Share

Stories 25 Oktober 2024

Popularitas Sepeda dan Skuter Listrik Dihadapkan dengan Risiko Keselamatan

Sepeda listrik dan skuter listrik semakin populer di Indonesia, tetapi risiko keselamatan yang tinggi memerlukan kesadaran dan tindakan pencegahan dari pengguna.

Ilustrasi orang terjatuh menggunakan skuter listik/The Joel Bieber Firm

Context.id, JAKARTA - Di era modern ini, sepeda listrik dan skuter listrik telah menjadi pilihan transportasi yang semakin populer.

Di Indonesia, fenomena ini terlihat jelas di jalan-jalan kota saat anak-anak dan ibu-ibu dengan santainya menggunakan kendaraan ini untuk beraktivitas sehari-hari seperti ke sekolah, pasar bahkan sekadar jalan-jalan.  

Dengan efisiensi yang ditawarkan, tidak mengherankan jika banyak orang beralih dari kendaraan konvensional seperti sepeda biasa ke moda transportasi "mikromobilitas" ini. 

Masalahnya, kadang kala penggunaannya tidak pada semestinya. Banyak yang menggunakan skuter listrik dan sepeda listrik di jalan raya besar. 

Padahal dengan lalu lintas yang padat dan trotoar yang tidak selalu aman, tantangan bagi pengguna, terutama bagi yang belum berpengalaman, semakin kompleks.

Akhirnya di balik kepraktisan dan kesenangan tersebut, terdapat kekhawatiran yang semakin mendesak tentang keselamatan pengguna.

Statistik menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda dan skuter listrik. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open, antara 2017 dan 2022, jumlah cedera akibat penggunaan sepeda listrik di selluruh dunia meloncat dari 751 menjadi lebih dari 23.000 per tahun. 

Di sisi lain, cedera akibat skuter listrik meningkat lebih dari 45%, mencapai hampir 57.000 pada tahun 2022. 

Angka-angka ini mencerminkan pertumbuhan dramatis dalam popularitas kendaraan ini, sekaligus menyoroti potensi bahaya yang mengintai.

Sebuah studi terbaru dari Rutgers Policy Lab menambahkan dimensi baru pada perdebatan ini, menunjukkan pengguna skuter listrik lebih mungkin mengalami cedera serius dibandingkan pengguna sepeda listrik dan sepeda konvensional. 

Penelitian tersebut menemukan pengguna skuter listrik cenderung mengalami lebih banyak cedera kepala dan tulang, yang menekankan perlunya perhatian ekstra bagi mereka yang memilih moda transportasi ini.

Menjaga keselamatan saat menggunakan sepeda listrik atau skuter listrik sangat penting, terutama di Indonesia. 

Mengenakan helm adalah hal yang tidak bisa ditawar. Banyak penyewaan kendaraan ini tidak menyediakan helm, sehingga pengendara perlu membawanya sendiri. Latihan sebelum menggunakan kendaraan juga sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang belum terbiasa.

Selain itu, penting untuk mematuhi aturan lalu lintas. Menggunakan jalur sepeda dan menghindari trotoar dapat mengurangi risiko tabrakan dengan pejalan kaki atau kendaraan lain. 

Kecepatan juga harus diperhatikan; meskipun sepeda listrik dapat melaju hingga 30 mil per jam, kecepatan tinggi dapat mengurangi waktu reaksi terhadap rintangan mendadak.

Waspada terhadap lingkungan sekitar juga sangat penting. Pengendara harus memperhatikan lubang jalan, pintu mobil yang terbuka, dan rintangan lainnya. 

Mengenakan pakaian yang memantulkan cahaya saat berkendara di malam hari dapat meningkatkan visibilitas, sementara memberi tahu orang lain tentang kehadiran kita dengan suara bisa mencegah kecelakaan.

Meningkatnya adopsi sepeda listrik dan skuter listrik, penting bagi masyarakat untuk lebih sadar akan risiko yang ada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 25 Oktober 2024

Popularitas Sepeda dan Skuter Listrik Dihadapkan dengan Risiko Keselamatan

Sepeda listrik dan skuter listrik semakin populer di Indonesia, tetapi risiko keselamatan yang tinggi memerlukan kesadaran dan tindakan pencegahan dari pengguna.

Ilustrasi orang terjatuh menggunakan skuter listik/The Joel Bieber Firm

Context.id, JAKARTA - Di era modern ini, sepeda listrik dan skuter listrik telah menjadi pilihan transportasi yang semakin populer.

