Badan Antariksa Eropa Membuat Gerhana Matahari Buatan, Untuk Apa?
Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan Proba-3, wahana luar angkasa yang bertujuan menciptakan gerhana matahari buatan
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Desember 2024, dua satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan di Sriharikota, India.
Misi ini dirancang untuk mempelajari korona matahari, yang memiliki suhu hingga 1-3 juta derajat celsius jauh lebih panas daripada permukaan matahari yang hanya sekitar 5.500 derajat celsius.
Proba-3 terdiri dari dua satelit: Wahana Antariksa Coronagraph (CSC) dan Occulter (OSC). Satelit CSC akan memandu OSC, yang dilengkapi cakram berdiameter 140 cm untuk menghalangi cahaya matahari dan menciptakan bayangan pada CSC.
Menggunakan teknologi Penerbangan Formasi Presisi (PFF), kedua satelit akan menjaga jarak 150 meter dengan akurasi tingkat milimeter, menciptakan gerhana matahari buatan hingga enam jam setiap siklus orbit.
Misi ini memiliki dua tujuan utama:
1. Demonstrasi Teknologi PFF: Teknologi ini memungkinkan satelit menjaga posisi yang tepat menggunakan GPS dan hubungan radio.
2. Studi Korona Matahari: Menggunakan koronagraf canggih bernama ASPICCS, para ilmuwan akan mempelajari mengapa korona jauh lebih panas daripada permukaan matahari dan mempelajari fenomena lainnya seperti semburan matahari yang dapat memengaruhi Bumi.
Mengapa bagi para ilmuwan ini penting?
Korona matahari biasanya tidak terlihat karena terang matahari yang menyilaukan. Mempelajari korona memungkinkan prediksi cuaca luar angkasa yang lebih akurat dan mengurangi risiko gangguan satelit dan sistem komunikasi di Bumi.
Jika misi ini berhasil, para ilmuwan akan memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempelajari korona matahari tanpa harus menunggu gerhana matahari alami yang langka.
RELATED ARTICLES
Badan Antariksa Eropa Membuat Gerhana Matahari Buatan, Untuk Apa?
Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan Proba-3, wahana luar angkasa yang bertujuan menciptakan gerhana matahari buatan
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Desember 2024, dua satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan di Sriharikota, India.
Misi ini dirancang untuk mempelajari korona matahari, yang memiliki suhu hingga 1-3 juta derajat celsius jauh lebih panas daripada permukaan matahari yang hanya sekitar 5.500 derajat celsius.
Proba-3 terdiri dari dua satelit: Wahana Antariksa Coronagraph (CSC) dan Occulter (OSC). Satelit CSC akan memandu OSC, yang dilengkapi cakram berdiameter 140 cm untuk menghalangi cahaya matahari dan menciptakan bayangan pada CSC.
Menggunakan teknologi Penerbangan Formasi Presisi (PFF), kedua satelit akan menjaga jarak 150 meter dengan akurasi tingkat milimeter, menciptakan gerhana matahari buatan hingga enam jam setiap siklus orbit.
Misi ini memiliki dua tujuan utama:
1. Demonstrasi Teknologi PFF: Teknologi ini memungkinkan satelit menjaga posisi yang tepat menggunakan GPS dan hubungan radio.
2. Studi Korona Matahari: Menggunakan koronagraf canggih bernama ASPICCS, para ilmuwan akan mempelajari mengapa korona jauh lebih panas daripada permukaan matahari dan mempelajari fenomena lainnya seperti semburan matahari yang dapat memengaruhi Bumi.
Mengapa bagi para ilmuwan ini penting?
Korona matahari biasanya tidak terlihat karena terang matahari yang menyilaukan. Mempelajari korona memungkinkan prediksi cuaca luar angkasa yang lebih akurat dan mengurangi risiko gangguan satelit dan sistem komunikasi di Bumi.
Jika misi ini berhasil, para ilmuwan akan memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempelajari korona matahari tanpa harus menunggu gerhana matahari alami yang langka.
POPULAR
RELATED ARTICLES