Share

Home Stories

Stories 07 April 2025

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Ilustrasi Donald Trump/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Harga Switch 2 yang baru diumumkan, yaitu US$449, bukan hanya karena peningkatan spesifikasi. Di balik angka itu tersembunyi ketegangan politik yang bisa berdampak langsung ke saku konsumen terutama generasi muda yang paling gemar mengikuti perkembangan teknologi.

Donald Trump mengumumkan gelombang baru tarif impor yang ditujukan untuk produk-produk dari China dan negara lain. Tujuannya? Mendorong produksi dalam negeri dan mengembalikan pekerjaan ke Amerika. Namun dalam praktiknya, kebijakan ini berisiko membuat hampir semua perangkat elektronik menjadi lebih mahal.

Konsol gim seperti Nintendo Switch 2, laptop, ponsel pintar dan bahkan headphone semuanya sangat bergantung pada rantai pasok global, terutama China. Ketika komponen atau produk jadi dikenai tarif, biaya tambahan itu biasanya tidak ditanggung produsen, melainkan dialihkan ke konsumen.

Switch 2, misalnya, kemungkinan besar akan diproduksi atau dirakit sebagian di Asia Timur. Jika dikenakan tarif baru, harga ecerannya bisa melonjak lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Nantinya mulai dari Apple, Samsung, Dell, hingga startup pembuat gawai musik independen seperti Tuneshine pun turut merasakan tekanan.

Melansir The Verge, Tobias Butler dari Tuneshine, kreator perangkat musik digital modular mengatakan bagi kreator kecil seperti dia, perubahan harga sekecil 50 sen per komponen bisa menjadi perbedaan antara untung dan rugi. "Tarif ini membuat kami harus mendesain ulang seluruh strategi produk," ujarnya.

Bagi perusahaan rintisan dan pengembang independen, tarif bukan hanya soal biaya tambahan, tapi juga tentang kelangsungan inovasi. Bila biaya produksi naik, mereka harus memilih antara mengurangi kualitas, menaikkan harga atau berhenti berproduksi sama sekali.

Trump menegaskan kebijakan ini ditujukan untuk melindungi industri domestik. Namun seperti periode pertamanya, efek langsungnya lebih terasa di rak toko elektronik dibandingkan pabrik-pabrik yang kembali hidup. Banyak analis menyebutnya “perang dagang jilid dua” yang berakhir dengan inflasi konsumen dan ketidakpastian bisnis.

Menurut laporan The Verge, para pelaku industri teknologi kini kembali melakukan kalkulasi ulang terhadap lokasi produksi, rantai pasok, dan bahkan pasar utama mereka. Beberapa mempertimbangkan untuk memindahkan produksi ke negara-negara Asia Tenggara atau Meksiko, tapi itu membutuhkan waktu dan modal besar. 

Generasi muda yang tumbuh dengan konsol gim, laptop, dan ponsel pintar sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari akan menjadi kelompok yang paling merasakan dampaknya. Gadget bukan lagi barang mewah, melainkan alat kerja, belajar, dan hiburan. Ketika harganya naik, dampaknya bukan hanya di dompet, tapi juga dalam akses dan peluang.

Tarif bukan sekadar angka dalam peraturan perdagangan. Ia adalah keputusan politik yang menjelma menjadi harga yang Anda bayar di kasir toko elektronik. Seperti yang kini terlihat, gawai masa depan mungkin akan jauh lebih canggih tapi juga jauh lebih mahal.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 07 April 2025

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Ilustrasi Donald Trump/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Harga Switch 2 yang baru diumumkan, yaitu US$449, bukan hanya karena peningkatan spesifikasi. Di balik angka itu tersembunyi ketegangan politik yang bisa berdampak langsung ke saku konsumen terutama generasi muda yang paling gemar mengikuti perkembangan teknologi.

Donald Trump mengumumkan gelombang baru tarif impor yang ditujukan untuk produk-produk dari China dan negara lain. Tujuannya? Mendorong produksi dalam negeri dan mengembalikan pekerjaan ke Amerika. Namun dalam praktiknya, kebijakan ini berisiko membuat hampir semua perangkat elektronik menjadi lebih mahal.

Konsol gim seperti Nintendo Switch 2, laptop, ponsel pintar dan bahkan headphone semuanya sangat bergantung pada rantai pasok global, terutama China. Ketika komponen atau produk jadi dikenai tarif, biaya tambahan itu biasanya tidak ditanggung produsen, melainkan dialihkan ke konsumen.

Switch 2, misalnya, kemungkinan besar akan diproduksi atau dirakit sebagian di Asia Timur. Jika dikenakan tarif baru, harga ecerannya bisa melonjak lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Nantinya mulai dari Apple, Samsung, Dell, hingga startup pembuat gawai musik independen seperti Tuneshine pun turut merasakan tekanan.

Melansir The Verge, Tobias Butler dari Tuneshine, kreator perangkat musik digital modular mengatakan bagi kreator kecil seperti dia, perubahan harga sekecil 50 sen per komponen bisa menjadi perbedaan antara untung dan rugi. "Tarif ini membuat kami harus mendesain ulang seluruh strategi produk," ujarnya.

Bagi perusahaan rintisan dan pengembang independen, tarif bukan hanya soal biaya tambahan, tapi juga tentang kelangsungan inovasi. Bila biaya produksi naik, mereka harus memilih antara mengurangi kualitas, menaikkan harga atau berhenti berproduksi sama sekali.

Trump menegaskan kebijakan ini ditujukan untuk melindungi industri domestik. Namun seperti periode pertamanya, efek langsungnya lebih terasa di rak toko elektronik dibandingkan pabrik-pabrik yang kembali hidup. Banyak analis menyebutnya “perang dagang jilid dua” yang berakhir dengan inflasi konsumen dan ketidakpastian bisnis.

Menurut laporan The Verge, para pelaku industri teknologi kini kembali melakukan kalkulasi ulang terhadap lokasi produksi, rantai pasok, dan bahkan pasar utama mereka. Beberapa mempertimbangkan untuk memindahkan produksi ke negara-negara Asia Tenggara atau Meksiko, tapi itu membutuhkan waktu dan modal besar. 

Generasi muda yang tumbuh dengan konsol gim, laptop, dan ponsel pintar sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari akan menjadi kelompok yang paling merasakan dampaknya. Gadget bukan lagi barang mewah, melainkan alat kerja, belajar, dan hiburan. Ketika harganya naik, dampaknya bukan hanya di dompet, tapi juga dalam akses dan peluang.

Tarif bukan sekadar angka dalam peraturan perdagangan. Ia adalah keputusan politik yang menjelma menjadi harga yang Anda bayar di kasir toko elektronik. Seperti yang kini terlihat, gawai masa depan mungkin akan jauh lebih canggih tapi juga jauh lebih mahal.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Context.id . 07 April 2025

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025