Di Indonesia, fenomena ini terlihat jelas di jalan-jalan kota saat anak-anak dan ibu-ibu dengan santainya menggunakan kendaraan ini untuk beraktivitas sehari-hari seperti ke sekolah, pasar bahkan sekadar jalan-jalan.  

Dengan efisiensi yang ditawarkan, tidak mengherankan jika banyak orang beralih dari kendaraan konvensional seperti sepeda biasa ke moda transportasi "mikromobilitas" ini. 

Masalahnya, kadang kala penggunaannya tidak pada semestinya. Banyak yang menggunakan skuter listrik dan sepeda listrik di jalan raya besar. 

Padahal dengan lalu lintas yang padat dan trotoar yang tidak selalu aman, tantangan bagi pengguna, terutama bagi yang belum berpengalaman, semakin kompleks.

Akhirnya di balik kepraktisan dan kesenangan tersebut, terdapat kekhawatiran yang semakin mendesak tentang keselamatan pengguna.

Statistik menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda dan skuter listrik. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open, antara 2017 dan 2022, jumlah cedera akibat penggunaan sepeda listrik di selluruh dunia meloncat dari 751 menjadi lebih dari 23.000 per tahun. 

Di sisi lain, cedera akibat skuter listrik meningkat lebih dari 45%, mencapai hampir 57.000 pada tahun 2022. 

Angka-angka ini mencerminkan pertumbuhan dramatis dalam popularitas kendaraan ini, sekaligus menyoroti potensi bahaya yang mengintai.

Sebuah studi terbaru dari Rutgers Policy Lab menambahkan dimensi baru pada perdebatan ini, menunjukkan pengguna skuter listrik lebih mungkin mengalami cedera serius dibandingkan pengguna sepeda listrik dan sepeda konvensional. 

Penelitian tersebut menemukan pengguna skuter listrik cenderung mengalami lebih banyak cedera kepala dan tulang, yang menekankan perlunya perhatian ekstra bagi mereka yang memilih moda transportasi ini.

Menjaga keselamatan saat menggunakan sepeda listrik atau skuter listrik sangat penting, terutama di Indonesia. 

Mengenakan helm adalah hal yang tidak bisa ditawar. Banyak penyewaan kendaraan ini tidak menyediakan helm, sehingga pengendara perlu membawanya sendiri. Latihan sebelum menggunakan kendaraan juga sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang belum terbiasa.

Selain itu, penting untuk mematuhi aturan lalu lintas. Menggunakan jalur sepeda dan menghindari trotoar dapat mengurangi risiko tabrakan dengan pejalan kaki atau kendaraan lain. 

Kecepatan juga harus diperhatikan; meskipun sepeda listrik dapat melaju hingga 30 mil per jam, kecepatan tinggi dapat mengurangi waktu reaksi terhadap rintangan mendadak.

Waspada terhadap lingkungan sekitar juga sangat penting. Pengendara harus memperhatikan lubang jalan, pintu mobil yang terbuka, dan rintangan lainnya. 

Mengenakan pakaian yang memantulkan cahaya saat berkendara di malam hari dapat meningkatkan visibilitas, sementara memberi tahu orang lain tentang kehadiran kita dengan suara bisa mencegah kecelakaan.

Meningkatnya adopsi sepeda listrik dan skuter listrik, penting bagi masyarakat untuk lebih sadar akan risiko yang ada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Curhat Membantu atau Justru Memperburuk Amarah?

Penelitian menunjukkan mengeluh atau curhat malah tidak baik bagi kesehatan mental

Context.id . 08 November 2024

Donald Trump Menang, Harga Bitcoin Melambung

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 disambut positif oleh pasar kripto, dengan harga Bitcoin yang melambung hingga US 75 ribu atau sekitar ...

Context.id . 08 November 2024

Jaga Kesehatan Sopir, Jepang Siapkan Jalan Otomatis untuk Logistik

Jepang merancang jalur transportasi otomatis antara Tokyo dan Osaka untuk mengantisipasi krisis pengemudi truk serta lonjakan kebutuhan logistik.

Context.id . 07 November 2024

Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan Mengubah Metode Perawatan Kanker

Teknologi AI merevolusi deteksi, diagnosis, dan perawatan kanker dengan meningkatkan akurasi dan kecepatan, namun perlu kehati-hatian dan keputusa ...

Context.id . 06 November 2024