Share

Home Stories

Stories 07 Juli 2022

Sri Lanka Bangkrut, Gimana Nasib WNI di Sana?

Sri Lanka, negara yang akhir-akhir ini sedang dilanda oleh krisis ekonomi terburuk mereka, kini resmi dinyatakan bangkrut.

Ilustrasi orang-orang mengantre membeli bahan bakar. - Context -

Context, JAKARTA - Sri Lanka, negara yang akhir-akhir ini sedang dilanda krisis ekonomi terburuk mereka, kini resmi dinyatakan bangkrut. Kabar buruk ini langsung diungkapkan oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe pada Selasa (5/7/2022).

Sebelumnya, Sri Lanka memang sudah dilanda inflasi selama berbulan-bulan. Hal ini menyebabkan rakyat Sri Lanka hidup dalam kesengsaraan. Harga barang naik, listrik padam dalam jangka waktu yang lama, hingga kerusuhan terjadi di mana-mana.

Cadangan devisa Sri Lanka pun telah anjlok hingga ke nilai terendah. Cadangan dolar yang dimiliki juga telah habis untuk mengimpor komoditas seperti obat-obatan, makanan, dan bahan bakar.

Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka selama ini memang telah membuat sejumlah komoditas menjadi langka. Salah satu yang paling parah adalah bahan bakar. Kelangkaan ini membuat ratusan orang harus mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan bahan bakar. 

''Kalau beruntung, bisa dapat bahan bakar, atau harus pulang dengan tangan hampa. Meskipun demikian, orang-orang masih pergi setiap hari untuk berdiri dalam antrean panjang selama berjam-jam. Kakak saya berdiri dalam antrian hampir empat jam, tapi dia tidak bisa mendapatkan bahan bakar,'' ungkap Ruvini Gunawardana, seorang warga Sri Lanka.

Selain itu, status negara Sri Lanka yang kini menjadi bangkrut telah menyulitkan negara ini untuk mendapatkan dana bantuan dari International Monetary Fund (IMF). Padahal, menurut Wickremesinghe, bantuan dari IMF bisa menjadi cara untuk menghidupkan kembali perekonomian di Sri Lanka.

"Kami sekarang bernegosiasi sebagai negara bangkrut. Oleh karena itu, kami harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," kata Wickremesinghe.


Nasib WNI di Sri Lanka

Melansir dari Tempo, nasib Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Sri Lanka tidak jauh berbeda dengan warga Sri Lanka lainnya. Mereka juga terdampak oleh krisis ekonomi yang sedang terjadi.

Menurut salah satu WNI bernama Maria M. Rahayu, ia juga harus mengantre selama berjam-jam hanya untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Seperti contohnya, untuk mendapatkan gas, Maria harus antre selama kurang lebih 8 setengah jam, mulai dari jam 6 pagi.

Namun, usahanya kesabarannya tersebut dalam mengantre gas kadang tidak selalu berhasil. Meskipun sudah mengantre lama, beberapa kali ia harus pulang dengan tangan hampa. 

Tidak hanya dalam mengantre gas, hal ini juga ia rasakan saat mengantre kebutuhan pokok lainnya.

"Belanja kebutuhan rumah tangga seperti beli beras, gula, minyak, mengantre. Jumlahnya juga dibatasi," ujar Maria.

Keinginan pulang ke Indonesia sebenarnya sangat besar. Keluarganya di Indonesia selama ini telah menyuruhnya untuk kembali. Namun, menurut Maria hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Pasalnya, meskipun suaminya yang berwarga negara Sri Lanka sudah meninggal, anak- anak dari Maria masih berwarga negara Sri Lanka. 

"Adik-adik agar saya pulang dan back to Indonesia. Tapi niat itu terbentur karena warga negara anak-anak saya adalah Sri Lanka," kata Maria. 

Saat ini, menurut Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha, per April 2022, total WNI yang ada di Sri Lanka berjumlah 273 orang. Kemudian, dari jumlah tersebut, 190 WNI memiliki izin tinggal tetap.

Menurut Judha, WNI KBRI di Kolombo saat ini juga sedang terus memantau keadaan para WNI di Sri Lanka. Judha juga menyebutkan jika WNI yang ada di Sri Lanka memang ikut terdampak, namun tidak parah seperti warga Sri Lanka lainnya. Beberapa WNI juga masih bisa mengakses kebutuhan pokok yang sedang dilanda kelangkaan.

"Meskipun demikian, KBRI Kolombo siap memberikan bantuan kepada WNI yang paling terdampak jika membutuhkan," kata Judha.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 07 Juli 2022

Sri Lanka Bangkrut, Gimana Nasib WNI di Sana?

