Share

Unfold 11 Desember 2024

Di Balik Runtuhnya Kekuasaan Partai Ba’ath dan Keluarga Assad di Suriah

Pemberontak Suriah berhasil menguasai Damaskus, sekaligus membuat kekuasaan Assad selama puluhan tahun runtuh

Bashar Al Assad/Puspa Larasati-Context

Context.id, JAKARTA - Pada Minggu (8/12) dini hari, pasukan oposisi mendeklarasikan Suriah terbebas dari kekuasaan Presiden Bashar al-Assad saat pasukan oposisi menyerbu ibu kota, Damaskus.

Mantan presiden yang dimaksud dilaporkan meninggalkan Damaskus, tanpa informasi mengenai negara mana yang akan menerimanya.

Runtuhnya kekuasaan keluarga al-Assad yang sudah memerintah lebih dari 53 tahun mengejutkan dunia internasional. 

Momen ini digambarkan sebagai peristiwa bersejarah setelah hampir 14 tahun terjadinya perang saudara berdarah di negara itu. 

Pasalnya, baru seminggu yang lalu, rezim tersebut masih menguasai sebagian besar wilayah negara. Jadi, bagaimana semuanya bisa hancur begitu cepat itu masih menjadi pertanyaan.

Hal yang menjadi sorotan, keberhasilan pemberontak melakukan kudeta terhadap rezim Bashar justru mendapat dukungan dari masyarakat. 

Hal itu terlihat dari ramainya rakyat Suriah yang turun ke jalan-jalan di kota-kota besar seperti Allepo, Damaskus bukan untuk melawan pasukan pemberontak, melainkan menyambutnya. 

Bahkan, rakyat Suriah juga terlihat merobohkan patung Assad dan menurunkan poster-poster bergambar Bashar. 

Jika berbicara tentang keluarga Assad tidak bisa dilepaskan dari Ba’ath, partai yang berkuasa di Suriah sejak 1963 melalui sebuah kudeta gabungan sipil dan militer. 

Partai ini awalnya merupakan sebuah gerakan revitalisasi Arab, yang berfokus pada nasionalisme dan sosialisme Arab

Kekuasaan Assad bermula pada 1970, ketika Hafez al-Assad melakukan kudeta internal partai, hingga akhirnya menjadi pemimpin partai sekaligus Suriah pada 1971

Selama berkuasa rezim ini menggunakan kombinasi represi politik, beraliansi dengan minoritas Alawite dan militer. 

Bahkan konstitusi Suriah mencantumkan Partai Ba’ath sebagai haluan bagi pemimpin negara sekaligus menjadi doktrin masyarakat Suriah yang diajarkan mulai dari sekolah, struktur pemerintahan, hingga militer

Setelah Hafez tidak lagi memimpin, kekuasaannya diturunkan kepada anaknya yakni  Bashar al-Assad yang akhirnya dijatuhkan oleh pemberontak. 

Runtuhnya dinasti Assad sebagai pemimpin negara langsung direspon oleh para diplomat Suriah. Secara serentak, kedubes Suriah di berbagai negara termasuk Indonesia langsung mengganti benderanya menjadi bendera versi pemberontak. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Unfold 11 Desember 2024

Di Balik Runtuhnya Kekuasaan Partai Ba’ath dan Keluarga Assad di Suriah

Pemberontak Suriah berhasil menguasai Damaskus, sekaligus membuat kekuasaan Assad selama puluhan tahun runtuh

Bashar Al Assad/Puspa Larasati-Context

Context.id, JAKARTA - Pada Minggu (8/12) dini hari, pasukan oposisi mendeklarasikan Suriah terbebas dari kekuasaan Presiden Bashar al-Assad saat pasukan oposisi menyerbu ibu kota, Damaskus.

Mantan presiden yang dimaksud dilaporkan meninggalkan Damaskus, tanpa informasi mengenai negara mana yang akan menerimanya.

Runtuhnya kekuasaan keluarga al-Assad yang sudah memerintah lebih dari 53 tahun mengejutkan dunia internasional. 

Momen ini digambarkan sebagai peristiwa bersejarah setelah hampir 14 tahun terjadinya perang saudara berdarah di negara itu. 

Pasalnya, baru seminggu yang lalu, rezim tersebut masih menguasai sebagian besar wilayah negara. Jadi, bagaimana semuanya bisa hancur begitu cepat itu masih menjadi pertanyaan.

Hal yang menjadi sorotan, keberhasilan pemberontak melakukan kudeta terhadap rezim Bashar justru mendapat dukungan dari masyarakat. 

Hal itu terlihat dari ramainya rakyat Suriah yang turun ke jalan-jalan di kota-kota besar seperti Allepo, Damaskus bukan untuk melawan pasukan pemberontak, melainkan menyambutnya. 

Bahkan, rakyat Suriah juga terlihat merobohkan patung Assad dan menurunkan poster-poster bergambar Bashar. 

Jika berbicara tentang keluarga Assad tidak bisa dilepaskan dari Ba’ath, partai yang berkuasa di Suriah sejak 1963 melalui sebuah kudeta gabungan sipil dan militer. 

Partai ini awalnya merupakan sebuah gerakan revitalisasi Arab, yang berfokus pada nasionalisme dan sosialisme Arab

Kekuasaan Assad bermula pada 1970, ketika Hafez al-Assad melakukan kudeta internal partai, hingga akhirnya menjadi pemimpin partai sekaligus Suriah pada 1971

Selama berkuasa rezim ini menggunakan kombinasi represi politik, beraliansi dengan minoritas Alawite dan militer. 

Bahkan konstitusi Suriah mencantumkan Partai Ba’ath sebagai haluan bagi pemimpin negara sekaligus menjadi doktrin masyarakat Suriah yang diajarkan mulai dari sekolah, struktur pemerintahan, hingga militer

Setelah Hafez tidak lagi memimpin, kekuasaannya diturunkan kepada anaknya yakni  Bashar al-Assad yang akhirnya dijatuhkan oleh pemberontak. 

Runtuhnya dinasti Assad sebagai pemimpin negara langsung direspon oleh para diplomat Suriah. Secara serentak, kedubes Suriah di berbagai negara termasuk Indonesia langsung mengganti benderanya menjadi bendera versi pemberontak. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Gus Dur, Presiden Indonesia yang Pernah Dimakzulkan

Pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengingatkan kembali akan peristiwa serupa yang pernah terjadi di Indonesia.

Naufal Jauhar Nazhif . 18 December 2024

Inilah Cara Pemerintah Jepang untuk Atasi Resesi Seks

Pemerintah Metropolitan Tokyo berencana menerapkan sistem kerja empat hari seminggu bagi pegawainya untuk mengatasi masalah resesi seks dan stres ...

Context.id . 17 December 2024

Pemerintah Ingin Kembangkan Bank Emas, Apa Itu?

Layaknya menabung uang di bank, seseorang juga bisa menabungkan emasnya di sebuah lembaga yang disebut sebagai bank emas.

Naufal Jauhar Nazhif . 13 December 2024

Di Balik Runtuhnya Kekuasaan Partai Ba’ath dan Keluarga Assad di Suriah

Pemberontak Suriah berhasil menguasai Damaskus, sekaligus membuat kekuasaan Assad selama puluhan tahun runtuh

Naufal Jauhar Nazhif . 11 December 2024