Share

Home Originals

Originals 15 April 2025

Kalau Tak Ditunda, Tarif Trump Bisa Bikin Sepatu Nike dan Adidas Melambung?

Harga sepasang sepatu terkenal bisa bicara banyak soal geopolitik dan geoekonomi

Ilustrasi sepatu Nike/ Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Ketika Donald Trump mengumumkan rencana tarif resiprokal baru terhadap negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat, banyak yang bereaksi pada angka-angka tarif 125% untuk barang-barang dari China, 46% untuk Vietnam, dan 32% untuk Indonesia. 

Namun, sebagian besar orang mungkin belum menyadari angka-angka ini bisa mengendap di bagian sol sepatu mereka.

Tarif ini, jika benar-benar diterapkan setelah masa penundaan 90 hari, akan memukul sektor yang selama ini menjadi jantung globalisasi manufaktur: alas kaki. Nike, Adidas, dan berbagai jenama lainnya selama ini bergantung pada rantai pasok murah dan efisien di Asia Tenggara. 

Data menunjukkan, lebih dari 30% sepatu Nike diproduksi di Indonesia, dan lebih dari separuhnya dibuat di Vietnam.

Pada 2022, Amerika Serikat menjadi salah satu dari lima besar tujuan ekspor sepatu Indonesia, bersama Belgia, China, Jerman, dan Jepang. 

Jika tarif tinggi diberlakukan, biaya ekspor akan naik, margin keuntungan akan tertekan, dan perusahaan yang sudah menghadapi tekanan dari inflasi dan perubahan gaya hidup konsumen pascapandemi harus memilih, menyerap biaya lebih besar atau membebankannya ke konsumen.

Pilihan itu bukan sekadar masalah keuangan. Ini menyentuh psikologi pasar. Sehari setelah pengumuman tarif, saham Nike langsung anjlok 14%. 

Pasar bereaksi cepat terhadap ancaman biaya yang lebih tinggi, tanda bahwa kepercayaan terhadap kelincahan raksasa-raksasa ini sedang diuji.

Apakah ini berarti harga Nike dan Adidas juga akan naik di Indonesia? Tidak selalu. Produk yang dibuat di Indonesia dan dijual di dalam negeri mungkin tidak terpengaruh langsung oleh tarif AS. 

Namun, dalam dunia rantai pasok global, efek rambatan tak bisa dihindari. Ketika pabrik menghadapi lonjakan biaya produksi untuk pasar ekspor, beban itu bisa berpindah baik itu berbentuk efisiensi ketat, pemangkasan pekerja, atau harga domestik yang ikut naik.

Dan di tengah semuanya, sepasang sepatu bisa jadi simbolnya.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 15 April 2025

Kalau Tak Ditunda, Tarif Trump Bisa Bikin Sepatu Nike dan Adidas Melambung?

Harga sepasang sepatu terkenal bisa bicara banyak soal geopolitik dan geoekonomi

Ilustrasi sepatu Nike/ Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Ketika Donald Trump mengumumkan rencana tarif resiprokal baru terhadap negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat, banyak yang bereaksi pada angka-angka tarif 125% untuk barang-barang dari China, 46% untuk Vietnam, dan 32% untuk Indonesia. 

Namun, sebagian besar orang mungkin belum menyadari angka-angka ini bisa mengendap di bagian sol sepatu mereka.

Tarif ini, jika benar-benar diterapkan setelah masa penundaan 90 hari, akan memukul sektor yang selama ini menjadi jantung globalisasi manufaktur: alas kaki. Nike, Adidas, dan berbagai jenama lainnya selama ini bergantung pada rantai pasok murah dan efisien di Asia Tenggara. 

Data menunjukkan, lebih dari 30% sepatu Nike diproduksi di Indonesia, dan lebih dari separuhnya dibuat di Vietnam.

Pada 2022, Amerika Serikat menjadi salah satu dari lima besar tujuan ekspor sepatu Indonesia, bersama Belgia, China, Jerman, dan Jepang. 

Jika tarif tinggi diberlakukan, biaya ekspor akan naik, margin keuntungan akan tertekan, dan perusahaan yang sudah menghadapi tekanan dari inflasi dan perubahan gaya hidup konsumen pascapandemi harus memilih, menyerap biaya lebih besar atau membebankannya ke konsumen.

Pilihan itu bukan sekadar masalah keuangan. Ini menyentuh psikologi pasar. Sehari setelah pengumuman tarif, saham Nike langsung anjlok 14%. 

Pasar bereaksi cepat terhadap ancaman biaya yang lebih tinggi, tanda bahwa kepercayaan terhadap kelincahan raksasa-raksasa ini sedang diuji.

Apakah ini berarti harga Nike dan Adidas juga akan naik di Indonesia? Tidak selalu. Produk yang dibuat di Indonesia dan dijual di dalam negeri mungkin tidak terpengaruh langsung oleh tarif AS. 

Namun, dalam dunia rantai pasok global, efek rambatan tak bisa dihindari. Ketika pabrik menghadapi lonjakan biaya produksi untuk pasar ekspor, beban itu bisa berpindah baik itu berbentuk efisiensi ketat, pemangkasan pekerja, atau harga domestik yang ikut naik.

Dan di tengah semuanya, sepasang sepatu bisa jadi simbolnya.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2026, Optimisme Pemerintah dan Realitas

Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Bank Indonesia (BI) punya angka proyeksi ekonomi yang berbeda

Naufal Jauhar Nazhif . 10 July 2025

Ditinggal LG, Indonesia Malah Dapat Rezeki Nomplok dari China!

Presiden Prabowo meresmikan proyek baterai kendaraan listrik dengan Investasi mencapai Rp96,04 triliun!

Naufal Jauhar Nazhif . 09 July 2025

Apa Kabar Privasi Kalau Negara Bisa Sadap Ponsel Kita?

Kejaksaan Agung (Kejagung) bekerja sama dengan empat operator telekomunikasi perihal dukungan penegakan hukum dalam konteks penyadapan

Renita Sukma . 07 July 2025

Usai Bedol Dana dari BSI, Muhammadiyah Siap Bangun Bank Syariah Sendiri!

Muhammadiyah dipastikan segera meluncurkan bank syariah. Sinyal ini sebenarnya sudah terlihat sejak pembedolan dana jumbo milik mereka dari BSI. T ...

Renita Sukma . 02 July 2025