Sri Lanka, negara yang akhir-akhir ini sedang dilanda oleh krisis ekonomi terburuk mereka, kini resmi dinyatakan bangkrut.

Ilustrasi orang-orang mengantre membeli bahan bakar. - Context -

Context, JAKARTA - Sri Lanka, negara yang akhir-akhir ini sedang dilanda krisis ekonomi terburuk mereka, kini resmi dinyatakan bangkrut. Kabar buruk ini langsung diungkapkan oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe pada Selasa (5/7/2022).

Sebelumnya, Sri Lanka memang sudah dilanda inflasi selama berbulan-bulan. Hal ini menyebabkan rakyat Sri Lanka hidup dalam kesengsaraan. Harga barang naik, listrik padam dalam jangka waktu yang lama, hingga kerusuhan terjadi di mana-mana.

Cadangan devisa Sri Lanka pun telah anjlok hingga ke nilai terendah. Cadangan dolar yang dimiliki juga telah habis untuk mengimpor komoditas seperti obat-obatan, makanan, dan bahan bakar.

Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka selama ini memang telah membuat sejumlah komoditas menjadi langka. Salah satu yang paling parah adalah bahan bakar. Kelangkaan ini membuat ratusan orang harus mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan bahan bakar. 

''Kalau beruntung, bisa dapat bahan bakar, atau harus pulang dengan tangan hampa. Meskipun demikian, orang-orang masih pergi setiap hari untuk berdiri dalam antrean panjang selama berjam-jam. Kakak saya berdiri dalam antrian hampir empat jam, tapi dia tidak bisa mendapatkan bahan bakar,'' ungkap Ruvini Gunawardana, seorang warga Sri Lanka.

Selain itu, status negara Sri Lanka yang kini menjadi bangkrut telah menyulitkan negara ini untuk mendapatkan dana bantuan dari International Monetary Fund (IMF). Padahal, menurut Wickremesinghe, bantuan dari IMF bisa menjadi cara untuk menghidupkan kembali perekonomian di Sri Lanka.

"Kami sekarang bernegosiasi sebagai negara bangkrut. Oleh karena itu, kami harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," kata Wickremesinghe.


Nasib WNI di Sri Lanka

Melansir dari Tempo, nasib Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Sri Lanka tidak jauh berbeda dengan warga Sri Lanka lainnya. Mereka juga terdampak oleh krisis ekonomi yang sedang terjadi.

Menurut salah satu WNI bernama Maria M. Rahayu, ia juga harus mengantre selama berjam-jam hanya untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Seperti contohnya, untuk mendapatkan gas, Maria harus antre selama kurang lebih 8 setengah jam, mulai dari jam 6 pagi.

Namun, usahanya kesabarannya tersebut dalam mengantre gas kadang tidak selalu berhasil. Meskipun sudah mengantre lama, beberapa kali ia harus pulang dengan tangan hampa. 

Tidak hanya dalam mengantre gas, hal ini juga ia rasakan saat mengantre kebutuhan pokok lainnya.

"Belanja kebutuhan rumah tangga seperti beli beras, gula, minyak, mengantre. Jumlahnya juga dibatasi," ujar Maria.

Keinginan pulang ke Indonesia sebenarnya sangat besar. Keluarganya di Indonesia selama ini telah menyuruhnya untuk kembali. Namun, menurut Maria hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Pasalnya, meskipun suaminya yang berwarga negara Sri Lanka sudah meninggal, anak- anak dari Maria masih berwarga negara Sri Lanka. 

"Adik-adik agar saya pulang dan back to Indonesia. Tapi niat itu terbentur karena warga negara anak-anak saya adalah Sri Lanka," kata Maria. 

Saat ini, menurut Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha, per April 2022, total WNI yang ada di Sri Lanka berjumlah 273 orang. Kemudian, dari jumlah tersebut, 190 WNI memiliki izin tinggal tetap.

Menurut Judha, WNI KBRI di Kolombo saat ini juga sedang terus memantau keadaan para WNI di Sri Lanka. Judha juga menyebutkan jika WNI yang ada di Sri Lanka memang ikut terdampak, namun tidak parah seperti warga Sri Lanka lainnya. Beberapa WNI juga masih bisa mengakses kebutuhan pokok yang sedang dilanda kelangkaan.

"Meskipun demikian, KBRI Kolombo siap memberikan bantuan kepada WNI yang paling terdampak jika membutuhkan," kata Judha.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Renita Sukma . 11 July 2025

Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!

Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Noviarizal Fernandez . 10 July 2025