Share

Stories 04 Januari 2024

Kiprah Manis Zenius Berakhir di Januari 2024

Perusahaan rintisan ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004 dan dijalankan secara mandiri tanpa suntikan modal investor kakap

Context.id, JAKARTA - Selamat tinggal startup edukasi-teknologi Zenius yang harus knock out pada awal 2024 ini.

Perusahaan rintisan ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004. Saat itu, para founder Zenius, mulai dari Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta membentuk bisnis ini tanpa bantuan modal dari pihak eksternal sama sekali. 

Upaya ini pun dilakukan demi satu cita-cita mulia, yakni mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital. Tentu, ini bukanlah langkah yang mudah. Salah satu kendala utamanya adalah penetrasi internet yang masih sangat terbatas.

Karena itu, Zenius memulai bisnisnya dengan membuka bimbel konvensional. Untuk versi digitalnya, mereka mencoba merekam video edukasi untuk dijual dalam bentuk piringan cakram digital.

“Itu pun operasional kantornya masih nebeng di rumah bimbel Sony Sugema Collage Tebet, yang didapat karena atas dasar hubungan baik Pak Medy dengan alm. Pak Sony Sugema,” dikutip dari laman Zenius.

Singkat cerita, rupanya CD satuan Zenius mendapat respons positif dari masyarakat. Alhasil untuk lebih mengepakkan sayapnya, Zenius dibentuk menjadi perusahaan PT Zenius Education pada 7 Juli 2007.

Sejak saat itu, Zenius mulai mengembangkan bisnisnya dengan berbagai macam konsep produk baru, termasuk laman belajar daring.

Berdasarkan laman Zenius, jumlah pengunjung situs edukasi ini terus meningkat di setiap tahun ajaran, mulai dari 268.000 pengunjung pada tahun ajaran 2011-2012, naik ke 2,1 juta pengunjung pada 2012-2013, lalu 4,9 juta pengunjung pada 2013-2014, dan puncaknya pada 2016-2017 yakni 17,2 pengunjung.

Selain itu, jumlah video Zenius yang dibuat dan ditonton juga makin banyak pada masanya. Sampai dengan Juni 2017, total video materi yang berhasil didokumentasikan Zenius sebanyak 66.000 video dan 3.000 paket latihan.

Adapun, jumlah video yang diputar secara daring pada 2011-2012 mencapai 1,2 juta, lalu bertambah menjadi 6,2 juta pada 2012-2013, meningkat menjadi 12 juta pada 2013-2014, lalu terakhir pada 2016-2017 menjadi 38 juta. Menariknya, video ini juga diperjualbelikan secara luring.

Sampai Juli 2017, Zenius Education tercatat pernah memiliki 5 distributor utama dan 424 reseller di seluruh Indonesia, di antaranya 312 reseller masih aktif sampai sekarang. Selain itu, Zenius Education juga memiliki 15 jaringan outlet resmi di Gramedia seluruh Indonesia.

Namun, semua cerita manis itu akhirnya harus berakhir tahun ini. Zenius gulung tikar setelah beberapa waktu lamanya terombang-ambing.

“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” seperti tertulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023). 

Keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional di tengah pancaroba perusahaan berbasis teknologi beberapa tahun terakhir ini. Sebelum memutuskan untuk tutup, Zenius berusaha keras untuk bertahan dengan melakukan reorganisasi hingga perampingan atau PHK Karyawan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 Januari 2024

Kiprah Manis Zenius Berakhir di Januari 2024

Perusahaan rintisan ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004 dan dijalankan secara mandiri tanpa suntikan modal investor kakap

Context.id, JAKARTA - Selamat tinggal startup edukasi-teknologi Zenius yang harus knock out pada awal 2024 ini.

Perusahaan rintisan ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004. Saat itu, para founder Zenius, mulai dari Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta membentuk bisnis ini tanpa bantuan modal dari pihak eksternal sama sekali. 

