Kebijakan The Fed Sebabkan Penurunan Pinjaman Bank Ratusan Miliar Dolar
Setelah The Fed mulai membayar bunga yang lebih tinggi atas cadangan bank, lembaga-lembaga keuangan itu tidak menyalurkannya ke peminjam
Context.id, JAKARTA - Kebijakan Federal Reserve AS untuk membayar bunga atas cadangan bank, yang dimulai pada Oktober 2008, telah menyebabkan penurunan signifikan dalam pemberian pinjaman oleh bank-bank besar AS.
Dalam sebuah studi terbaru yang dilansir Phys, peneliti Raymond Kim dari Universitas Northern Arizona mengungkapkan kebijakan tersebut mengarah pada hilangnya pinjaman senilai US$420 miliar selama periode sembilan tahun pasca-resesi global.
Kim, yang kini menjabat sebagai asisten profesor keuangan di W. A. Franke College of Business, meneliti data keuangan lebih dari 6.000 bank dari 2008 hingga 2017.
Penelitiannya menunjukkan setelah Federal Reserve mulai membayar bunga yang lebih tinggi atas cadangan bank, lembaga-lembaga keuangan ini memilih untuk menahan uang mereka di dalam cadangan alih-alih menyalurkannya sebagai pinjaman kepada individu dan bisnis.
Keputusan ini menyebabkan penurunan pinjaman sebesar 5% dalam waktu tersebut, yang berkontribusi pada berkurangnya aliran kredit dalam perekonomian.
Sebelum kebijakan ini diterapkan, bank-bank cenderung meminjamkan kelebihan cadangan mereka untuk mendapatkan bunga.
Namun, dengan adanya tawaran bunga dari Federal Reserve yang lebih menarik, bank-bank lebih memilih untuk mempertahankan cadangan mereka, yang dianggap bebas risiko namun juga kini menguntungkan.
Menurut Kim, kebijakan ini menjadi penjelasan utama mengapa pinjaman bank terhenti pasca-resesi, melampaui penjelasan konvensional yang menyebutkan bahwa bank beralih berinvestasi dalam Surat Utang Negara AS (Treasuries).
Kim membantah teori yang menyatakan bank lebih memilih berinvestasi pada Treasuries yang aman daripada memberikan pinjaman pada sektor bisnis atau individu, yang dianggap berisiko.
Sebagai alternatif, ia menjelaskan pembayaran bunga atas cadangan bank oleh Federal Reserve menciptakan insentif keuangan yang jauh lebih menarik bagi bank, bahkan dibandingkan dengan investasi di Treasuries, yang pada saat itu menawarkan imbal hasil lebih rendah.
Sebagai bagian dari penelitiannya, Kim juga membantah anggapan bank-bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar Treasuries. Dengan hanya memiliki sekitar 4% dari total saham Treasuries yang beredar, bank tidak dapat secara substansial mengubah harga surat utang pemerintah AS tersebut.
"Jika Anda adalah bank, dan Anda tahu Anda bisa mendapatkan bunga 5% dari Federal Reserve, maka pilihan untuk mempertahankan cadangan menjadi lebih menarik daripada memberikan pinjaman berisiko," kata Kim.
Penurunan pemberian pinjaman ini, menurut Kim, merupakan efek samping yang tidak terduga dari kebijakan Federal Reserve yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh banyak pihak, termasuk para pembuat kebijakan di lembaga tersebut.
Menurut Kim, jika hasil studi ini sampai ke Kongres AS, hal itu bisa memicu perdebatan tentang efek kebijakan ini terhadap ekonomi riil, khususnya dalam hal akses pembiayaan bagi usaha kecil dan individu.
Sebagai catatan, kebijakan pembayaran bunga atas cadangan ini merupakan salah satu langkah penting yang diambil oleh Federal Reserve untuk menjaga stabilitas sistem keuangan pasca-kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008.
Namun, dampak jangka panjangnya, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, menunjukkan langkah tersebut juga membawa konsekuensi yang tidak terduga, khususnya terkait dengan pinjaman bank yang lebih terbatas.
Kim berharap penelitiannya dapat mendorong diskusi lebih lanjut tentang kebijakan moneter dan dampaknya terhadap sektor keuangan dan perekonomian, serta mendorong perbaikan kebijakan yang lebih mendukung aliran kredit dalam perekonomian.
