Shopee Akan PHK Massal, Ikut Terseret Gelombang Layoff?
Shopee akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Keputusan ini disebut mempengaruhi lini bisnis ShopeeFood dan ShopeePay.
Context.id, JAKARTA - Di tengah gelombang PHK perusahaan rintisan di seluruh dunia, Shopee, dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Keputusan ini disebut mempengaruhi lini bisnis ShopeeFood dan ShopeePay.
Adapun, PHK akan berdampak pada karyawan Shopee di beberapa pasar di Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam.
Sebenarnya, keputusan PHK sudah diumumkan oleh seorang eksekutif dari Sea Group (perusahaan induk Shopee) kepada para karyawannya. Adapun, staf Shopee akan mendapatkan pemberitahuan melalui email yang berisi nama karyawan yang terdampak.
Sebenarnya masih belum diketahui alasan dari kebijakan ini. Namun, keputusan PHK ini diambil hanya beberapa bulan setelah adanya kabar Shopee menutup operasinya di India dan memberhentikan lebih dari 300 pegawainya, karena persaingan bisnis. Selain itu, Shopee juga diketahui telah menutup bisnisnya di Prancis yang baru berumur lima bulan, karena kondisi bisnis yang tidak sesuai ekspektasi.
Sementara itu, dilansir dari Bisnis, kompetisi bisnis pesan-antar makanan daring dengan Grab dan GoTo cukup ketat untuk wilayah Asia Tenggara. Pasalnya, kedua perusahaan tersebut sudah membuka bisnis daring tersebut terlebih dahulu.
Lalu, penutupan tersebut juga disebut sebagai akibat dari sejumlah kondisi ekonomi, seperti inflasi dan kenaikan suku bunga dunia.
Bagaimana Kondisi Bisnis Shopee?
Dari sisi kinerja keuangan, Sea Group sebenarnya mengalami perbaikan pendapatan pada kuartal I/2022. Pada periode Januari-Maret, pendapatan Sea Group naik 64,4 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$2,9 miliar. Namun, rugi bersih perusahaan juga naik 37,4 persen secara tahunan menjadi US$580,13 juta.
Pasalnya, Sea Group yang terdiri atas perusahan finansial (Sea Money), e-commerce, dan games (Garena) ini, pendapatan utamanya masih didapatkan dari lini bisnis game. Sedangkan untuk Shopee masih mencatat rugi, walaupun sudah mulai membaik.
Pasalnya, transaksi sudah naik 71,3 persen per tahunan menjadi US$1,9 miliar dan total pembelian barang atau jasa (GMV) atau alat ukur kesehatan e-commerce juga naik sebesar 38,7 persen, menjadi US$17,4 miliar.
RELATED ARTICLES
Shopee Akan PHK Massal, Ikut Terseret Gelombang Layoff?
Shopee akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Keputusan ini disebut mempengaruhi lini bisnis ShopeeFood dan ShopeePay.
Context.id, JAKARTA - Di tengah gelombang PHK perusahaan rintisan di seluruh dunia, Shopee, dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Keputusan ini disebut mempengaruhi lini bisnis ShopeeFood dan ShopeePay.
Adapun, PHK akan berdampak pada karyawan Shopee di beberapa pasar di Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam.
Sebenarnya, keputusan PHK sudah diumumkan oleh seorang eksekutif dari Sea Group (perusahaan induk Shopee) kepada para karyawannya. Adapun, staf Shopee akan mendapatkan pemberitahuan melalui email yang berisi nama karyawan yang terdampak.
Sebenarnya masih belum diketahui alasan dari kebijakan ini. Namun, keputusan PHK ini diambil hanya beberapa bulan setelah adanya kabar Shopee menutup operasinya di India dan memberhentikan lebih dari 300 pegawainya, karena persaingan bisnis. Selain itu, Shopee juga diketahui telah menutup bisnisnya di Prancis yang baru berumur lima bulan, karena kondisi bisnis yang tidak sesuai ekspektasi.
Sementara itu, dilansir dari Bisnis, kompetisi bisnis pesan-antar makanan daring dengan Grab dan GoTo cukup ketat untuk wilayah Asia Tenggara. Pasalnya, kedua perusahaan tersebut sudah membuka bisnis daring tersebut terlebih dahulu.
Lalu, penutupan tersebut juga disebut sebagai akibat dari sejumlah kondisi ekonomi, seperti inflasi dan kenaikan suku bunga dunia.
Bagaimana Kondisi Bisnis Shopee?
Dari sisi kinerja keuangan, Sea Group sebenarnya mengalami perbaikan pendapatan pada kuartal I/2022. Pada periode Januari-Maret, pendapatan Sea Group naik 64,4 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$2,9 miliar. Namun, rugi bersih perusahaan juga naik 37,4 persen secara tahunan menjadi US$580,13 juta.
Pasalnya, Sea Group yang terdiri atas perusahan finansial (Sea Money), e-commerce, dan games (Garena) ini, pendapatan utamanya masih didapatkan dari lini bisnis game. Sedangkan untuk Shopee masih mencatat rugi, walaupun sudah mulai membaik.
Pasalnya, transaksi sudah naik 71,3 persen per tahunan menjadi US$1,9 miliar dan total pembelian barang atau jasa (GMV) atau alat ukur kesehatan e-commerce juga naik sebesar 38,7 persen, menjadi US$17,4 miliar.
POPULAR
RELATED ARTICLES