Share

Home Stories

Stories 16 November 2023

Tenaga Medis Indonesia Dinilai Cukup Mumpuni

Tenaga medis Indonesia dinilai mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di bidang yang sama. Persoalannya ada pada etos kerja dan kurang disiplin.

Context.id, JAKARTA - Tenaga medis di Indonesia dinilai mampu bersaing di bidang penguasaan keterampilan serta literasi dengan tenaga medis dari asing. 

 

Rektor Universitas MH Thamrin Jakarta, Daeng Mohammad Faqih mengatakan bahwa persaingan antarnegara dalam dunia kerja di bidang medis tidak bisa dihindari.

Para tenaga medis Indonesia yang digembleng di dalam negeri menurutnya memiliki keterampilan dan literasi yang mumpuni.

“Kalau kompetisi di aspek skill dan literasi, saya tidak ragu dengan kualitas lulusan Indonesia,” ujar mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia itu kepada Context, Kamis (16/11/2023).

Dia mencontohkan, di bidang kedokteran, organisasi profesi mengakui kompetensi lulusan Indonesia sama dengan lulusan di Malaysia dan Singapura.

“Saya pikir di bidang medis lainnya, di luar kedokteran juga kualitasnya tidak kalah dengan lulusan di luar negeri. Tapi yang paling susah adalah kompetisi di aspek karakter. Itu paling berat dihadapi Indonesia. Karakter yang dimaksud adalah etos kerja yang tinggi serta kejujuran,” terangnya.

Dia menilai, aspek inilah yang sering alpa ditanamkan oleh lembaga perguruan tinggi karena lebih menekankan pada aspek keterampilan serta literasi.  

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,26 juta tenaga kesehatan Indonesia pada awal Januari 2023. Dari jumlah itu, perawat menjadi tenaga kesehatan yang paling banyak, yakni 524.508 orang.

Sebanyak 309.838 tenaga kesehatan merupakan bidan. Kemudian, ada 151.095 tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter.

Ada pula 93.652 tenaga kesehatan yang merupakan tenaga farmasi. Tenaga kesehatan yang merupakan ahli teknologi laboratorium medis (ATLM) dan tenaga kesehatan masyarakat masing-masing sebanyak 49.011 orang dan 47.898 orang.

Sebanyak 30.434 orang berprofesi sebagai ahli gizi. Sementara, tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter gigi dan tenaga kesehatan lingkungan masing-masing sebanyak 27.918 orang dan 22.370 orang. 

Jika dihitung rasionya, perawat menjadi yang terbesar, yakni 2 per 1.000 penduduk. Posisinya diikuti bidan dengan rasio sebesar 1,2 per 1.000 penduduk.

Kemudian, rasio dokter per 1.000 penduduk sebesar 0,6 orang. Rasio tenaga farmasi dan ATLM per 1.000 penduduk masing-masing sebesar 0,4 orang dan 0,2 orang.

Adapun, rasio ahli gizi, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lingkungan menjadi yang terkecil. Ketiganya sama-sama sebesar 0,1 per 1.000 penduduk. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 16 November 2023

Tenaga Medis Indonesia Dinilai Cukup Mumpuni

Tenaga medis Indonesia dinilai mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di bidang yang sama. Persoalannya ada pada etos kerja dan kurang disiplin.

Context.id, JAKARTA - Tenaga medis di Indonesia dinilai mampu bersaing di bidang penguasaan keterampilan serta literasi dengan tenaga medis dari asing. 

 

Rektor Universitas MH Thamrin Jakarta, Daeng Mohammad Faqih mengatakan bahwa persaingan antarnegara dalam dunia kerja di bidang medis tidak bisa dihindari.

Para tenaga medis Indonesia yang digembleng di dalam negeri menurutnya memiliki keterampilan dan literasi yang mumpuni.

“Kalau kompetisi di aspek skill dan literasi, saya tidak ragu dengan kualitas lulusan Indonesia,” ujar mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia itu kepada Context, Kamis (16/11/2023).

Dia mencontohkan, di bidang kedokteran, organisasi profesi mengakui kompetensi lulusan Indonesia sama dengan lulusan di Malaysia dan Singapura.

“Saya pikir di bidang medis lainnya, di luar kedokteran juga kualitasnya tidak kalah dengan lulusan di luar negeri. Tapi yang paling susah adalah kompetisi di aspek karakter. Itu paling berat dihadapi Indonesia. Karakter yang dimaksud adalah etos kerja yang tinggi serta kejujuran,” terangnya.

Dia menilai, aspek inilah yang sering alpa ditanamkan oleh lembaga perguruan tinggi karena lebih menekankan pada aspek keterampilan serta literasi.  

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,26 juta tenaga kesehatan Indonesia pada awal Januari 2023. Dari jumlah itu, perawat menjadi tenaga kesehatan yang paling banyak, yakni 524.508 orang.

Sebanyak 309.838 tenaga kesehatan merupakan bidan. Kemudian, ada 151.095 tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter.

Ada pula 93.652 tenaga kesehatan yang merupakan tenaga farmasi. Tenaga kesehatan yang merupakan ahli teknologi laboratorium medis (ATLM) dan tenaga kesehatan masyarakat masing-masing sebanyak 49.011 orang dan 47.898 orang.

Sebanyak 30.434 orang berprofesi sebagai ahli gizi. Sementara, tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter gigi dan tenaga kesehatan lingkungan masing-masing sebanyak 27.918 orang dan 22.370 orang. 

Jika dihitung rasionya, perawat menjadi yang terbesar, yakni 2 per 1.000 penduduk. Posisinya diikuti bidan dengan rasio sebesar 1,2 per 1.000 penduduk.

Kemudian, rasio dokter per 1.000 penduduk sebesar 0,6 orang. Rasio tenaga farmasi dan ATLM per 1.000 penduduk masing-masing sebesar 0,4 orang dan 0,2 orang.

Adapun, rasio ahli gizi, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lingkungan menjadi yang terkecil. Ketiganya sama-sama sebesar 0,1 per 1.000 penduduk. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Captain America Kembali, Tapi Mengapa Film Ini Menuai Kontroversi?

Film terbaru Marvel, Captain America Brave New World memantik polemik publik

Noviarizal Fernandez . 25 February 2025

Danantara Indonesia Siap Bersaing dengan SWF Global

Danantara berpotensi menjadi salah satu SWF terbesar di dunia dengan total kelolaan dana mencapai Rp14,7 kuadriliun

Noviarizal Fernandez . 25 February 2025

Peluang Studi dan Karier di Inggris, Hadiri Study UK & Careers Fest 2025

BritCham gelar Study UK & Careers Fest 2025, hadirkan info beasiswa, studi, dan karier di Inggris, serta tren profesi masa depan bagi talenta Indo ...

Media Digital . 24 February 2025

Apakah Internet Membuat Kita Bodoh?

Sebuah studi dari UCLA menemukan kebiasaan membaca secara mendalam semakin berkurang karena otak kita terbiasa dengan informasi internet yang dangkal

Noviarizal Fernandez . 24 February 2025