Upaya ini pun dilakukan demi satu cita-cita mulia, yakni mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital. Tentu, ini bukanlah langkah yang mudah. Salah satu kendala utamanya adalah penetrasi internet yang masih sangat terbatas.

Karena itu, Zenius memulai bisnisnya dengan membuka bimbel konvensional. Untuk versi digitalnya, mereka mencoba merekam video edukasi untuk dijual dalam bentuk piringan cakram digital.

“Itu pun operasional kantornya masih nebeng di rumah bimbel Sony Sugema Collage Tebet, yang didapat karena atas dasar hubungan baik Pak Medy dengan alm. Pak Sony Sugema,” dikutip dari laman Zenius.

Singkat cerita, rupanya CD satuan Zenius mendapat respons positif dari masyarakat. Alhasil untuk lebih mengepakkan sayapnya, Zenius dibentuk menjadi perusahaan PT Zenius Education pada 7 Juli 2007.

Sejak saat itu, Zenius mulai mengembangkan bisnisnya dengan berbagai macam konsep produk baru, termasuk laman belajar daring.

Berdasarkan laman Zenius, jumlah pengunjung situs edukasi ini terus meningkat di setiap tahun ajaran, mulai dari 268.000 pengunjung pada tahun ajaran 2011-2012, naik ke 2,1 juta pengunjung pada 2012-2013, lalu 4,9 juta pengunjung pada 2013-2014, dan puncaknya pada 2016-2017 yakni 17,2 pengunjung.

Selain itu, jumlah video Zenius yang dibuat dan ditonton juga makin banyak pada masanya. Sampai dengan Juni 2017, total video materi yang berhasil didokumentasikan Zenius sebanyak 66.000 video dan 3.000 paket latihan.

Adapun, jumlah video yang diputar secara daring pada 2011-2012 mencapai 1,2 juta, lalu bertambah menjadi 6,2 juta pada 2012-2013, meningkat menjadi 12 juta pada 2013-2014, lalu terakhir pada 2016-2017 menjadi 38 juta. Menariknya, video ini juga diperjualbelikan secara luring.

Sampai Juli 2017, Zenius Education tercatat pernah memiliki 5 distributor utama dan 424 reseller di seluruh Indonesia, di antaranya 312 reseller masih aktif sampai sekarang. Selain itu, Zenius Education juga memiliki 15 jaringan outlet resmi di Gramedia seluruh Indonesia.

Namun, semua cerita manis itu akhirnya harus berakhir tahun ini. Zenius gulung tikar setelah beberapa waktu lamanya terombang-ambing.

“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” seperti tertulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023). 

Keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional di tengah pancaroba perusahaan berbasis teknologi beberapa tahun terakhir ini. Sebelum memutuskan untuk tutup, Zenius berusaha keras untuk bertahan dengan melakukan reorganisasi hingga perampingan atau PHK Karyawan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Jaga Kesehatan Sopir, Jepang Siapkan Jalan Otomatis untuk Logistik

Jepang merancang jalur transportasi otomatis antara Tokyo dan Osaka untuk mengantisipasi krisis pengemudi truk serta lonjakan kebutuhan logistik.

Context.id . 07 November 2024

Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan Mengubah Metode Perawatan Kanker

Teknologi AI merevolusi deteksi, diagnosis, dan perawatan kanker dengan meningkatkan akurasi dan kecepatan, namun perlu kehati-hatian dan keputusa ...

Context.id . 06 November 2024

Jack Ma Berbagi Pelajaran Hidup bagi Generasi Muda

Jack Ma, pendiri Alibaba, mengajarkan kesuksesan datang dari ketekunan menghadapi kegagalan, belajar dari kesalahan dan memberikan dampak positif ...

Context.id . 06 November 2024

Mungkinkah Mars Menjadi Tempat Tinggal? Temuan Baru Soal Kehidupan Mikroba

NASA menemukan area di Mars yang berpotensi mendukung kehidupan mikroba, tersembunyi di bawah lapisan es dan debu.

Context.id . 31 October 2024