Share

Home Stories

Stories 10 Mei 2022

Fenomena “Sell in May and Go Away” Beneran Terjadi?

Fenomena ini berasal dari kecenderungan investor untuk menjual saham di bulan Mei dan membeli lagi di bulan November. Kenapa bisa begitu?

New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS, pada hari Jumat, 29 April 2022. - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menurun 4,42 persen pada perdagangan Senin (9/5/2022) dan disebut-sebut akibat fenomena “sell in May and go away”.

Hal ini disampaikan oleh Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta. “Sebelumnya saya sudah pernah ngobrol dengan teman-teman pewarta lainnya, bahwasanya adigium “sell in May and go away” masih relevan pada Mei 2022.

Melansir dari The Balance, fenomena ini berasal dari kecenderungan investor untuk menjual saham di bulan Mei dan membeli lagi di bulan November. Pasalnya, pada jaman dahulu, para investor biasanya akan menjual saham mereka pada awal musim panas, untuk biaya liburan tengah tahun.

Selain itu, adapula pendapat bahwa pada periode Mei-Oktober, kinerja pasar secara historis kurang bagus, yang berakibat pada hengkangnya investor.

Namun, pendapat berbeda diutarakan CEO & founder perusahaan riset market timing PT Astronacci International, Dr Gema Merdeka Goeyardi. Menurutnya, penurunan ini dikarenakan kondisi-kondisi makro ekonomi, seperti inflasi Amerika Serikat, pelemahan nilai tukar rupiah, perang Rusia-Ukraina, efek pandemi Covid-19, hingga harga minyak dunia yang sedang naik.

“Ini bukan salah pemerintah. Ini adalah global disaster post covid yang menyebabkan inflasi yang harus dihadapi bersama. Harga pasti akan naik karena mengikuti global market,” ujar Dr Gema pada Antara.

Diketahui pada Senin (9/5/2022), IHSG telah turun sebanyak 245.166 poin ke level 6.909,751 dari awal pembukaan. Sebanyak 163 saham naik, 423 saham melemah, dan 114 saham yang bertahan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 10 Mei 2022

Fenomena “Sell in May and Go Away” Beneran Terjadi?

Fenomena ini berasal dari kecenderungan investor untuk menjual saham di bulan Mei dan membeli lagi di bulan November. Kenapa bisa begitu?

New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS, pada hari Jumat, 29 April 2022. - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menurun 4,42 persen pada perdagangan Senin (9/5/2022) dan disebut-sebut akibat fenomena “sell in May and go away”.

Hal ini disampaikan oleh Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta. “Sebelumnya saya sudah pernah ngobrol dengan teman-teman pewarta lainnya, bahwasanya adigium “sell in May and go away” masih relevan pada Mei 2022.

Melansir dari The Balance, fenomena ini berasal dari kecenderungan investor untuk menjual saham di bulan Mei dan membeli lagi di bulan November. Pasalnya, pada jaman dahulu, para investor biasanya akan menjual saham mereka pada awal musim panas, untuk biaya liburan tengah tahun.

Selain itu, adapula pendapat bahwa pada periode Mei-Oktober, kinerja pasar secara historis kurang bagus, yang berakibat pada hengkangnya investor.

Namun, pendapat berbeda diutarakan CEO & founder perusahaan riset market timing PT Astronacci International, Dr Gema Merdeka Goeyardi. Menurutnya, penurunan ini dikarenakan kondisi-kondisi makro ekonomi, seperti inflasi Amerika Serikat, pelemahan nilai tukar rupiah, perang Rusia-Ukraina, efek pandemi Covid-19, hingga harga minyak dunia yang sedang naik.

“Ini bukan salah pemerintah. Ini adalah global disaster post covid yang menyebabkan inflasi yang harus dihadapi bersama. Harga pasti akan naik karena mengikuti global market,” ujar Dr Gema pada Antara.

Diketahui pada Senin (9/5/2022), IHSG telah turun sebanyak 245.166 poin ke level 6.909,751 dari awal pembukaan. Sebanyak 163 saham naik, 423 saham melemah, dan 114 saham yang bertahan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Ada Tuntutan Bubarkan DPR, Secara Hukum Indonesia Bisa?

Tuntutan pembubaran DPR menggaung saat aksi demonstrasi 25 Agustus 2025. Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menyebut hal itu secara hukum tid ...

Renita Sukma . 14 September 2025

Fakta Unik, Gelombang Panas Bisa Bikin Kita Cepat Menua

Sebelumnya gelombang panas diketahui dapat meningkatkan risiko kematian dini akibat serangan panas, iskemia dan masalah kesehatan lainnya

Jessica Gabriela Soehandoko . 12 September 2025

PBB Sebut Waktu Pencegahan Eskalasi Kelaparan di Gaza Terbatas

PBB menyoroti fenomena kelaparan di Gaza dan menyebut sempitnya peluang untuk mencegah kelaparan menyebar di kota ini.

Renita Sukma . 08 September 2025

Pengibaran Bendera Inggris di Sepanjang Jalan dan Sentimen Anti Imigran

Berkibarnya bendera bendera St. George s Cross dan bendera Union Jack bertebaran di seluruh wilayah Inggris menimbulkan kekhawatiran atas meluasny ...

Renita Sukma . 27 August 2025