Share

Home Unfold

Unfold 24 Februari 2025

Viral #KaburAjaDulu, Bentuk Frustrasi Atas Masa Depan Indonesia?

Ada ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun dan kebijakan pemerintah Indonesia yang dianggap kurang memadai

Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 4:14
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 4:14
 
1x
Ilustrasi anak muda sedang bercengkerama/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial ramai dengan tagar #KaburAjaDulu. Tagar ini digunakan oleh warganet, khususnya generasi muda, untuk mengekspresikan keinginan mereka pindah ke luar negeri. 

Tapi apa sebenarnya yang melatarbelakangi tren ini?

Mengiringi tagar #KaburAjaDulu, di media sosial banyak netizen yang membagikan informasi lowongan pekerjaan di luar negeri, ada pula yang berbagi tips belajar bahasa asing sebagai langkah awal untuk pindah.

Fenomena ini dianggap sebagai bentuk merupakan ekspresi frustrasi warganet. Ada ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun, dan kebijakan pemerintah yang dianggap kurang memadai.

Daya tarik kehidupan di luar negeri tidak hanya tentang gaji yang lebih tinggi. Banyak anak muda mendambakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance) yang dinilai lebih baik dibandingkan di Indonesia.

Data menunjukkan generasi yang paling banyak membicarakan keinginan pindah ke luar negeri adalah Gen Z dan milenial. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat generasi ini terhadap program pendidikan dan pekerjaan di luar negeri.

Misalnya, program beasiswa dan pertukaran pelajar seperti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) semakin populer. Video terkait program ini bahkan mencapai puluhan ribu penonton di YouTube dan TikTok.

Menurut data GoodStats per Februari 2024, Indonesia berada di peringkat kedua di ASEAN dalam jumlah mahasiswa yang belajar di luar negeri, hanya kalah dari Vietnam.

Jika semakin banyak generasi muda memilih untuk tinggal dan bekerja di luar negeri, ada risiko Indonesia mengalami brain drain atau hilangnya sumber daya manusia berkualitas akibat migrasi ke negara lain.

Laporan Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham mencatat bahwa antara 2019 hingga 2022, sebanyak 3.912 warga negara Indonesia (WNI) telah berganti kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Dampak dari fenomena ini bisa berbahaya dalam jangka panjang. Jika tenaga kerja berkualitas lebih memilih menetap di luar negeri, Indonesia bisa mengalami penurunan daya saing global dan menghadapi tantangan dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga tertarik untuk ikut #KaburAjaDulu?

Kontributor: Renita Sukma



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Unfold 24 Februari 2025

Viral #KaburAjaDulu, Bentuk Frustrasi Atas Masa Depan Indonesia?

Ada ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun dan kebijakan pemerintah Indonesia yang dianggap kurang memadai

Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 4:14
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 4:14
 
1x
Ilustrasi anak muda sedang bercengkerama/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial ramai dengan tagar #KaburAjaDulu. Tagar ini digunakan oleh warganet, khususnya generasi muda, untuk mengekspresikan keinginan mereka pindah ke luar negeri. 

Tapi apa sebenarnya yang melatarbelakangi tren ini?

Mengiringi tagar #KaburAjaDulu, di media sosial banyak netizen yang membagikan informasi lowongan pekerjaan di luar negeri, ada pula yang berbagi tips belajar bahasa asing sebagai langkah awal untuk pindah.

Fenomena ini dianggap sebagai bentuk merupakan ekspresi frustrasi warganet. Ada ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun, dan kebijakan pemerintah yang dianggap kurang memadai.

Daya tarik kehidupan di luar negeri tidak hanya tentang gaji yang lebih tinggi. Banyak anak muda mendambakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance) yang dinilai lebih baik dibandingkan di Indonesia.

Data menunjukkan generasi yang paling banyak membicarakan keinginan pindah ke luar negeri adalah Gen Z dan milenial. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat generasi ini terhadap program pendidikan dan pekerjaan di luar negeri.

Misalnya, program beasiswa dan pertukaran pelajar seperti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) semakin populer. Video terkait program ini bahkan mencapai puluhan ribu penonton di YouTube dan TikTok.

Menurut data GoodStats per Februari 2024, Indonesia berada di peringkat kedua di ASEAN dalam jumlah mahasiswa yang belajar di luar negeri, hanya kalah dari Vietnam.

Jika semakin banyak generasi muda memilih untuk tinggal dan bekerja di luar negeri, ada risiko Indonesia mengalami brain drain atau hilangnya sumber daya manusia berkualitas akibat migrasi ke negara lain.

Laporan Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham mencatat bahwa antara 2019 hingga 2022, sebanyak 3.912 warga negara Indonesia (WNI) telah berganti kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Dampak dari fenomena ini bisa berbahaya dalam jangka panjang. Jika tenaga kerja berkualitas lebih memilih menetap di luar negeri, Indonesia bisa mengalami penurunan daya saing global dan menghadapi tantangan dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga tertarik untuk ikut #KaburAjaDulu?

Kontributor: Renita Sukma



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Mengapa Sejarah Indonesia Perlu Direvisi?

Dari mitos penjajahan 350 tahun hingga pertarungan narasi masa depan

Naufal Jauhar Nazhif . 05 June 2025

Dampak Tersembunyi Militer, Menghancurkan Sekaligus Mencemari Bumi

Sedikit yang tahu setiap ledakan bom, pelatihan militer dan bahkan keberadaan pangkalan militer menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar.

Naufal Jauhar Nazhif . 03 June 2025

Dari Matematika ke Machine Learning, Saatnya Belajar AI di Sekolah

Materi AI dan coding akan masuk ke sistem pendidikan nasional mulai dari SD hingga SMK

Naufal Jauhar Nazhif . 23 May 2025

Krisis Iklim Dilawan dengan Tumbler, Apa Bisa?

\r\nBagi banyak anak muda hari ini, kerusakan alam bisa menjadi pemicu kesadaran iklim dan tumbler menjadi simbol perlawanan mereka.

Renita Sukma . 14 May 2025