Share

Home Stories

Stories 25 Maret 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Ilustrasi darah buatan/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Kekurangan pasokan darah yang terus menjadi ancaman bagi layanan kesehatan global, membuat ilmuwan berlomba untuk menemukan alternatif, terutama bagi mereka yang memiliki golongan darah langka atau berada di daerah dengan akses terbatas ke donor.

Darah bukan sekadar cairan merah yang mengalir di tubuh manusia. Ia membawa oksigen, mengangkut nutrisi, dan membuang limbah. Namun, setiap tahun, jutaan orang meninggal karena tidak mendapatkan transfusi tepat waktu. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan permintaan akan darah jauh melebihi pasokan, terutama di negara-negara berkembang. Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah darah buatan bisa diciptakan, melainkan kapan ia akan tersedia secara luas.

Para peneliti mengambil dua jalur dalam upaya menciptakan darah buatan: darah sintetis dan darah yang ditumbuhkan di laboratorium.

Darah sintetis, seperti yang dikembangkan oleh militer Amerika Serikat dengan investasi lebih dari US$46 juta, dirancang untuk meniru fungsi darah asli tanpa menggunakan sel manusia. 

Darah universal
Salah satu proyek utamanya adalah ErythroMer, pengganti darah universal yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau di medan perang tanpa memerlukan pencocokan golongan darah.

Sementara itu, pendekatan lain melibatkan rekayasa sel induk untuk menumbuhkan sel darah merah dalam lingkungan laboratorium yang terkendali. 

Prosesnya dimulai dengan sel punca hematopoietik, jenis sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel darah, yang diekstrak dari sumsum tulang atau darah donor. 

Melalui proses yang tepat, sel-sel ini perlahan berkembang menjadi sel darah merah matang, siap digunakan dalam transfusi.

"Jika kita dapat mengedit gen dan menghilangkan penanda golongan darah pada sel darah merah, kita bisa menciptakan darah universal yang cocok untuk siapa saja," kata Profesor Cedric Ghevaert, pakar kedokteran transfusi Universitas Cambridge seperti dikutip dari The Guardian.

Pada 2022, uji klinis pertama di Inggris berhasil mentransfusikan darah yang ditumbuhkan di laboratorium ke manusia. Hasil awal menunjukkan sel darah merah buatan ini dapat bertahan lebih lama dalam tubuh dibandingkan darah donor biasa.

Sementara itu, Jepang melakukan studi terhadap vesikel hemoglobin, partikel darah buatan yang mampu mengangkut oksigen layaknya sel darah merah alami. 

Dalam uji coba terhadap 12 relawan sehat, beberapa peserta mengalami efek samping ringan seperti demam dan ruam, tetapi tidak ada perubahan signifikan pada tekanan darah atau tanda-tanda vital lainnya.

Namun, kendala terbesar saat ini adalah biaya produksi. Pada 2013, satu unit darah yang ditumbuhkan di laboratorium diperkirakan menelan biaya lebih dari US$90.000. Berkat kemajuan teknologi, angka itu kini telah turun menjadi sekitar US$5.000 per unit. 

Namun ini masih jauh lebih mahal dibandingkan darah donor yang rata-rata seharga US$215 per unit di rumah sakit Amerika Serikat.

Solusi bagi darah langka?
Salah satu keunggulan utama darah buatan adalah potensinya untuk mengatasi masalah golongan darah langka. Selain sistem ABO dan Rhesus yang umum dikenal, ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 600 antigen darah yang berbeda. 

Sebagian orang memiliki kombinasi antigen yang sangat langka sehingga hampir mustahil menemukan donor yang cocok. Contohnya adalah Bombay blood, golongan darah langka yang pertama kali ditemukan di India dan hanya dimiliki oleh kurang dari satu dari 10.000 orang di dunia. 

Melalui darah yang ditumbuhkan di laboratorium, ilmuwan berharap dapat memproduksi jenis darah spesifik yang sesuai dengan kebutuhan pasien yang selama ini kesulitan mendapatkan donor yang cocok.

WHO mencatat dari 118,5 juta donasi darah yang dikumpulkan setiap tahun, 40 persennya berasal dari negara-negara kaya yang hanya mencakup 16 persen populasi dunia. 

Sementara itu, di wilayah seperti Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Oseania, kelangkaan darah membuat angka kematian akibat pendarahan jauh lebih tinggi dibandingkan di negara maju.

Namun, kekurangan pasokan darah bukan hanya masalah ketersediaan, melainkan juga akses. Di banyak daerah pedesaan, rumah sakit sering kali kekurangan stok darah karena keterbatasan fasilitas penyimpanan dan distribusi. 

