Share

Home Stories

Stories 24 Februari 2025

Apakah Internet Membuat Kita Bodoh?

Sebuah studi dari UCLA menemukan kebiasaan membaca secara mendalam semakin berkurang karena otak kita terbiasa dengan informasi internet yang dangkal

Ilustrasi kebodohan/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2008, Nicholas Carr menerbitkan esai berjudul "Apakah Google Membuat Kita Bodoh?" di The Atlantic. Tulisan tersebut memicu perdebatan luas tentang bagaimana internet mengubah cara kita berpikir. 

Carr menyatakan semakin sering ia menggunakan internet, semakin sulit baginya untuk membaca dan berpikir secara mendalam.

"Selama beberapa tahun terakhir, saya merasa tidak nyaman karena ada sesuatu yang mengubah cara kerja otak saya," tulisnya. 

Ia berpendapat internet, dengan arus informasi yang cepat dan tidak terstruktur, secara fundamental mengubah bagaimana manusia memproses dan memahami informasi.

Sejarah menunjukkan perubahan dalam teknologi komunikasi selalu membawa dampak terhadap cara manusia memahami dunia. 

Dari mesin cetak hingga televisi, setiap inovasi mengubah pola berpikir masyarakat. Namun, internet berbeda karena sifatnya yang interaktif dan terus-menerus menuntut perhatian.

Berbagai penelitian mendukung kekhawatiran Carr. 

Sebuah studi dari University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan kebiasaan membaca secara mendalam semakin berkurang karena otak kita terbiasa dengan informasi yang cepat dan dangkal. 

Penelitian lain menunjukkan penggunaan internet dalam jangka panjang dapat mengurangi rentang perhatian, membuat orang lebih mudah terdistraksi dan kurang mampu berpikir secara mendalam.

Namun, internet juga membawa manfaat besar. Akses terhadap informasi lebih mudah dibandingkan sebelumnya, memungkinkan pembelajaran lebih cepat dan kolaborasi lebih luas. 

Teknologi digital telah membantu banyak orang untuk tetap terhubung, meningkatkan produktivitas, dan bahkan menciptakan industri baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Di sisi lain, ada konsekuensi negatif yang tidak bisa diabaikan. 

Algoritma media sosial dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin, sering kali dengan cara yang merangsang impulsivitas dan memicu konsumsi informasi yang dangkal. 

Banyak orang mengandalkan internet untuk mendapatkan informasi secara instan, tetapi jarang meluangkan waktu untuk memeriksa keakuratan atau memahami konteksnya secara mendalam.

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika internet memang mengubah cara kita berpikir, apakah kita bisa mengimbanginya? Para ahli merekomendasikan beberapa strategi:

1. Latih Konsentrasi Mendalam: Meluangkan waktu untuk membaca buku atau mendalami suatu topik tanpa gangguan dapat membantu memulihkan kebiasaan berpikir kritis.

2. Kurangi Ketergantungan pada Notifikasi: Mengurangi paparan terhadap gangguan digital dapat meningkatkan fokus dan produktivitas.

3. Gunakan Teknologi dengan Bijak: Memanfaatkan internet untuk pembelajaran dan penelitian yang lebih dalam dapat membantu menyeimbangkan dampak negatifnya.

4. Berlatih Refleksi dan Berpikir Kritis: Mengembangkan kebiasaan bertanya dan mempertanyakan informasi dapat membantu kita menghindari jebakan pola pikir dangkal



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 24 Februari 2025

Apakah Internet Membuat Kita Bodoh?

Sebuah studi dari UCLA menemukan kebiasaan membaca secara mendalam semakin berkurang karena otak kita terbiasa dengan informasi internet yang dangkal

Ilustrasi kebodohan/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2008, Nicholas Carr menerbitkan esai berjudul "Apakah Google Membuat Kita Bodoh?" di The Atlantic. Tulisan tersebut memicu perdebatan luas tentang bagaimana internet mengubah cara kita berpikir. 

Carr menyatakan semakin sering ia menggunakan internet, semakin sulit baginya untuk membaca dan berpikir secara mendalam.

"Selama beberapa tahun terakhir, saya merasa tidak nyaman karena ada sesuatu yang mengubah cara kerja otak saya," tulisnya. 

Ia berpendapat internet, dengan arus informasi yang cepat dan tidak terstruktur, secara fundamental mengubah bagaimana manusia memproses dan memahami informasi.

Sejarah menunjukkan perubahan dalam teknologi komunikasi selalu membawa dampak terhadap cara manusia memahami dunia. 

Dari mesin cetak hingga televisi, setiap inovasi mengubah pola berpikir masyarakat. Namun, internet berbeda karena sifatnya yang interaktif dan terus-menerus menuntut perhatian.

Berbagai penelitian mendukung kekhawatiran Carr. 

Sebuah studi dari University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan kebiasaan membaca secara mendalam semakin berkurang karena otak kita terbiasa dengan informasi yang cepat dan dangkal. 

Penelitian lain menunjukkan penggunaan internet dalam jangka panjang dapat mengurangi rentang perhatian, membuat orang lebih mudah terdistraksi dan kurang mampu berpikir secara mendalam.

Namun, internet juga membawa manfaat besar. Akses terhadap informasi lebih mudah dibandingkan sebelumnya, memungkinkan pembelajaran lebih cepat dan kolaborasi lebih luas. 

Teknologi digital telah membantu banyak orang untuk tetap terhubung, meningkatkan produktivitas, dan bahkan menciptakan industri baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Di sisi lain, ada konsekuensi negatif yang tidak bisa diabaikan. 

Algoritma media sosial dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin, sering kali dengan cara yang merangsang impulsivitas dan memicu konsumsi informasi yang dangkal. 

Banyak orang mengandalkan internet untuk mendapatkan informasi secara instan, tetapi jarang meluangkan waktu untuk memeriksa keakuratan atau memahami konteksnya secara mendalam.

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika internet memang mengubah cara kita berpikir, apakah kita bisa mengimbanginya? Para ahli merekomendasikan beberapa strategi:

1. Latih Konsentrasi Mendalam: Meluangkan waktu untuk membaca buku atau mendalami suatu topik tanpa gangguan dapat membantu memulihkan kebiasaan berpikir kritis.

2. Kurangi Ketergantungan pada Notifikasi: Mengurangi paparan terhadap gangguan digital dapat meningkatkan fokus dan produktivitas.

3. Gunakan Teknologi dengan Bijak: Memanfaatkan internet untuk pembelajaran dan penelitian yang lebih dalam dapat membantu menyeimbangkan dampak negatifnya.

4. Berlatih Refleksi dan Berpikir Kritis: Mengembangkan kebiasaan bertanya dan mempertanyakan informasi dapat membantu kita menghindari jebakan pola pikir dangkal



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Renita Sukma . 11 July 2025

Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!

Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Noviarizal Fernandez . 10 July 2025