Share

Home Unfold

Unfold 23 Januari 2025

Perang Dagang AS vs China, Bagaimana Nasib Indonesia?

Potensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China kembali mencuat menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS. Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia?

Ilustrasi Trump dan Xi Jinping/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Sehari setelah dilantik, Presiden AS Donald Trump langsung menabuh genderang perang dagang dengan China melalui ancaman penerapan tarif impor 10% produk China mulai 1 Februari 2025. Kenaikan tarif ini memang sejalan dengan kebijakan proteksionisme dan slogan 'America First' yang diusungnya.

"Daripada mengenakan pajak kepada warga negara kita untuk memperkaya negara lain, kita akan mengenakan tarif dan pajak kepada negara asing untuk memperkaya warga negara kita," tegas Trump dalam pidato perdananya sebagai presiden usai dilantik di Gedung Capitol, Senin (20/1).

Langkah ini akan digeber melalui pembentukan External Revenue Service. Nantinya, semua tarif, bea, dan pendapatan yang dipungut dari negara lain akan dikumpulkan di satu tempat.

Nah, kebijakan perang dagang Trump terhadap China diprediksi akan mengubah peta rantai pasok global dan diprediksi mempercepat arus investasi ke negara-negara yang dianggap relasi ekonomi politiknya netral dengan AS maupun China.

Kelanjutan pertarungan itu akan berimbas pada pengurangan transaksi perusahaan AS di China. Dampaknya, perusahaan AS bisa memindahkan lokasi usaha ke luar China dan Indonesia termasuk calon potensial relokasi.

Indonesia punya kesempatan untuk mengambil peran ini dengan mendekati AS untuk melakukan pendekatan-pendekatan bilateral yang efektif untuk memastikan relasi perdagangan yang baik dengan Negeri Paman Sam, khususnya untuk memastikan Indonesia memperoleh leverage perdagangan terbaik dengan AS. 

Selain Indonesia, Vietnam, Singapura dan Malaysia juga bersiap mengambil kekuntungan dari perang dagang AS-China. Buktinya, perang dagang membuat banyak perusahaan di China justru relokasi ke Vietnam.

Dalam laporan Bank Dunia, setidaknya terdapat 5 dari 8 perusahaan di China yang lebih memilih untuk masuk ke pasar Vietnam dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia.

Malaysia dan Singapura juga cukup potensial untuk mengambil peluang relokasi pabrik asal China, karena belum lama ini kedua negara sepakat untuk membantuk kawasan ekonomi khusus Johor-Singapore dengan segala fasilitas serta insentif fiskal yang disiapkan untuk memanjakan investor yang menanamkan modalnya



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Home Unfold

Unfold 23 Januari 2025

Perang Dagang AS vs China, Bagaimana Nasib Indonesia?

Potensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China kembali mencuat menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS. Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia?

Ilustrasi Trump dan Xi Jinping/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Sehari setelah dilantik, Presiden AS Donald Trump langsung menabuh genderang perang dagang dengan China melalui ancaman penerapan tarif impor 10% produk China mulai 1 Februari 2025. Kenaikan tarif ini memang sejalan dengan kebijakan proteksionisme dan slogan 'America First' yang diusungnya.

"Daripada mengenakan pajak kepada warga negara kita untuk memperkaya negara lain, kita akan mengenakan tarif dan pajak kepada negara asing untuk memperkaya warga negara kita," tegas Trump dalam pidato perdananya sebagai presiden usai dilantik di Gedung Capitol, Senin (20/1).

Langkah ini akan digeber melalui pembentukan External Revenue Service. Nantinya, semua tarif, bea, dan pendapatan yang dipungut dari negara lain akan dikumpulkan di satu tempat.

Nah, kebijakan perang dagang Trump terhadap China diprediksi akan mengubah peta rantai pasok global dan diprediksi mempercepat arus investasi ke negara-negara yang dianggap relasi ekonomi politiknya netral dengan AS maupun China.

Kelanjutan pertarungan itu akan berimbas pada pengurangan transaksi perusahaan AS di China. Dampaknya, perusahaan AS bisa memindahkan lokasi usaha ke luar China dan Indonesia termasuk calon potensial relokasi.

Indonesia punya kesempatan untuk mengambil peran ini dengan mendekati AS untuk melakukan pendekatan-pendekatan bilateral yang efektif untuk memastikan relasi perdagangan yang baik dengan Negeri Paman Sam, khususnya untuk memastikan Indonesia memperoleh leverage perdagangan terbaik dengan AS. 

Selain Indonesia, Vietnam, Singapura dan Malaysia juga bersiap mengambil kekuntungan dari perang dagang AS-China. Buktinya, perang dagang membuat banyak perusahaan di China justru relokasi ke Vietnam.

Dalam laporan Bank Dunia, setidaknya terdapat 5 dari 8 perusahaan di China yang lebih memilih untuk masuk ke pasar Vietnam dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia.

Malaysia dan Singapura juga cukup potensial untuk mengambil peluang relokasi pabrik asal China, karena belum lama ini kedua negara sepakat untuk membantuk kawasan ekonomi khusus Johor-Singapore dengan segala fasilitas serta insentif fiskal yang disiapkan untuk memanjakan investor yang menanamkan modalnya



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hari Perempuan Internasional Berawal dari Perjuangan Buruh!

Tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional. Kok bisa? Sepenting apa sampai dijadikan hari spesial?

Renita Sukma . 14 March 2025

Mengenal Kepulauan Cocos: Dekat ke Indonesia, Tapi Milik Australia

Masyarakat Kepulauan Cocos di Australia merupakan Melayu Muslim dari Nusantara yang dulu dibawa oleh saudagar di era kolonial

Naufal Jauhar Nazhif . 12 March 2025

Viral #KaburAjaDulu, Bentuk Frustrasi Atas Masa Depan Indonesia?

Ada ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, kualitas hidup yang menurun dan kebijakan pemerintah Indonesia yang dianggap kurang memadai

Context.id . 24 February 2025

Efisiensi Ala Vietnam: Pangkas Kementerian-Lembaga, Hemat Triliunan

Vietnam menargetkan penghematan anggaran hingga Rp72,5 triliun dalam lima tahun ke depan

Naufal Jauhar Nazhif . 19 February 2025