Share

Home Originals

Originals 25 April 2025

Jumbo, Saat Film Animasi Indonesia Mencetak Sejarah di Layar Lebar

Di tengah dominasi horor dan drama cinta rumit, sebuah film animasi lokal mencuri perhatian dan pecahkan rekor

Ilustrasi film Jumbo/Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Kapan terakhir kali kamu nonton film animasi Indonesia di bioskop bukan karena nemenin keponakan, tapi karena memang tertarik nonton? 

Biasanya, layar bioskop kita didominasi film horor atau drama penuh intrik pertemanan dan cinta. Tapi belakangan ini, ada yang beda. Poster-poster film horor pelan-pelan digeser oleh satu judul animasi: Jumbo.

Film animasi garapan Visinema ini viral di media sosial. Bahkan, tagar #BuzzerJumbo ikut meramaikan linimasa X (dulu Twitter). Tak cuma ramai diperbincangkan, Jumbo juga memecahkan rekor sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. 

Per 15 April 2025, Jumbo berhasil meraih 3,5 juta penonton, menyalip Mencuri Raden Saleh (2,3 juta penonton) dan jauh meninggalkan film animasi lokal lain seperti Si Juki The Movie atau Nussa.

Yang bikin makin salut, film ini digarap selama lima tahun, melibatkan 420 kreator dari berbagai bidang: penulisan naskah, desain karakter, pengisi suara, hingga penata musik. Kerja kolektif yang bukan main-main, apalagi di tengah tantangan industri animasi lokal.

Buat para pekerja kreatif, keberhasilan Jumbo bukan cuma soal jumlah penonton. Ini adalah validasi bahwa karya lokal bisa diapresiasi setinggi-tingginya di negeri sendiri dan kini bahkan akan tayang di luar negeri. 

Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, bahkan Rusia, jadi target distribusi berikutnya. Jumbo bukan satu-satunya animasi yang pernah hadir di layar bioskop Indonesia. Sebelumnya ada Battle of Surabaya, Si Juki, Nussa, Knight Kris, dan lainnya. 

Masing-masing punya kontribusi penting membangun fondasi industri animasi lokal. Tapi harus diakui, Jumbo datang dengan skala lebih besar, ambisi lebih tinggi, dan hasil yang lebih dahsyat.

Di tengah banjir konten 30 detik dan algoritma global, Jumbo berhasil membuat kita duduk tenang 90 menit, tertawa, terharu, dan bangga. Ini bukan hanya soal menonton film. Ini tentang ikut merayakan pencapaian industri kreatif dalam negeri.

Sudah nonton Jumbo and the genk?



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 25 April 2025

Jumbo, Saat Film Animasi Indonesia Mencetak Sejarah di Layar Lebar

Di tengah dominasi horor dan drama cinta rumit, sebuah film animasi lokal mencuri perhatian dan pecahkan rekor

Ilustrasi film Jumbo/Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Kapan terakhir kali kamu nonton film animasi Indonesia di bioskop bukan karena nemenin keponakan, tapi karena memang tertarik nonton? 

Biasanya, layar bioskop kita didominasi film horor atau drama penuh intrik pertemanan dan cinta. Tapi belakangan ini, ada yang beda. Poster-poster film horor pelan-pelan digeser oleh satu judul animasi: Jumbo.

Film animasi garapan Visinema ini viral di media sosial. Bahkan, tagar #BuzzerJumbo ikut meramaikan linimasa X (dulu Twitter). Tak cuma ramai diperbincangkan, Jumbo juga memecahkan rekor sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. 

Per 15 April 2025, Jumbo berhasil meraih 3,5 juta penonton, menyalip Mencuri Raden Saleh (2,3 juta penonton) dan jauh meninggalkan film animasi lokal lain seperti Si Juki The Movie atau Nussa.

Yang bikin makin salut, film ini digarap selama lima tahun, melibatkan 420 kreator dari berbagai bidang: penulisan naskah, desain karakter, pengisi suara, hingga penata musik. Kerja kolektif yang bukan main-main, apalagi di tengah tantangan industri animasi lokal.

Buat para pekerja kreatif, keberhasilan Jumbo bukan cuma soal jumlah penonton. Ini adalah validasi bahwa karya lokal bisa diapresiasi setinggi-tingginya di negeri sendiri dan kini bahkan akan tayang di luar negeri. 

Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, bahkan Rusia, jadi target distribusi berikutnya. Jumbo bukan satu-satunya animasi yang pernah hadir di layar bioskop Indonesia. Sebelumnya ada Battle of Surabaya, Si Juki, Nussa, Knight Kris, dan lainnya. 

Masing-masing punya kontribusi penting membangun fondasi industri animasi lokal. Tapi harus diakui, Jumbo datang dengan skala lebih besar, ambisi lebih tinggi, dan hasil yang lebih dahsyat.

Di tengah banjir konten 30 detik dan algoritma global, Jumbo berhasil membuat kita duduk tenang 90 menit, tertawa, terharu, dan bangga. Ini bukan hanya soal menonton film. Ini tentang ikut merayakan pencapaian industri kreatif dalam negeri.

Sudah nonton Jumbo and the genk?



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Malaysia Jadi Favorit Wisatawan Indonesia, Kenapa?

Jika mau melancong ke negara Asia Tenggara, ada alternatif yang lebih murah dari Malaysia

Naufal Jauhar Nazhif . 11 June 2025

Persib Mau IPO, Klub Bola Jadi Investasi?

Persib mau IPO dan itu berarti siapa pun termasuk Bobotoh, bisa punya sebagian kecil saham atau memiliki klub biru ini

Renita Sukma . 09 June 2025

Industri Otomotif Indonesia, Dulu Menantang Thailand Kini Terancam Malaysia

Kala mimpi besar menjadi raksasa otomotif Asean tersendat oleh kantong rakyat yang makin tipis

Naufal Jauhar Nazhif . 04 June 2025

Indonesia Disebut Negara Paling Proteksionis, Untung atau Buntung?

Indonesia tercatat sebagai negara dengan hambatan perdagangan paling banyak, bersanding dengan Rusia, India, Venezuela, dan Thailand.

Renita Sukma . 02 June 2025