Seberapa Jauh Dampak Pemilu Pada Pasar Modal?
Analis dan pemerhati pasar modal melihat pemilu baik pileg maupun pilpres tidak terlalu berpengaruh pada situasi pasar modal
Context.id, JAKARTA - Pemilu 2024 yang berada di depan mata dianggap tidak terlalu berpengaruh pada kondisi ekonomi nasional, khususnya di bidang investasi atau pasar modal.
Pandangan tersebut itu disampaikan oleh para pembicara dalam seminar bertajuk 'Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia', yang diselenggarakan oleh platform Tumbuh Makna, pekan lalu .
Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi, mengatakan terlepas dari adanya peningkatan aktivitas ekonomi terutama di sektor konsumer, secara historis memang tidak terlihat adanya korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum.
Investor, tuturnya, justru memperhatikan sentimen yang lebih besar yang bermain di pasar di level global seperti kekhawatiran terjadinya resesi ringan di AS dan negara Eropa setelah kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi.
Selain kondisi ekonomi AS dan Eropa, investor juga memperhatikan manuver atau perkembangan kondisi ekonomi China sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia.
“Saya melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif,” tuturnya.
Senada, Head of Research & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto, Pemilu bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
“Kami selalu melihat masa depan secara optimistis karena secara historis politik domestik tidak terlalu berpengaruh besar terhadap iklim investasi. Bahwa pada tahun depan akan ada Pemilu, tentu akan ada tantangan dan juga peluang," jelasnya.
Baginya, tantangan dan peluang itu bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik serta tetap lebih selektif dalam memilih instrumen investasi.
Sedangkan Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai tahun politik ini dapat dipandang dari berbagai hal. Dari sisi pasar obligasi, ia menilai, kinerja seluruhnya akan baik pada 2023.
Menurutnya, data Produk Domestik Bruto (PDB) dan laba perusahaan yang baik di triwulan I/2023 ini menjadi bukti baiknya kondisi perekonomian domestik. Hanya saja berbagai pemberitaan dari luar negeri serta minimnya sentimen domestik membuat kinerja IHSG di semester 1 ini terlihat berada dalam tekanan.
Sedangkan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan kondisi ekonomi politik nasional dalam kondisi stabil karena tingkat kepuasanya terhadap pemerintahan Jokowi termasuk baik.
Yunarto, merujuk pada hasil survei beberapa lembaga yang memaparkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah terutama di bidang sosial, ekonomi dan politik sangat baik.
“Saya kira saat ini stabilitas nasional kita terjaga dengan baik. Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga. Publik meresponnya dengan merasa puas, khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat gairah berbisnis kembali tumbuh,” tambahnya.
RELATED ARTICLES
Seberapa Jauh Dampak Pemilu Pada Pasar Modal?
Analis dan pemerhati pasar modal melihat pemilu baik pileg maupun pilpres tidak terlalu berpengaruh pada situasi pasar modal
Context.id, JAKARTA - Pemilu 2024 yang berada di depan mata dianggap tidak terlalu berpengaruh pada kondisi ekonomi nasional, khususnya di bidang investasi atau pasar modal.
Pandangan tersebut itu disampaikan oleh para pembicara dalam seminar bertajuk 'Siap-Siap Tahun Politik 2024: Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia', yang diselenggarakan oleh platform Tumbuh Makna, pekan lalu .
Co-Founder Tumbuh Makna Fenny Tjahyadi, mengatakan terlepas dari adanya peningkatan aktivitas ekonomi terutama di sektor konsumer, secara historis memang tidak terlihat adanya korelasi spesifik antara tahun politik dengan kinerja produk keuangan di pasar modal secara umum.
Investor, tuturnya, justru memperhatikan sentimen yang lebih besar yang bermain di pasar di level global seperti kekhawatiran terjadinya resesi ringan di AS dan negara Eropa setelah kenaikan agresif bunga acuan untuk memerangi inflasi.
Selain kondisi ekonomi AS dan Eropa, investor juga memperhatikan manuver atau perkembangan kondisi ekonomi China sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia.
“Saya melihat beberapa sentimen global tersebut yang selama ini menahan IHSG untuk dapat bergerak lebih tinggi, padahal valuasi pasar saham kita saat ini berada di level yang atraktif,” tuturnya.
Senada, Head of Research & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto, Pemilu bukanlah faktor utama yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
“Kami selalu melihat masa depan secara optimistis karena secara historis politik domestik tidak terlalu berpengaruh besar terhadap iklim investasi. Bahwa pada tahun depan akan ada Pemilu, tentu akan ada tantangan dan juga peluang," jelasnya.
Baginya, tantangan dan peluang itu bisa disikapi dengan melakukan diversifikasi dan lebih melihat kondisi ekonomi global dan domestik serta tetap lebih selektif dalam memilih instrumen investasi.
Sedangkan Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai tahun politik ini dapat dipandang dari berbagai hal. Dari sisi pasar obligasi, ia menilai, kinerja seluruhnya akan baik pada 2023.
Menurutnya, data Produk Domestik Bruto (PDB) dan laba perusahaan yang baik di triwulan I/2023 ini menjadi bukti baiknya kondisi perekonomian domestik. Hanya saja berbagai pemberitaan dari luar negeri serta minimnya sentimen domestik membuat kinerja IHSG di semester 1 ini terlihat berada dalam tekanan.
Sedangkan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan kondisi ekonomi politik nasional dalam kondisi stabil karena tingkat kepuasanya terhadap pemerintahan Jokowi termasuk baik.
Yunarto, merujuk pada hasil survei beberapa lembaga yang memaparkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah terutama di bidang sosial, ekonomi dan politik sangat baik.
“Saya kira saat ini stabilitas nasional kita terjaga dengan baik. Selepas pandemi, tren pertumbuhan ekonomi kita terjaga. Publik meresponnya dengan merasa puas, khususnya pada bidang ekonomi, inflasi kita menurun, dan itu membuat gairah berbisnis kembali tumbuh,” tambahnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES