Share

Home Stories

Stories 08 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Ilustrasi Microsoft/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2005, Microsoft tengah menikmati kesuksesan lewat Windows dan Office. Namun, kepala arsitek perangkat lunak saat itu, Ray Ozzie, melihat awan gelap di cakrawala. 

Dalam sebuah memo internal yang kini terkenal, Ozzie memperingatkan layanan berbasis web dan perangkat lunak yang didukung iklan akan mengubah cara perusahaan membangun, menyampaikan, dan menghasilkan uang dari inovasi.

Saat itu, Google mulai mengembangkan Google Docs, pesaing daring untuk Office. Ide memindahkan Office ke cloud, sesuatu yang biasa saat ini, masih dianggap radikal dan bahkan kontroversial. 

Tapi CEO Steve Ballmer memilih untuk mengambil risiko. Microsoft mulai memindahkan Office ke cloud dan meluncurkan platform Azure pada 2010.

“Itu keputusan berani, bukan keputusan populer di dalam. Tapi Steve bilang, ‘Saya dukung kamu. Perbaiki masalah ini,’” kata Rajesh Jha, kini EVP Grup Pengalaman dan Perangkat Microsoft seperti dikutip dari The Verge

Langkah-langkah semacam itulah yang menjadi ciri Microsoft sepanjang 50 tahun sejarahnya, yakni tak pernah takut gagal, bahkan ketika kegagalan itu menyakitkan. Dari blunder Windows 8 hingga kejatuhan Zune dan Windows Phone. 

Steven Bathiche, kepala divisi ilmu terapan Microsoft, mengatakan mereka masih bertahan dan memimpin karena Microsoft belajar untuk bereksperimen sebagai jalan menuju sukses dan mau menerima perubahan. 

Ia mengenang sesi eksperimen bersama Bill Gates, di mana ia mempresentasikan berbagai ide gila soal hardware dan software. Beberapa eksperimen itu akhirnya melahirkan komputasi sentuh, Surface, bahkan Xbox yang paling sukses dari Microsoft.

Namun, tidak semua percobaan berbuah manis. Cortana, asisten virtual Microsoft, gagal menyaingi Siri dan Alexa. Tapi teknologi di baliknya yaitu optimasi untuk cip Arm dan komputasi lokal kemudian digunakan di produk seperti Surface Pro X dan fitur-fitur berbasis AI di Windows.

Kini, Microsoft kembali berada di persimpangan penting, era kecerdasan buatan. Di bawah CEO Satya Nadella, Microsoft menjalin kemitraan strategis dengan OpenAI. Investasi awal senilai US$1 miliar pada 2019 disusul dengan suntikan US$10 miliar pada 2023, setelah ChatGPT mencetak rekor sebagai aplikasi dengan pertumbuhan tercepat sepanjang sejarah.

Microsoft melihat AI sebagai lapisan berikutnya dalam evolusi komputasi, setelah software dan internet. “Kami sedang berupaya menciptakan agen cerdas yang dapat bertindak atas nama pengguna,” kata Bathiche. 

Transformasi ini mendorong kebutuhan komputasi yang luar biasa besar. Tim Azure AI terus beradaptasi dengan model-model baru seperti DeepSeek R1. Visi Microsoft, menjadikan Azure sebagai “sistem operasi” untuk setiap agen AI yang bekerja bersama manusia di masa depan.

Melansir The Verge, Ashley Llorens dari Microsoft Research bahkan berbicara tentang agen AI yang berwujud fisik alias robot yang dapat merespons lingkungan di dunia nyata, bukan hanya ruang yang direkayasa secara ketat seperti saat ini.

Satu hal yang konstan dari perjalanan Microsoft; kesiapan berubah, bahkan ketika perubahan itu menyakitkan dan kegagalan tidak membuat Microsoft ciut justru membentuknya menjadi lebih tangguh.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 08 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Ilustrasi Microsoft/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2005, Microsoft tengah menikmati kesuksesan lewat Windows dan Office. Namun, kepala arsitek perangkat lunak saat itu, Ray Ozzie, melihat awan gelap di cakrawala. 

