Share

Home Stories

Stories 20 Juni 2022

Cara Beli Pertalite dan Solar Pakai Aplikasi

Pemerintah berencana akan mewajibkan pembelian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina.

Pelanggan sedang bertransaksi menggunakan aplikasi MyPertamina di sebuah SPBU. -antara-

Context, JAKARTA - Pemerintah berencana mewajibkan pembelian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina. Kebijakan ini dikeluarkan terkait adanya penentuan kriteria penerima Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

MyPertamina sendiri adalah sebuah aplikasi yang dibuat dalam rangka program digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dalam aplikasi tersebut, penggunanya akan dimudahkan dengan fitur map pencari SPBU terdekat, Pertamina Delivery Service, dan fitur pembayaran digital dengan menggandeng aplikasi LinkAja.

 

Kenapa harus pakai aplikasi?

Sebelumnya, penyaluran BBM subsidi Pertalite dan Solar tidak tepat sasaran. Contohnya saja, menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati pada 8 Juni 2022 lalu, konsumsi BBM Pertalite telah tersalurkan lebih dari 50 persen dari kuota yang ditetapkan per 31 Mei 2022. Sedangkan solar, konsumsinya sudah mencapai 44,77 persen atau sekitar 6,76 juta kiloliter dari kuota 15,10 juta kiloliter.

“Pertalite telah tersalurkan sebanyak 11,69 juta kiloliter atau 50,74 persen dari kuota 23,04 juta kiloliter,” kata Erika.

Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Pertama, perang Rusia-Ukraina menyebabkan harga minyak global melambung tinggi. Karena itu, pemerintah terpaksa harus menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter.

Kenaikan Pertamax ini tidak diikuti oleh BBM subsidi Pertalite. Harga Pertalite yang hanya Rp7.650 ini membuat selisih dengan Pertamax kini menjadi cukup jauh. Harga yang jomplang ini membuat banyak orang beralih ke Pertalite. Hasilnya, penerima BBM subsidi ini pun tidak tepat sasaran.

Karena hal itu lah pemerintah berencana untuk menyelesaikan masalah ini. Salah satunya dengan mewajibkan penggunaan aplikasi MyPertamina dalam pembelian Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

 

Cara beli Pertalite dan Solar pakai MyPertamina:

  1. Unduh Aplikasi MyPertamina di Google Play Store atau App Store
  2. Daftarkan nama lengkap, nomor HP, nomor KTP, tempat dan tanggal lahir, Alamat, dan 6 digit PIN
  3. Setelah itu, anda akan diberikan OTP melalui sms untuk aktivasi akun MyPertamina
  4. Kemudian, Log In dengan memasukkan nomor HP dan PIN yang sudah terdaftar
  5. Aktifkan aplikasi LinkAja
  6. Saat ingin bayar, tunjukkan QR Code di aplikasi
  7. Klik opsi pembayaran
  8. Masukkan PIN LinkAja
  9. Pembelian menggunakan MyPertamina selesai

 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 20 Juni 2022

Cara Beli Pertalite dan Solar Pakai Aplikasi

Pemerintah berencana akan mewajibkan pembelian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina.

Pelanggan sedang bertransaksi menggunakan aplikasi MyPertamina di sebuah SPBU. -antara-

Context, JAKARTA - Pemerintah berencana mewajibkan pembelian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina. Kebijakan ini dikeluarkan terkait adanya penentuan kriteria penerima Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

MyPertamina sendiri adalah sebuah aplikasi yang dibuat dalam rangka program digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dalam aplikasi tersebut, penggunanya akan dimudahkan dengan fitur map pencari SPBU terdekat, Pertamina Delivery Service, dan fitur pembayaran digital dengan menggandeng aplikasi LinkAja.

 

Kenapa harus pakai aplikasi?

Sebelumnya, penyaluran BBM subsidi Pertalite dan Solar tidak tepat sasaran. Contohnya saja, menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati pada 8 Juni 2022 lalu, konsumsi BBM Pertalite telah tersalurkan lebih dari 50 persen dari kuota yang ditetapkan per 31 Mei 2022. Sedangkan solar, konsumsinya sudah mencapai 44,77 persen atau sekitar 6,76 juta kiloliter dari kuota 15,10 juta kiloliter.

“Pertalite telah tersalurkan sebanyak 11,69 juta kiloliter atau 50,74 persen dari kuota 23,04 juta kiloliter,” kata Erika.

Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Pertama, perang Rusia-Ukraina menyebabkan harga minyak global melambung tinggi. Karena itu, pemerintah terpaksa harus menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter.

Kenaikan Pertamax ini tidak diikuti oleh BBM subsidi Pertalite. Harga Pertalite yang hanya Rp7.650 ini membuat selisih dengan Pertamax kini menjadi cukup jauh. Harga yang jomplang ini membuat banyak orang beralih ke Pertalite. Hasilnya, penerima BBM subsidi ini pun tidak tepat sasaran.

Karena hal itu lah pemerintah berencana untuk menyelesaikan masalah ini. Salah satunya dengan mewajibkan penggunaan aplikasi MyPertamina dalam pembelian Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

 

Cara beli Pertalite dan Solar pakai MyPertamina:

  1. Unduh Aplikasi MyPertamina di Google Play Store atau App Store
  2. Daftarkan nama lengkap, nomor HP, nomor KTP, tempat dan tanggal lahir, Alamat, dan 6 digit PIN
  3. Setelah itu, anda akan diberikan OTP melalui sms untuk aktivasi akun MyPertamina
  4. Kemudian, Log In dengan memasukkan nomor HP dan PIN yang sudah terdaftar
  5. Aktifkan aplikasi LinkAja
  6. Saat ingin bayar, tunjukkan QR Code di aplikasi
  7. Klik opsi pembayaran
  8. Masukkan PIN LinkAja
  9. Pembelian menggunakan MyPertamina selesai

 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Diplomasi Olahraga RI-Inggris: Sumbangsih BritCham untuk Anak Indonesia

Program GKSC diharapkan dapat menjadi langkah awal perubahan positif anak-anak dalam hidup mereka.

Helen Angelia . 08 May 2025

Bobby Kertanegara Dapat Hadiah Spesial dari Pendiri Microsoft

Dari boneka paus untuk kucing presiden, hingga keris untuk sang filantropis. Momen yang memperlihatkan diplomasi tak selalu kaku.

Noviarizal Fernandez . 07 May 2025

Siap-siap, Sampah Antariksa Era Soviet Pulang Kampung ke Bumi

Diluncurkan Uni Soviet pada 1972, sayangnya wahana ini gagal menuju Venus karena roket pengangkutnya gagal total

Noviarizal Fernandez . 06 May 2025

Ketika Lampu Padam, Mengapa Blackout Masih Membayangi Indonesia?

Blackout di Indonesia bukanlah kejutan, melainkan semacam ritual yang kembali menghantui setiap dekade

Context.id . 05 May 2025