Dalam situasi seperti ini, darah buatan yang stabil tanpa perlu pendinginan dapat menjadi solusi yang menyelamatkan banyak nyawa. Meski masih dalam tahap awal pengembangan, darah buatan membawa harapan baru bagi dunia medis. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 25 Maret 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Ilustrasi darah buatan/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Kekurangan pasokan darah yang terus menjadi ancaman bagi layanan kesehatan global, membuat ilmuwan berlomba untuk menemukan alternatif, terutama bagi mereka yang memiliki golongan darah langka atau berada di daerah dengan akses terbatas ke donor.

Darah bukan sekadar cairan merah yang mengalir di tubuh manusia. Ia membawa oksigen, mengangkut nutrisi, dan membuang limbah. Namun, setiap tahun, jutaan orang meninggal karena tidak mendapatkan transfusi tepat waktu. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan permintaan akan darah jauh melebihi pasokan, terutama di negara-negara berkembang. Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah darah buatan bisa diciptakan, melainkan kapan ia akan tersedia secara luas.

Para peneliti mengambil dua jalur dalam upaya menciptakan darah buatan: darah sintetis dan darah yang ditumbuhkan di laboratorium.

Darah sintetis, seperti yang dikembangkan oleh militer Amerika Serikat dengan investasi lebih dari US$46 juta, dirancang untuk meniru fungsi darah asli tanpa menggunakan sel manusia. 

Darah universal
Salah satu proyek utamanya adalah ErythroMer, pengganti darah universal yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau di medan perang tanpa memerlukan pencocokan golongan darah.

Sementara itu, pendekatan lain melibatkan rekayasa sel induk untuk menumbuhkan sel darah merah dalam lingkungan laboratorium yang terkendali. 

Prosesnya dimulai dengan sel punca hematopoietik, jenis sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel darah, yang diekstrak dari sumsum tulang atau darah donor. 

Melalui proses yang tepat, sel-sel ini perlahan berkembang menjadi sel darah merah matang, siap digunakan dalam transfusi.

"Jika kita dapat mengedit gen dan menghilangkan penanda golongan darah pada sel darah merah, kita bisa menciptakan darah universal yang cocok untuk siapa saja," kata Profesor Cedric Ghevaert, pakar kedokteran transfusi Universitas Cambridge seperti dikutip dari The Guardian.

Pada 2022, uji klinis pertama di Inggris berhasil mentransfusikan darah yang ditumbuhkan di laboratorium ke manusia. Hasil awal menunjukkan sel darah merah buatan ini dapat bertahan lebih lama dalam tubuh dibandingkan darah donor biasa.

Sementara itu, Jepang melakukan studi terhadap vesikel hemoglobin, partikel darah buatan yang mampu mengangkut oksigen layaknya sel darah merah alami. 

Dalam uji coba terhadap 12 relawan sehat, beberapa peserta mengalami efek samping ringan seperti demam dan ruam, tetapi tidak ada perubahan signifikan pada tekanan darah atau tanda-tanda vital lainnya.

Namun, kendala terbesar saat ini adalah biaya produksi. Pada 2013, satu unit darah yang ditumbuhkan di laboratorium diperkirakan menelan biaya lebih dari US$90.000. Berkat kemajuan teknologi, angka itu kini telah turun menjadi sekitar US$5.000 per unit. 

Namun ini masih jauh lebih mahal dibandingkan darah donor yang rata-rata seharga US$215 per unit di rumah sakit Amerika Serikat.

Solusi bagi darah langka?
Salah satu keunggulan utama darah buatan adalah potensinya untuk mengatasi masalah golongan darah langka. Selain sistem ABO dan Rhesus yang umum dikenal, ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 600 antigen darah yang berbeda. 

Sebagian orang memiliki kombinasi antigen yang sangat langka sehingga hampir mustahil menemukan donor yang cocok. Contohnya adalah Bombay blood, golongan darah langka yang pertama kali ditemukan di India dan hanya dimiliki oleh kurang dari satu dari 10.000 orang di dunia. 

Melalui darah yang ditumbuhkan di laboratorium, ilmuwan berharap dapat memproduksi jenis darah spesifik yang sesuai dengan kebutuhan pasien yang selama ini kesulitan mendapatkan donor yang cocok.

WHO mencatat dari 118,5 juta donasi darah yang dikumpulkan setiap tahun, 40 persennya berasal dari negara-negara kaya yang hanya mencakup 16 persen populasi dunia. 

Sementara itu, di wilayah seperti Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Oseania, kelangkaan darah membuat angka kematian akibat pendarahan jauh lebih tinggi dibandingkan di negara maju.

Namun, kekurangan pasokan darah bukan hanya masalah ketersediaan, melainkan juga akses. Di banyak daerah pedesaan, rumah sakit sering kali kekurangan stok darah karena keterbatasan fasilitas penyimpanan dan distribusi. 

Dalam situasi seperti ini, darah buatan yang stabil tanpa perlu pendinginan dapat menjadi solusi yang menyelamatkan banyak nyawa. Meski masih dalam tahap awal pengembangan, darah buatan membawa harapan baru bagi dunia medis. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025