Captagon, Obat Adiktif yang Diproduksi Massal dan Dilegalkan Rezim Al-Assad
Saat masih berkuasa, rezim Bashar Al-Assad mengizinkan peredaran obat terlarang Captagon di Suriah
Context.id, JAKARTA - Captagon, obat terlarang yang sering diselundupkan ke negara-negara Teluk, diyakini menjadi sumber pendapatan utama dan alat pengaruh diplomatik bagi rezim Bashar al-Assad saat masih berkuasa di Suriah.
Obat ini menjadi topik pembahasan dalam pertemuan antar negara-negara Arab. Bahkan Arab Saudi dan Yordania menuntut tindakan tegas terhadap perdagangan narkoba termasuk Captagon dari Suriah.
Pada pertemuan menteri luar negeri Arab di Amman, 2023 silam, Suriah berjanji untuk bekerja sama dengan Yordania dan Irak guna menghentikan produksi dan penyelundupan Captagon.
Captagon adalah stimulan jenis amfetamin yang diproduksi massal di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Captagon awalnya merek dagang obat yang diproduksi pada 1960-an oleh perusahaan Jerman Degussa Pharma Gruppe dan digunakan untuk mengobati gangguan perhatian dan narkolepsi.
Obat ini mengandung fenetilin, yang akhirnya dilarang oleh PBB pada 1986. Produksi resmi berhenti, tetapi perdagangan ilegal terus berjalan bahkan berkembang di Timur Tengah.
Captagon di Suriah
Suriah menjadi pusat produksi Captagon setelah negara itu terjerat perang saudara pada 2011.
Isolasi internasional dan krisis ekonomi memaksa rezim al-Assad mencari sumber pendapatan alternatif melalui perdagangan obat terlarang.
Laporan dari New Lines Institute seperti yang dikutip Al Jazeera mengungkapkan Suriah menjalin kerja sama dengan kelompok bersenjata seperti Hezbollah untuk memproduksi dan menyelundupkan Captagon.
Negara-negara Teluk telah memperketat pengawasan terhadap penyelundupan Captagon. Pada 2022, Yordania menggagalkan penyelundupan lebih dari 16 juta pil Captagon, sementara Arab Saudi menyita 46 juta pil dalam satu operasi terbesar dalam sejarah negara itu.
Amerika Serikat dan Inggris telah memberlakukan sanksi terhadap individu yang terkait dengan perdagangan Captagon dari Suriah.
AS bahkan mengesahkan "Captagon Act" untuk memerangi perdagangan narkoba global yang terkait dengan rezim al-Assad.
Upaya negara-negara Arab untuk menghentikan produksi dan penyelundupan Captagon menjadi faktor penting dalam pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab pada Mei 2023.
Suriah berjanji untuk mengambil langkah-langkah nyata guna menghentikan perdagangan narkoba di perbatasannya dengan Yordania dan Irak.
Melalui tekanan diplomatik dan aksi militer, negara-negara kawasan terus berupaya mengatasi ancaman Captagon yang telah menciptakan krisis sosial dan ekonomi di Timur Tengah.
Setelah rezim Bashar runtuh, belum diketahui bagaimana perkembangan dari peredaran obat terlarang ini, apakah rezim baru akan melarangnya atau melanggengkannya seperti yang dilakukan pemerintah sebelumnya.
RELATED ARTICLES
Captagon, Obat Adiktif yang Diproduksi Massal dan Dilegalkan Rezim Al-Assad
Saat masih berkuasa, rezim Bashar Al-Assad mengizinkan peredaran obat terlarang Captagon di Suriah
Context.id, JAKARTA - Captagon, obat terlarang yang sering diselundupkan ke negara-negara Teluk, diyakini menjadi sumber pendapatan utama dan alat pengaruh diplomatik bagi rezim Bashar al-Assad saat masih berkuasa di Suriah.
Obat ini menjadi topik pembahasan dalam pertemuan antar negara-negara Arab. Bahkan Arab Saudi dan Yordania menuntut tindakan tegas terhadap perdagangan narkoba termasuk Captagon dari Suriah.
Pada pertemuan menteri luar negeri Arab di Amman, 2023 silam, Suriah berjanji untuk bekerja sama dengan Yordania dan Irak guna menghentikan produksi dan penyelundupan Captagon.
Captagon adalah stimulan jenis amfetamin yang diproduksi massal di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Captagon awalnya merek dagang obat yang diproduksi pada 1960-an oleh perusahaan Jerman Degussa Pharma Gruppe dan digunakan untuk mengobati gangguan perhatian dan narkolepsi.
Obat ini mengandung fenetilin, yang akhirnya dilarang oleh PBB pada 1986. Produksi resmi berhenti, tetapi perdagangan ilegal terus berjalan bahkan berkembang di Timur Tengah.
Captagon di Suriah
Suriah menjadi pusat produksi Captagon setelah negara itu terjerat perang saudara pada 2011.
Isolasi internasional dan krisis ekonomi memaksa rezim al-Assad mencari sumber pendapatan alternatif melalui perdagangan obat terlarang.
Laporan dari New Lines Institute seperti yang dikutip Al Jazeera mengungkapkan Suriah menjalin kerja sama dengan kelompok bersenjata seperti Hezbollah untuk memproduksi dan menyelundupkan Captagon.
Negara-negara Teluk telah memperketat pengawasan terhadap penyelundupan Captagon. Pada 2022, Yordania menggagalkan penyelundupan lebih dari 16 juta pil Captagon, sementara Arab Saudi menyita 46 juta pil dalam satu operasi terbesar dalam sejarah negara itu.
Amerika Serikat dan Inggris telah memberlakukan sanksi terhadap individu yang terkait dengan perdagangan Captagon dari Suriah.
AS bahkan mengesahkan "Captagon Act" untuk memerangi perdagangan narkoba global yang terkait dengan rezim al-Assad.
Upaya negara-negara Arab untuk menghentikan produksi dan penyelundupan Captagon menjadi faktor penting dalam pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab pada Mei 2023.
Suriah berjanji untuk mengambil langkah-langkah nyata guna menghentikan perdagangan narkoba di perbatasannya dengan Yordania dan Irak.
Melalui tekanan diplomatik dan aksi militer, negara-negara kawasan terus berupaya mengatasi ancaman Captagon yang telah menciptakan krisis sosial dan ekonomi di Timur Tengah.
Setelah rezim Bashar runtuh, belum diketahui bagaimana perkembangan dari peredaran obat terlarang ini, apakah rezim baru akan melarangnya atau melanggengkannya seperti yang dilakukan pemerintah sebelumnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES