Indonesia Disebut Negara Paling Proteksionis, Untung atau Buntung?
Indonesia tercatat sebagai negara dengan hambatan perdagangan paling banyak, bersanding dengan Rusia, India, Venezuela, dan Thailand.
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini, nama Indonesia muncul sebagai negara paling proteksionis di dunia. Label ini datang dari laporan International Trade Barrier Index 2025 yang dirilis oleh Tholos Foundation.
Tapi apa sih artinya proteksionis? Dan kenapa ekonomi Indonesia malah tumbuh lebih cepat dari Jepang?
Proteksionisme, kebijakan ekonomi suatu negara memasang banyak pembatas perdagangan demi melindungi industri lokalnya.
Bentuknya bisa bermacam-macam, tarif impor tinggi, kuota terbatas, atau regulasi berbelit-belit yang bikin barang dari luar negeri susah masuk.
Tujuannya? Memberi ruang aman bagi produk dalam negeri agar tidak tergilas oleh serbuan barang impor yang lebih murah atau lebih canggih.
Dalam laporan Tholos Foundation itu, Indonesia tercatat sebagai negara dengan hambatan perdagangan paling banyak, bersanding dengan Rusia, India, Venezuela, dan Thailand.
Sementara di sisi seberang, negara-negara dengan perdagangan paling terbuka adalah Hong Kong, Singapura, Israel, Kanada, dan Jepang.
Namun yang bikin banyak orang terkejut, negara yang proteksionis justru mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Menurut data IMF (World Economic Outlook, April 2025), lima negara terproteksionis mencatat rata-rata pertumbuhan 4,68%.
Indonesia sendiri tumbuh 5%, sedangkan Jepang hanya 1,2%. Bahkan negara sekelas Israel hanya tumbuh 0,9%. Apa ini berarti proteksionisme adalah strategi yang benar? Tidak Sesederhana Itu
Ekonom Wijayanto Samirin dari Universitas Paramadina mengingatkan, melihat angka pertumbuhan saja tidak cukup. Kalau dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, negara-negara paling terbuka justru unggul jauh.
Jepang, Kanada, Singapura PDB per kapitanya berada di kisaran US$35.000 hingga US$85.000. Sedangkan negara proteksionis seperti Indonesia dan India masih di bawah US$15.000.
Menurut Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, perdagangan bebas pada dasarnya bagus, tapi hanya kalau membawa manfaat buat kedua belah pihak.
Kalau tidak diatur dengan baik, barang impor bisa membunuh industri lokal dan membuat ekonomi nasional tergantung pada produk asing.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Indonesia Disebut Negara Paling Proteksionis, Untung atau Buntung?
Indonesia tercatat sebagai negara dengan hambatan perdagangan paling banyak, bersanding dengan Rusia, India, Venezuela, dan Thailand.
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini, nama Indonesia muncul sebagai negara paling proteksionis di dunia. Label ini datang dari laporan International Trade Barrier Index 2025 yang dirilis oleh Tholos Foundation.
Tapi apa sih artinya proteksionis? Dan kenapa ekonomi Indonesia malah tumbuh lebih cepat dari Jepang?
Proteksionisme, kebijakan ekonomi suatu negara memasang banyak pembatas perdagangan demi melindungi industri lokalnya.
Bentuknya bisa bermacam-macam, tarif impor tinggi, kuota terbatas, atau regulasi berbelit-belit yang bikin barang dari luar negeri susah masuk.
Tujuannya? Memberi ruang aman bagi produk dalam negeri agar tidak tergilas oleh serbuan barang impor yang lebih murah atau lebih canggih.
Dalam laporan Tholos Foundation itu, Indonesia tercatat sebagai negara dengan hambatan perdagangan paling banyak, bersanding dengan Rusia, India, Venezuela, dan Thailand.
Sementara di sisi seberang, negara-negara dengan perdagangan paling terbuka adalah Hong Kong, Singapura, Israel, Kanada, dan Jepang.
Namun yang bikin banyak orang terkejut, negara yang proteksionis justru mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Menurut data IMF (World Economic Outlook, April 2025), lima negara terproteksionis mencatat rata-rata pertumbuhan 4,68%.
Indonesia sendiri tumbuh 5%, sedangkan Jepang hanya 1,2%. Bahkan negara sekelas Israel hanya tumbuh 0,9%. Apa ini berarti proteksionisme adalah strategi yang benar? Tidak Sesederhana Itu
Ekonom Wijayanto Samirin dari Universitas Paramadina mengingatkan, melihat angka pertumbuhan saja tidak cukup. Kalau dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, negara-negara paling terbuka justru unggul jauh.
Jepang, Kanada, Singapura PDB per kapitanya berada di kisaran US$35.000 hingga US$85.000. Sedangkan negara proteksionis seperti Indonesia dan India masih di bawah US$15.000.
Menurut Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, perdagangan bebas pada dasarnya bagus, tapi hanya kalau membawa manfaat buat kedua belah pihak.
Kalau tidak diatur dengan baik, barang impor bisa membunuh industri lokal dan membuat ekonomi nasional tergantung pada produk asing.
POPULAR
RELATED ARTICLES