RELATED ARTICLES
Kebijakan The Fed Sebabkan Penurunan Pinjaman Bank Ratusan Miliar Dolar
Setelah The Fed mulai membayar bunga yang lebih tinggi atas cadangan bank, lembaga-lembaga keuangan itu tidak menyalurkannya ke peminjam
Context.id, JAKARTA - Kebijakan Federal Reserve AS untuk membayar bunga atas cadangan bank, yang dimulai pada Oktober 2008, telah menyebabkan penurunan signifikan dalam pemberian pinjaman oleh bank-bank besar AS.
Dalam sebuah studi terbaru yang dilansir Phys, peneliti Raymond Kim dari Universitas Northern Arizona mengungkapkan kebijakan tersebut mengarah pada hilangnya pinjaman senilai US$420 miliar selama periode sembilan tahun pasca-resesi global.
Kim, yang kini menjabat sebagai asisten profesor keuangan di W. A. Franke College of Business, meneliti data keuangan lebih dari 6.000 bank dari 2008 hingga 2017.
Penelitiannya menunjukkan setelah Federal Reserve mulai membayar bunga yang lebih tinggi atas cadangan bank, lembaga-lembaga keuangan ini memilih untuk menahan uang mereka di dalam cadangan alih-alih menyalurkannya sebagai pinjaman kepada individu dan bisnis.
Keputusan ini menyebabkan penurunan pinjaman sebesar 5% dalam waktu tersebut, yang berkontribusi pada berkurangnya aliran kredit dalam perekonomian.
Sebelum kebijakan ini diterapkan, bank-bank cenderung meminjamkan kelebihan cadangan mereka untuk mendapatkan bunga.
Namun, dengan adanya tawaran bunga dari Federal Reserve yang lebih menarik, bank-bank lebih memilih untuk mempertahankan cadangan mereka, yang dianggap bebas risiko namun juga kini menguntungkan.
Menurut Kim, kebijakan ini menjadi penjelasan utama mengapa pinjaman bank terhenti pasca-resesi, melampaui penjelasan konvensional yang menyebutkan bahwa bank beralih berinvestasi dalam Surat Utang Negara AS (Treasuries).
Kim membantah teori yang menyatakan bank lebih memilih berinvestasi pada Treasuries yang aman daripada memberikan pinjaman pada sektor bisnis atau individu, yang dianggap berisiko.
Sebagai alternatif, ia menjelaskan pembayaran bunga atas cadangan bank oleh Federal Reserve menciptakan insentif keuangan yang jauh lebih menarik bagi bank, bahkan dibandingkan dengan investasi di Treasuries, yang pada saat itu menawarkan imbal hasil lebih rendah.
Sebagai bagian dari penelitiannya, Kim juga membantah anggapan bank-bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar Treasuries. Dengan hanya memiliki sekitar 4% dari total saham Treasuries yang beredar, bank tidak dapat secara substansial mengubah harga surat utang pemerintah AS tersebut.
"Jika Anda adalah bank, dan Anda tahu Anda bisa mendapatkan bunga 5% dari Federal Reserve, maka pilihan untuk mempertahankan cadangan menjadi lebih menarik daripada memberikan pinjaman berisiko," kata Kim.
Penurunan pemberian pinjaman ini, menurut Kim, merupakan efek samping yang tidak terduga dari kebijakan Federal Reserve yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh banyak pihak, termasuk para pembuat kebijakan di lembaga tersebut.
Menurut Kim, jika hasil studi ini sampai ke Kongres AS, hal itu bisa memicu perdebatan tentang efek kebijakan ini terhadap ekonomi riil, khususnya dalam hal akses pembiayaan bagi usaha kecil dan individu.
Sebagai catatan, kebijakan pembayaran bunga atas cadangan ini merupakan salah satu langkah penting yang diambil oleh Federal Reserve untuk menjaga stabilitas sistem keuangan pasca-kebangkrutan Lehman Brothers pada 2008.
Namun, dampak jangka panjangnya, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, menunjukkan langkah tersebut juga membawa konsekuensi yang tidak terduga, khususnya terkait dengan pinjaman bank yang lebih terbatas.
Kim berharap penelitiannya dapat mendorong diskusi lebih lanjut tentang kebijakan moneter dan dampaknya terhadap sektor keuangan dan perekonomian, serta mendorong perbaikan kebijakan yang lebih mendukung aliran kredit dalam perekonomian.
POPULAR
RELATED ARTICLES