Sudah Era EV, Kenapa Harga Litium Malah Anjlok?
Di tengah maraknya tren mobil listrik dunia mengapa litium yang menjadi material penting malah turun harganya?
Context.id, JAKARTA - Logam perak lunak ini sempat dijuluki emas putih. Bukan hanya karena warnanya putih, tapi karena logam ini sangat bermanfaat bahkan jadi salah satu unsur penting komponen baterai kendaraan listrik atau EV.
Ya, litium ini jadi materian penting untuk ponsel dan mobil listrik. Masalahnya, sejak Maret 2023, harga litium anjlok hingga lebih dari 80 persen. Padahal, pada November 2022 lalu, Litium pernah mencapai US$81.360 per ton.
Di September ini 2024 saja, harga litium karbonat dan litium hidroksida turun di bawah US$11.000 per ton. Ini level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Untuk membendung penurunan harga yang tajam, pabrik litium di Cina menghentikan setengah produksinya.
Sementara Volkswagen mengumumkan penutupan pabrik kendaraan listrik Audinya di Brussel, Belgia. Kenapa hal ini bisa terjadi di tengah maraknya tren mobil listrik di dunia? Dan, apakah litium akan booming lagi?
BACA JUGA
Masalahnya, tren mobil listrik lagi booming di negara-negara Asia. Tapi di Eropa, China dan Amerika Serikat industri EV sedang mengalami perlambatan.
Bahkan produsen mobil ternama kayak Ford Motor, General Motors (GM), hingga Mercedes-Benz memutuskan untuk mengurangi produksi mobil listriknya.
Selain karena semakin banyaknya pilihan mobil, saat ini pasar EV juga melekat dengan konflik geopolitik. Misalnya, Amerika Serikat menerapkan tarif border tax sebesar 100% untuk EV buatan China, begitu juga dengan Uni Eropa.
Belum lagi di China itu sendiri, adanya penghapusan subsidi kendaraan listrik membuat penjualan EV terus melemah.
Jadi di satu sisi itium diproduksi secara masif, tapi di sisi lain permintaannya malah melambat. Hal ini membuat pasokan litium oversupply, dan membuat harganya anjlok!
RELATED ARTICLES
Sudah Era EV, Kenapa Harga Litium Malah Anjlok?
Di tengah maraknya tren mobil listrik dunia mengapa litium yang menjadi material penting malah turun harganya?
Context.id, JAKARTA - Logam perak lunak ini sempat dijuluki emas putih. Bukan hanya karena warnanya putih, tapi karena logam ini sangat bermanfaat bahkan jadi salah satu unsur penting komponen baterai kendaraan listrik atau EV.
Ya, litium ini jadi materian penting untuk ponsel dan mobil listrik. Masalahnya, sejak Maret 2023, harga litium anjlok hingga lebih dari 80 persen. Padahal, pada November 2022 lalu, Litium pernah mencapai US$81.360 per ton.
Di September ini 2024 saja, harga litium karbonat dan litium hidroksida turun di bawah US$11.000 per ton. Ini level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Untuk membendung penurunan harga yang tajam, pabrik litium di Cina menghentikan setengah produksinya.
Sementara Volkswagen mengumumkan penutupan pabrik kendaraan listrik Audinya di Brussel, Belgia. Kenapa hal ini bisa terjadi di tengah maraknya tren mobil listrik di dunia? Dan, apakah litium akan booming lagi?
BACA JUGA
Masalahnya, tren mobil listrik lagi booming di negara-negara Asia. Tapi di Eropa, China dan Amerika Serikat industri EV sedang mengalami perlambatan.
Bahkan produsen mobil ternama kayak Ford Motor, General Motors (GM), hingga Mercedes-Benz memutuskan untuk mengurangi produksi mobil listriknya.
Selain karena semakin banyaknya pilihan mobil, saat ini pasar EV juga melekat dengan konflik geopolitik. Misalnya, Amerika Serikat menerapkan tarif border tax sebesar 100% untuk EV buatan China, begitu juga dengan Uni Eropa.
Belum lagi di China itu sendiri, adanya penghapusan subsidi kendaraan listrik membuat penjualan EV terus melemah.
Jadi di satu sisi itium diproduksi secara masif, tapi di sisi lain permintaannya malah melambat. Hal ini membuat pasokan litium oversupply, dan membuat harganya anjlok!
POPULAR
RELATED ARTICLES