Dalam sebuah memo internal yang kini terkenal, Ozzie memperingatkan layanan berbasis web dan perangkat lunak yang didukung iklan akan mengubah cara perusahaan membangun, menyampaikan, dan menghasilkan uang dari inovasi.

Saat itu, Google mulai mengembangkan Google Docs, pesaing daring untuk Office. Ide memindahkan Office ke cloud, sesuatu yang biasa saat ini, masih dianggap radikal dan bahkan kontroversial. 

Tapi CEO Steve Ballmer memilih untuk mengambil risiko. Microsoft mulai memindahkan Office ke cloud dan meluncurkan platform Azure pada 2010.

“Itu keputusan berani, bukan keputusan populer di dalam. Tapi Steve bilang, ‘Saya dukung kamu. Perbaiki masalah ini,’” kata Rajesh Jha, kini EVP Grup Pengalaman dan Perangkat Microsoft seperti dikutip dari The Verge

Langkah-langkah semacam itulah yang menjadi ciri Microsoft sepanjang 50 tahun sejarahnya, yakni tak pernah takut gagal, bahkan ketika kegagalan itu menyakitkan. Dari blunder Windows 8 hingga kejatuhan Zune dan Windows Phone. 

Steven Bathiche, kepala divisi ilmu terapan Microsoft, mengatakan mereka masih bertahan dan memimpin karena Microsoft belajar untuk bereksperimen sebagai jalan menuju sukses dan mau menerima perubahan. 

Ia mengenang sesi eksperimen bersama Bill Gates, di mana ia mempresentasikan berbagai ide gila soal hardware dan software. Beberapa eksperimen itu akhirnya melahirkan komputasi sentuh, Surface, bahkan Xbox yang paling sukses dari Microsoft.

Namun, tidak semua percobaan berbuah manis. Cortana, asisten virtual Microsoft, gagal menyaingi Siri dan Alexa. Tapi teknologi di baliknya yaitu optimasi untuk cip Arm dan komputasi lokal kemudian digunakan di produk seperti Surface Pro X dan fitur-fitur berbasis AI di Windows.

Kini, Microsoft kembali berada di persimpangan penting, era kecerdasan buatan. Di bawah CEO Satya Nadella, Microsoft menjalin kemitraan strategis dengan OpenAI. Investasi awal senilai US$1 miliar pada 2019 disusul dengan suntikan US$10 miliar pada 2023, setelah ChatGPT mencetak rekor sebagai aplikasi dengan pertumbuhan tercepat sepanjang sejarah.

Microsoft melihat AI sebagai lapisan berikutnya dalam evolusi komputasi, setelah software dan internet. “Kami sedang berupaya menciptakan agen cerdas yang dapat bertindak atas nama pengguna,” kata Bathiche. 

Transformasi ini mendorong kebutuhan komputasi yang luar biasa besar. Tim Azure AI terus beradaptasi dengan model-model baru seperti DeepSeek R1. Visi Microsoft, menjadikan Azure sebagai “sistem operasi” untuk setiap agen AI yang bekerja bersama manusia di masa depan.

Melansir The Verge, Ashley Llorens dari Microsoft Research bahkan berbicara tentang agen AI yang berwujud fisik alias robot yang dapat merespons lingkungan di dunia nyata, bukan hanya ruang yang direkayasa secara ketat seperti saat ini.

Satu hal yang konstan dari perjalanan Microsoft; kesiapan berubah, bahkan ketika perubahan itu menyakitkan dan kegagalan tidak membuat Microsoft ciut justru membentuknya menjadi lebih tangguh.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dominasi Google di Internet Mendapat Tantangan

Kagi mencoba melawan dominasi Google sebagai mesin pencari nomor satu. Mungkinkah berhasil?

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Context.id . 08 April 2025

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Context.id . 07 April 2025

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025