Share

Stories 05 Juni 2023

Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Waspadai Dampak Polusi

Kualitas udara Jakarta memburuk. Jakarta masuk ke dalam kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan nilai indeks 153.

Sejumlah kendaraan bermotor melintasi Jalan Gatot Subroto di Jakarta, Rabu (11/8/2021)/JIBI

Context.id, JAKARTA - Pekerja Ibu Kota pasti tidak asing dengan pemandangan menyerupai kabut yang menyelimuti gedung pencakar langit di Jakarta. Sayangnya, fenomena ini ternyata merupakan imbas dari kualitas udara yang memburuk.

Dilansir IQAir, Jakarta masuk ke dalam kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan nilai indeks 153. Bahkan, per hari ini berada di urutan ke-5 berdasarkan ranking kota di Indonesia dengan pencemaran terparah setelah Pasar Kemis 158 , Bandung 160, Tangerang Selatan 165 dan Cileungsir 173.

Faktor yang berperan besar menyumbangkan zat beracun ke udara adalah alat transportasi yang biasa kita gunakan setiap hari. Emisi kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 70% terhadap pencemaran Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2) dan Partikulat (PM) di wilayah perkotaan.

Penurunan kualitas udara sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan hingga produktivitas ekonomi. Penurunan kualitas kehidupan umat manusia dapat dirasakan setelah melewati efek jangka panjang dari permasalahan tersebut.

 

BACA JUGA    Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya ke-3 di Indonesia

 

Selain memiliki efek jangka panjang, udara buruk juga menimbulkan masalah jangka pendek berupa gangguan pernafasan, sakit kepala, iritasi mata, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, realita terkait salah satu hak manusia untuk bisa menikmati udara bersih dan bebas polusi kini bukan lagi sebuah perkara serius. Pasalnya, isu pencemaran udara sepertinya dianggap ‘maklum’ oleh kebanyakan pihak atas ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan. 

Miris, wujudnya yang tak terlihat menjadikan polusi udara menempati urutan ke sekian yang larut dari perhatian publik dibanding banjir, longsor, dan bencana alam lain.

 

Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan

Hasil penelitian Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) menemukan, rata-rata orang Indonesia berpotensi kehilangan 1,2 tahun harapan hidup karena kualitas udara yang buruk. Pada beberapa wilayah bahkan berkurang menjadi lima tahun.

Mengutip laman Kemkes, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada 4 faktor risiko penyakit paru yakni polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang dan genetik. Polusi udara menyumbang 15%-30% sebagai faktor dominan risiko penyakit paru.

Indonesia sendiri mengalami dampak kesehatan pernapasan antara lain penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 145 kejadian dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52,5 ribu kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27,6 ribu kematian.

Dengan kata lain, polusi mengancam kehidupan manusia. Terlebih masa depan penerus bangsa akan rusak akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya oksigen alami bagi kehidupan berkelanjutan.

Jika dibiarkan begini saja, maka bersiaplah dengan kondisi bumi yang semakin semrawut dengan partikel-partikel beracun yang bergelimang di udara. Tanpa penanganan yang tepat, polusi udara dengan mudah membinasakan bumi dan seisinya.



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Oktaviano Donald

Stories 05 Juni 2023

Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Waspadai Dampak Polusi

Kualitas udara Jakarta memburuk. Jakarta masuk ke dalam kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan nilai indeks 153.

Sejumlah kendaraan bermotor melintasi Jalan Gatot Subroto di Jakarta, Rabu (11/8/2021)/JIBI

Context.id, JAKARTA - Pekerja Ibu Kota pasti tidak asing dengan pemandangan menyerupai kabut yang menyelimuti gedung pencakar langit di Jakarta. Sayangnya, fenomena ini ternyata merupakan imbas dari kualitas udara yang memburuk.

Dilansir IQAir, Jakarta masuk ke dalam kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan nilai indeks 153. Bahkan, per hari ini berada di urutan ke-5 berdasarkan ranking kota di Indonesia dengan pencemaran terparah setelah Pasar Kemis 158 , Bandung 160, Tangerang Selatan 165 dan Cileungsir 173.

Faktor yang berperan besar menyumbangkan zat beracun ke udara adalah alat transportasi yang biasa kita gunakan setiap hari. Emisi kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 70% terhadap pencemaran Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2) dan Partikulat (PM) di wilayah perkotaan.

Penurunan kualitas udara sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan hingga produktivitas ekonomi. Penurunan kualitas kehidupan umat manusia dapat dirasakan setelah melewati efek jangka panjang dari permasalahan tersebut.

 

BACA JUGA    Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya ke-3 di Indonesia

 

Selain memiliki efek jangka panjang, udara buruk juga menimbulkan masalah jangka pendek berupa gangguan pernafasan, sakit kepala, iritasi mata, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, realita terkait salah satu hak manusia untuk bisa menikmati udara bersih dan bebas polusi kini bukan lagi sebuah perkara serius. Pasalnya, isu pencemaran udara sepertinya dianggap ‘maklum’ oleh kebanyakan pihak atas ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan. 

Miris, wujudnya yang tak terlihat menjadikan polusi udara menempati urutan ke sekian yang larut dari perhatian publik dibanding banjir, longsor, dan bencana alam lain.

 

Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan

Hasil penelitian Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) menemukan, rata-rata orang Indonesia berpotensi kehilangan 1,2 tahun harapan hidup karena kualitas udara yang buruk. Pada beberapa wilayah bahkan berkurang menjadi lima tahun.

Mengutip laman Kemkes, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada 4 faktor risiko penyakit paru yakni polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang dan genetik. Polusi udara menyumbang 15%-30% sebagai faktor dominan risiko penyakit paru.

Indonesia sendiri mengalami dampak kesehatan pernapasan antara lain penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 145 kejadian dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52,5 ribu kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27,6 ribu kematian.

Dengan kata lain, polusi mengancam kehidupan manusia. Terlebih masa depan penerus bangsa akan rusak akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya oksigen alami bagi kehidupan berkelanjutan.

Jika dibiarkan begini saja, maka bersiaplah dengan kondisi bumi yang semakin semrawut dengan partikel-partikel beracun yang bergelimang di udara. Tanpa penanganan yang tepat, polusi udara dengan mudah membinasakan bumi dan seisinya.



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Oktaviano Donald


RELATED ARTICLES

Generasi Z dan Milenial Gunakan Facebook Dating untuk Mencari Jodoh

Generasi muda mulai melirik kembali media sosial Facebook yang selama ini dikenal sudah kuno. Tapi yang mereka gunakan hanya fitur atau layanan Fa ...

Context.id . 06 December 2024

Lima Hal Menarik tentang Katedral Notre Dame di Paris

Katedral Notre Dame selesai diperbaiki dan akan segera dibuka untuk umum. Ada fakta maupun mitos menarik tentang gereja kuno ini

Context.id . 06 December 2024

Hukum Belgia Memberikan Pekerja Seks Perlindungan Hukum Setara Profesi Lain

Konstitusi Belgia mengakui pekerja seks sebagai sebuah profesi yang harus dihormati dan setara dengan pekerjaan terhormat lainnya.

Context.id . 06 December 2024

Apa Perbedaan antara Gelato dan Es Krim? Dan Mana yang Lebih Sehat

Gelato dan es krim sama-sama dinikmati secara dingin dan secara tampilan bentuknya pun sama. Apakah sama atau berbeda?

Context.id . 06 December 2024