Marsinah: Buruh yang Dibungkam, Kini Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Di antara deretan pahlawan nasional Indonesia, tak satu pun berasal dari barisan buruh. Hingga nama Marsinah kembali menggema
Context.id, JAKARTA - Pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional, jika mayoritas buruh menginginkannya. “Kalau seluruh pimpinan buruh sepakat, saya akan mendukung,” ujar Prabowo.
Bagi banyak aktivis, dukungan ini datang telat. Tapi tetap penting. Marsinah bukan hanya simbol perlawanan. Ia adalah wajah buruh yang selama ini diabaikan sejarah.
Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo. Ia dikenal cerdas dan vokal. Tak hanya bekerja, ia rajin belajar soal hak tenaga kerja. Teman-temannya sering datang padanya untuk bertanya tentang aturan ketenagakerjaan. Ia tipe pemimpin yang lahir alami, tenang, tegas, dan berpihak.
Pada Mei 1993, ia ikut memimpin mogok kerja yang menuntut hak-hak dasar, cuti haid, uang makan, THR, dan cuti melahirkan. Tuntutan itu diterima oleh perusahaan. Namun sehari kemudian, 13 buruh dipanggil ke Kodim dan ditekan untuk mundur. Marsinah mencari mereka. Menunjukkan solidaritas.
Itulah terakhir kalinya ia terlihat hidup.
Tiga hari kemudian, jasad Marsinah ditemukan di hutan. Tubuhnya penuh luka. Disiksa dengan brutal. Otopsi kedua bahkan menunjukkan ada bekas tembakan. Tapi proses hukum yang menyusul justru mengaburkan kebenaran. Pemilik pabrik sempat jadi tersangka, lalu dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Dalang di balik kematiannya tak pernah terungkap.
Sudah tiga dekade berlalu. Tapi suara Marsinah tak pernah benar-benar hilang. Ia selalu disebut dalam setiap peringatan Hari Buruh, dalam setiap tuntutan keadilan yang tak kunjung tuntas.
Kini, saat pemerintah mulai membuka pintu pengakuan, muncul pertanyaan, akankah negara benar-benar mengakui buruh sebagai bagian dari sejarah perjuangannya?
Marsinah mungkin tak memakai seragam militer atau memegang senjata. Tapi keberaniannya untuk berdiri di depan, memperjuangkan yang lemah, adalah bentuk kepahlawanan yang tak kalah penting. Ia dibungkam, tapi tak pernah diam di hati para pekerja.
Mungkin sudah waktunya, satu bingkai kosong di dinding para pahlawan diisi dengan wajah seorang buruh bernama Marsinah
RELATED ARTICLES
Marsinah: Buruh yang Dibungkam, Kini Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Di antara deretan pahlawan nasional Indonesia, tak satu pun berasal dari barisan buruh. Hingga nama Marsinah kembali menggema
Context.id, JAKARTA - Pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya mendukung Marsinah menjadi pahlawan nasional, jika mayoritas buruh menginginkannya. “Kalau seluruh pimpinan buruh sepakat, saya akan mendukung,” ujar Prabowo.
Bagi banyak aktivis, dukungan ini datang telat. Tapi tetap penting. Marsinah bukan hanya simbol perlawanan. Ia adalah wajah buruh yang selama ini diabaikan sejarah.
Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo. Ia dikenal cerdas dan vokal. Tak hanya bekerja, ia rajin belajar soal hak tenaga kerja. Teman-temannya sering datang padanya untuk bertanya tentang aturan ketenagakerjaan. Ia tipe pemimpin yang lahir alami, tenang, tegas, dan berpihak.
Pada Mei 1993, ia ikut memimpin mogok kerja yang menuntut hak-hak dasar, cuti haid, uang makan, THR, dan cuti melahirkan. Tuntutan itu diterima oleh perusahaan. Namun sehari kemudian, 13 buruh dipanggil ke Kodim dan ditekan untuk mundur. Marsinah mencari mereka. Menunjukkan solidaritas.
Itulah terakhir kalinya ia terlihat hidup.
Tiga hari kemudian, jasad Marsinah ditemukan di hutan. Tubuhnya penuh luka. Disiksa dengan brutal. Otopsi kedua bahkan menunjukkan ada bekas tembakan. Tapi proses hukum yang menyusul justru mengaburkan kebenaran. Pemilik pabrik sempat jadi tersangka, lalu dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Dalang di balik kematiannya tak pernah terungkap.
Sudah tiga dekade berlalu. Tapi suara Marsinah tak pernah benar-benar hilang. Ia selalu disebut dalam setiap peringatan Hari Buruh, dalam setiap tuntutan keadilan yang tak kunjung tuntas.
Kini, saat pemerintah mulai membuka pintu pengakuan, muncul pertanyaan, akankah negara benar-benar mengakui buruh sebagai bagian dari sejarah perjuangannya?
Marsinah mungkin tak memakai seragam militer atau memegang senjata. Tapi keberaniannya untuk berdiri di depan, memperjuangkan yang lemah, adalah bentuk kepahlawanan yang tak kalah penting. Ia dibungkam, tapi tak pernah diam di hati para pekerja.
Mungkin sudah waktunya, satu bingkai kosong di dinding para pahlawan diisi dengan wajah seorang buruh bernama Marsinah
POPULAR
RELATED ARTICLES