Tantangan Berinvestasi Jelang Tahun Politik
Tahun politik minim berpengaruh pada iklim berinvestasi, namun tetap ada tantangan tersendiri.
Context.id, JAKARTA - Beberapa instrumen investasi bakal mengalami gejolak jelang 2024. Baik saham, obligasi, sampai reksadana, punya tantangan tersendiri ketika memasuki tahun politik, namun masih mengarah ke sisi positif.
Berdasarkan diskusi yang diselenggarakan platform literasi keuangan dan investasi Tumbuh Makna, secara historis korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum memang tidak terlalu kentara.
Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi menyarankan investor justru harus memperhatikan sentimen yang lebih. Terlepas dari potensi peningkatan aktivitas ekonomi domestik, terutama di sektor konsumer, ada kekhawatiran terjadinya inflasi.
Pasalnya, muncul resesi ringan di AS dan negara Eropa pasca kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi. Selain itu, di China, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, hingga saat ini masih belum memperlihatkan adanya traksi pertumbuhan yang optimal.
"Saya melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia' itu, dikutip Senin (19/6/2023).
Turut hadir, Manuel Adhy Purwanto, Head of Research & Investment Connoisseur Moduit sebagai platform digital penyedia produk dan penasihat investasi, melihat iklim investasi di tahun politik masih di level optimistis.
"Ada Pemilu, tentu akan ada tantangan dan juga peluang. Namun, hal tersebut bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik. Dengan suku bunga yang sudah mendekati puncak, pilihan investasi di obligasi juga masih sangat menarik. Sedangkan untuk kelas aset saham akan tergantung dari pergerakan masing-masing saham," ujarnya.
Senada, untuk instrumen obligasi, analisa Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai tahun justru akan membuat kinerja pasar obligasi membaik.
"Seiring dengan suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya, inflasi pun stabil cenderung menurun, dan kami perkirakan suku bunga global juga akan segera atau sudah mencapai puncaknya karena kekhawatiran tekanan resesi," jelasnya.
Adapun, pasar saham sebenarnya juga tidak kalah menarik secara fundamental. Hanya saja, berbagai pemberitaan negatif dari luar negeri, serta minimnya sentimen pemulihan domestik, membuat kinerja IHSG di semester I/2023 terlihat berada dalam tekanan.
"Maka dari itu, untuk reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi, Batavia masih menitikberatkan portofolio pada obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah RI. Selain itu, tambahan penempatan pada obligasi korporasi pun dimungkinkan sebagai bagian dari upaya mendapatkan potensi tambahan imbal hasil," ungkap Eri.
Terakhir, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya berpendapat kondisi ekonomi politik nasional akan berada dalam kondisi stabil, karena berdasarkan beberapa survei belakangan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi sangat tinggi, sehingga terjadi stabilitas di berbagai bidang terutama bidang sosial, ekonomi, dan politik.
"Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga, karena itu publik juga merasa bahwa saat ini kondisinya bagus. Maka itu tidak heran kita lihat bahwa kepuasan terhadap pemerintahan saat ini mencapai level yang tinggi. Khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat publik setelah pandemi menjadi bergairah dalam melakukan kegiatan bisnis," tutupnya.
RELATED ARTICLES
Tantangan Berinvestasi Jelang Tahun Politik
Tahun politik minim berpengaruh pada iklim berinvestasi, namun tetap ada tantangan tersendiri.
Context.id, JAKARTA - Beberapa instrumen investasi bakal mengalami gejolak jelang 2024. Baik saham, obligasi, sampai reksadana, punya tantangan tersendiri ketika memasuki tahun politik, namun masih mengarah ke sisi positif.
Berdasarkan diskusi yang diselenggarakan platform literasi keuangan dan investasi Tumbuh Makna, secara historis korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum memang tidak terlalu kentara.
Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi menyarankan investor justru harus memperhatikan sentimen yang lebih. Terlepas dari potensi peningkatan aktivitas ekonomi domestik, terutama di sektor konsumer, ada kekhawatiran terjadinya inflasi.
Pasalnya, muncul resesi ringan di AS dan negara Eropa pasca kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi. Selain itu, di China, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, hingga saat ini masih belum memperlihatkan adanya traksi pertumbuhan yang optimal.
"Saya melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia' itu, dikutip Senin (19/6/2023).
Turut hadir, Manuel Adhy Purwanto, Head of Research & Investment Connoisseur Moduit sebagai platform digital penyedia produk dan penasihat investasi, melihat iklim investasi di tahun politik masih di level optimistis.
"Ada Pemilu, tentu akan ada tantangan dan juga peluang. Namun, hal tersebut bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik. Dengan suku bunga yang sudah mendekati puncak, pilihan investasi di obligasi juga masih sangat menarik. Sedangkan untuk kelas aset saham akan tergantung dari pergerakan masing-masing saham," ujarnya.
Senada, untuk instrumen obligasi, analisa Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai tahun justru akan membuat kinerja pasar obligasi membaik.
"Seiring dengan suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya, inflasi pun stabil cenderung menurun, dan kami perkirakan suku bunga global juga akan segera atau sudah mencapai puncaknya karena kekhawatiran tekanan resesi," jelasnya.
Adapun, pasar saham sebenarnya juga tidak kalah menarik secara fundamental. Hanya saja, berbagai pemberitaan negatif dari luar negeri, serta minimnya sentimen pemulihan domestik, membuat kinerja IHSG di semester I/2023 terlihat berada dalam tekanan.
"Maka dari itu, untuk reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi, Batavia masih menitikberatkan portofolio pada obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah RI. Selain itu, tambahan penempatan pada obligasi korporasi pun dimungkinkan sebagai bagian dari upaya mendapatkan potensi tambahan imbal hasil," ungkap Eri.
Terakhir, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya berpendapat kondisi ekonomi politik nasional akan berada dalam kondisi stabil, karena berdasarkan beberapa survei belakangan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi sangat tinggi, sehingga terjadi stabilitas di berbagai bidang terutama bidang sosial, ekonomi, dan politik.
"Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga, karena itu publik juga merasa bahwa saat ini kondisinya bagus. Maka itu tidak heran kita lihat bahwa kepuasan terhadap pemerintahan saat ini mencapai level yang tinggi. Khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat publik setelah pandemi menjadi bergairah dalam melakukan kegiatan bisnis," tutupnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES