Share

Home Originals

Originals 09 Mei 2025

Marsinah: Buruh yang Dibungkam, Kini Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Di antara deretan pahlawan nasional Indonesia, tak satu pun berasal dari barisan buruh. Hingga nama Marsinah kembali menggema

Context.id, JAKARTA - Pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional, jika mayoritas buruh menginginkannya. “Kalau seluruh pimpinan buruh sepakat, saya akan mendukung,” ujar Prabowo.

Bagi banyak aktivis, dukungan ini datang telat. Tapi tetap penting. Marsinah bukan hanya simbol perlawanan. Ia adalah wajah buruh yang selama ini diabaikan sejarah.

Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo. Ia dikenal cerdas dan vokal. Tak hanya bekerja, ia rajin belajar soal hak tenaga kerja. Teman-temannya sering datang padanya untuk bertanya tentang aturan ketenagakerjaan. Ia tipe pemimpin yang lahir alami, tenang, tegas, dan berpihak.

Pada Mei 1993, ia ikut memimpin mogok kerja yang menuntut hak-hak dasar, cuti haid, uang makan, THR, dan cuti melahirkan. Tuntutan itu diterima oleh perusahaan. Namun sehari kemudian, 13 buruh dipanggil ke Kodim dan ditekan untuk mundur. Marsinah mencari mereka. Menunjukkan solidaritas.

Itulah terakhir kalinya ia terlihat hidup.

Tiga hari kemudian, jasad Marsinah ditemukan di hutan. Tubuhnya penuh luka. Disiksa dengan brutal. Otopsi kedua bahkan menunjukkan ada bekas tembakan. Tapi proses hukum yang menyusul justru mengaburkan kebenaran. Pemilik pabrik sempat jadi tersangka, lalu dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Dalang di balik kematiannya tak pernah terungkap.

Sudah tiga dekade berlalu. Tapi suara Marsinah tak pernah benar-benar hilang. Ia selalu disebut dalam setiap peringatan Hari Buruh, dalam setiap tuntutan keadilan yang tak kunjung tuntas.

Kini, saat pemerintah mulai membuka pintu pengakuan, muncul pertanyaan, akankah negara benar-benar mengakui buruh sebagai bagian dari sejarah perjuangannya?

Marsinah mungkin tak memakai seragam militer atau memegang senjata. Tapi keberaniannya untuk berdiri di depan, memperjuangkan yang lemah, adalah bentuk kepahlawanan yang tak kalah penting. Ia dibungkam, tapi tak pernah diam di hati para pekerja.

Mungkin sudah waktunya, satu bingkai kosong di dinding para pahlawan diisi dengan wajah seorang buruh bernama Marsinah



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 09 Mei 2025

Marsinah: Buruh yang Dibungkam, Kini Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Di antara deretan pahlawan nasional Indonesia, tak satu pun berasal dari barisan buruh. Hingga nama Marsinah kembali menggema

Context.id, JAKARTA - Pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional, jika mayoritas buruh menginginkannya. “Kalau seluruh pimpinan buruh sepakat, saya akan mendukung,” ujar Prabowo.

Bagi banyak aktivis, dukungan ini datang telat. Tapi tetap penting. Marsinah bukan hanya simbol perlawanan. Ia adalah wajah buruh yang selama ini diabaikan sejarah.

Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo. Ia dikenal cerdas dan vokal. Tak hanya bekerja, ia rajin belajar soal hak tenaga kerja. Teman-temannya sering datang padanya untuk bertanya tentang aturan ketenagakerjaan. Ia tipe pemimpin yang lahir alami, tenang, tegas, dan berpihak.

Pada Mei 1993, ia ikut memimpin mogok kerja yang menuntut hak-hak dasar, cuti haid, uang makan, THR, dan cuti melahirkan. Tuntutan itu diterima oleh perusahaan. Namun sehari kemudian, 13 buruh dipanggil ke Kodim dan ditekan untuk mundur. Marsinah mencari mereka. Menunjukkan solidaritas.

Itulah terakhir kalinya ia terlihat hidup.

Tiga hari kemudian, jasad Marsinah ditemukan di hutan. Tubuhnya penuh luka. Disiksa dengan brutal. Otopsi kedua bahkan menunjukkan ada bekas tembakan. Tapi proses hukum yang menyusul justru mengaburkan kebenaran. Pemilik pabrik sempat jadi tersangka, lalu dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Dalang di balik kematiannya tak pernah terungkap.

Sudah tiga dekade berlalu. Tapi suara Marsinah tak pernah benar-benar hilang. Ia selalu disebut dalam setiap peringatan Hari Buruh, dalam setiap tuntutan keadilan yang tak kunjung tuntas.

Kini, saat pemerintah mulai membuka pintu pengakuan, muncul pertanyaan, akankah negara benar-benar mengakui buruh sebagai bagian dari sejarah perjuangannya?

Marsinah mungkin tak memakai seragam militer atau memegang senjata. Tapi keberaniannya untuk berdiri di depan, memperjuangkan yang lemah, adalah bentuk kepahlawanan yang tak kalah penting. Ia dibungkam, tapi tak pernah diam di hati para pekerja.

Mungkin sudah waktunya, satu bingkai kosong di dinding para pahlawan diisi dengan wajah seorang buruh bernama Marsinah



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Lifting Minyak Tersendat, Sumur Rakyat Jadi Solusi?

Pemerintah resmi mengubah pendekatan, sumur minyak rakyat yang dulu dianggap ilegal, kini justru didorong untuk legal dan berkontribusi ke produks ...

Renita Sukma . 25 June 2025

Perang Iran-Israel Bisa Bikin Harga BBM RI Naik?

Iran yang merasa tersudut mengancam akan menutup akses Selat Hormuz. Hormuz bukan selat sembarangan. Di sinilah 20% minyak dunia melintas tiap hari

Renita Sukma . 24 June 2025

Miskin Versi Bank Dunia, Benarkah 7 dari 10 Orang Indonesia Miskin?

Jika lebih dari setengah warga negara ini dianggap miskin oleh standar global, artinya sudah seberapa jauh standar hidup kita tertinggal?

Naufal Jauhar Nazhif . 20 June 2025

Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?

Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri

Renita Sukma . 17 June 2025