Share

Originals 17 Oktober 2024

Malaysia Bakal Susul Singapura jadi Pusat Data Center di Asia Tenggara?

Industri teknologi di Malaysia terus berkembang, seiring banyaknya investor teknologi global yang menanamkan modalnya di sektor data center. Apa kabar Indonesia?

Context.id, JAKARTA - Lagi-lagi negara Asia Tenggara ini mengungguli Indonesia. Soal bola? Soal pendidikan atau soal apa? Soal investasi teknologi. Kemaren Vietnam soal pertumbuhan ekonomi, sekarang Malaysia nih. 

Yup, lagi-lagi Indonesia disalip Malaysia soal investasi teknologi. Waktu itu juga kita disalip Malaysia soal investasi Tesla. Sekarang soal industri cip dan data center. Di Asia Tenggara ini, di samping Singapura, banyak raksasa perusahaan teknologi global yang saat ini melirik Malaysia. 

Oh iya, data center sendiri adalah fasilitas penyimpanan data skala besar, yang perannya vital di dunia digital. Investasi data center oleh sebuah perusahaan teknologi raksasa, dapat menciptakan multiplier effect, seperti penciptaan lapangan pekerjaan. 

Beberapa tahun terakhir, Malaysia mulai nyusul Singapura sebagai negara yang kebanjiran investasi asing terkait data center. Sepanjang 2024 saja, Malaysia sudah mendapatkan Rp160,8 triliun, hanya dari investasi Microsoft, Amazon, dan Google. 

Kalau Singapura, dari dulu emang sudah jadi penyedia kapasitas data center terbesar di Asean... 

Lihat saja perbandingannya soal total investasi data center di Asia Tenggara yang berasal dari Microsoft, Amazon, dan Google. Untuk Singapura investasinya mencapai Rp214.3 triliun, diikuti Malaysia Rp160.8 triliun lalu Thailand Rp90.6 triliun dan Indonesia. Rp25 triliun. Jauh kan...

Balik lagi ke Malaysia, selain ketiga raksasa teknologi tadi, ada banyak perusahaan asing yang juga telah melakukan investasi data center.  Terbaru, ada Amazon Web Services yang investasinya mencapai Rp102 triliun!

Investasi tersebut mencakup pembangunan data center fisik, peningkatan adopsi cloud, hingga penyediaan 3.500 lapangan kerja.  Indonesia sendiri sebenarnya juga baru mendapatkan investasi dari Microsoft, tapi cuma sedikit kalau dibandingin Malaysia

Bahkan setelahnya, Google lebih memilih berinvestasi di Malaysia ketimbang Indonesia. 

Kalau kata Menkominfo Budi Arie, alasan utama Google lebih milih Malaysia ada tiga, yakni tarif listrik yang lebih murah, adanya aturan pembebasan pajak, hingga kepastian hukum untuk berinvestasi.

Kalau sudah tahu masalah dan penyebab perusahaan teknologi global nggak mau investasi di Indonesia, kenapa gak diberesin ya?



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 17 Oktober 2024

Malaysia Bakal Susul Singapura jadi Pusat Data Center di Asia Tenggara?

Industri teknologi di Malaysia terus berkembang, seiring banyaknya investor teknologi global yang menanamkan modalnya di sektor data center. Apa kabar Indonesia?

Context.id, JAKARTA - Lagi-lagi negara Asia Tenggara ini mengungguli Indonesia. Soal bola? Soal pendidikan atau soal apa? Soal investasi teknologi. Kemaren Vietnam soal pertumbuhan ekonomi, sekarang Malaysia nih. 

Yup, lagi-lagi Indonesia disalip Malaysia soal investasi teknologi. Waktu itu juga kita disalip Malaysia soal investasi Tesla. Sekarang soal industri cip dan data center. Di Asia Tenggara ini, di samping Singapura, banyak raksasa perusahaan teknologi global yang saat ini melirik Malaysia. 

Oh iya, data center sendiri adalah fasilitas penyimpanan data skala besar, yang perannya vital di dunia digital. Investasi data center oleh sebuah perusahaan teknologi raksasa, dapat menciptakan multiplier effect, seperti penciptaan lapangan pekerjaan. 

Beberapa tahun terakhir, Malaysia mulai nyusul Singapura sebagai negara yang kebanjiran investasi asing terkait data center. Sepanjang 2024 saja, Malaysia sudah mendapatkan Rp160,8 triliun, hanya dari investasi Microsoft, Amazon, dan Google. 

Kalau Singapura, dari dulu emang sudah jadi penyedia kapasitas data center terbesar di Asean... 

Lihat saja perbandingannya soal total investasi data center di Asia Tenggara yang berasal dari Microsoft, Amazon, dan Google. Untuk Singapura investasinya mencapai Rp214.3 triliun, diikuti Malaysia Rp160.8 triliun lalu Thailand Rp90.6 triliun dan Indonesia. Rp25 triliun. Jauh kan...

Balik lagi ke Malaysia, selain ketiga raksasa teknologi tadi, ada banyak perusahaan asing yang juga telah melakukan investasi data center.  Terbaru, ada Amazon Web Services yang investasinya mencapai Rp102 triliun!

Investasi tersebut mencakup pembangunan data center fisik, peningkatan adopsi cloud, hingga penyediaan 3.500 lapangan kerja.  Indonesia sendiri sebenarnya juga baru mendapatkan investasi dari Microsoft, tapi cuma sedikit kalau dibandingin Malaysia

Bahkan setelahnya, Google lebih memilih berinvestasi di Malaysia ketimbang Indonesia. 

Kalau kata Menkominfo Budi Arie, alasan utama Google lebih milih Malaysia ada tiga, yakni tarif listrik yang lebih murah, adanya aturan pembebasan pajak, hingga kepastian hukum untuk berinvestasi.

Kalau sudah tahu masalah dan penyebab perusahaan teknologi global nggak mau investasi di Indonesia, kenapa gak diberesin ya?



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Kalau Perang Dunia III Terjadi, Perangnya Kayak Gimana?

Perang Dunia III diperkirakan bakal berbeda dari perang-perang sebelumnya. Masih menggunakan senjata, tapi lebih melibatkan teknologi hingga internet

Naufal Jauhar Nazhif . 02 December 2024

Kisah Larry the Cat, Sepenting Apa Perannya di Pemerintahan Inggris?

Larry the Cat, kucing jalanan asal London ini menjadi terkenal di media sosial setelah ‘diangkat’ sebagai Kepala Pengendali Tikus di Kantor Pe ...

Naufal Jauhar Nazhif . 28 November 2024

Kenapa Hanya Lima Negara yang Punya Hak Veto di PBB?

Penggunaan hak veto di sidang resolusi Dewan Keamanan PBB kerap diliputi politik kepentingan setiap anggota tetapnya.

Naufal Jauhar Nazhif . 25 November 2024

Mahalnya Para Pemain Timnas Indonesia, Setara Tim Eropa?

Naturalisasi besar-besaran yang dilakukan oleh PSSI, telah membuat Timnas Indonesia jadi salah satu yang termahal di Asia. Bagaimana bisa?

Naufal Jauhar Nazhif . 20 November 2024