SCBD). 

“Di sela-sela kunjungan tadi, sempat mencoba catwalk ala teman-teman SCBD di Dukuh Atas. Kesimpulannya: kami semua tidak ada yang sekeren mereka, belum pantas naik catwalk. Lain kali kami jadi penonton dan pengagum saja,” tulis Anies di unggahan instagramnya.

Selain melakukan catwalk, Anies juga tampak menemui sejumlah anak SCBD untuk berbincang dan bahkan berfoto bersama.

Selain Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga tidak kalah untuk ikut-ikutan mendatangi kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat. Dalam unggahan video di Instagram pribadinya, Ridwan Kamil tampak sedang menemui para sekumpulan Ojek Online (Ojol) yang berada di lokasi Citayam Fashion Week. 

Dalam video tersebut, Ridwan Kamil mengatakan jika dirinya diundang oleh Gubernur Anies untuk meramaikan salah satu ruang publik Jakarta yang sedang viral di media sosial.

"Saya sedang berada di Dukuh Atas diundang Pak Anies untuk meramaikan ruang publik di Jakarta. Ternyata yang nongkrong bukan hanya dari Citayam dari Jawa Barat tapi ada temen-temen dari ojol juga yang akan meramaikan fashion show pagi hari ini," kata Ridwan Kamil dalam videonya di Instagram.

Saat menemui mereka, Ridwan Kamil juga turut mengenakan pakaian yang tidak kalah nyentriknya dengan para remaja SCBD. Dikutip dari Bisnis.com, pria yang juga disapa Kang Emil tersebut terlihat mengenakan jas casual berwarna beige, kaos putih, dan sneaker. 

Selain itu, Kang Emil juga tidak lupa untuk mengenakan topi pie hat berwarna putih dan membawa ransel kulit berwarna coklat. Sama seperti Anies, Kang Emil juga turun melakukan catwalk bersama beberapa driver ojol.

Kemudian, Kang Emil juga tidak lupa untuk menitip pesan kepada pemuda SCBD yang juga warga Jawa Barat untuk tetap menjaga kebersihan, tidak menggelandang, dan membuat konten yang positif.


Cuma Ikut-Ikutan atau Ada Maksud Lain?

Menurut Pengamat Politik Milenial Arifki Chaniago, munculnya fenomena Citayam Fashion Week ini adalah hal yang sangat menarik bagi para pejabat publik atau politisi. Karena, fenomena yang sudah viral ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan pencitraan dengan ikut tampil di ruang publik.

“Karena jumlah mereka besar dan mereka juga menarik ruang-ruang digital, secara ruang politik, bagi politisi ini menarik, karena akan memberikan keuntungan secara elektoral,” ujar Arifki Chaniago.

Kemudian, Arifki juga mengatakan jika keberadaan para politisi di lokasi Citayam Fashion Week tersebut juga bertujuan untuk mengincar para pemilih-pemilih baru, yaitu kelas menengah pinggiran, dan para remaja SCBD yang pada 2024 nanti sudah memenuhi syarat batas usia sebagai pemilih.

“Ketika politisi memanfaatkan Citayam Fashion Week ini, politisi ingin mendapatkan klaim itu, klaim sebagai kelompok yang mendukung kelas menengah pinggiran, sehingga mereka akan mengkalkulasikannya sebagai bonus politik di 2024 yang akan dihitung sebagai suara,” kata Arifki.

Arifki mengatakan jika apa yang dilakukan oleh para politisi ini sah-sah saja, karena melakukan pencitraan memang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan elektabilitas. Namun, ia juga menyatakan bahwa jangan sampai hal ini hanya dimanfaatkan sebagai kepentingan politik saja, tanpa benar-benar memedulikan mereka. 

“Yang menariknya, apakah politisi ini benar-benar  peduli dengan kelas menengah pinggiran ini atau hanya memanfaatkan mereka untuk kepentingan politik, ini yang penting kita garis bawahi,” tegas Arifki.

Kegiatan para politisi untuk ikut-ikutan fenomena viral seperti ini sebenarnya juga sering terjadi. Arifki mencontohkan pada Pemilu 2014-2019. Menurutnya, saat itu banyak politisi yang memanfaatkan isu-isu milenial untuk kepentingan politiknya.

“Ini kan tujuannya bukan karena mereka mendukung kelompok milenial, tapi tujuannya adalah agar mereka dianggap sebagai pendukung atau memberikan ruang politik kepada milenial,” Arifki menjelaskan.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id | 29-10-2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id | 29-10-2024

Dari Pengusaha Menjadi Sosok Dermawan; Tren Filantropis Pendiri Big Tech

Banyak yang meragukan mengapa para taipan Big Tech menjadi filantropi, salah satunya tudingan menghindari pajak

Context.id | 28-10-2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Context.id | 28-10-2024