Bumi Lebih Bersih dengan REC dari PLN, Apa Itu?
Sadar nggak, kalau Indonesia makin lama makin panas? Salah satu penyebabnya karena penggunaan energi fosil yang menciptakan produk di sekitar kita.
Context.id, JAKARTA - Sejak revolusi industri, sebagian besar energi global yang digunakan untuk pengoperasian industri, listrik, hingga kendaraan, dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Namun, ternyata ini menimbulkan dampak serius bagi iklim dunia dan kesehatan manusia.
Selain itu, laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa hal ini akan berdampak pada peningkatan potensi bencana.
Banyak negara telah membuat kebijakan agar industri mau berekspansi ke energi ramah lingkungan. Contohnya, Uni Eropa telah menerapkan carbon board adjustment mechanism, jadi barang-barang yang masuk ke Uni Eropa akan dikenakan biaya tambahan jika proses produksinya mengandung emisi.
Hal ini pun juga didukung oleh konsumen pasarnya sendiri. Menurut studi dari Nielsen, 81 persen responden global setuju bahwa perusahaan global harus membantu memperbaiki lingkungan.
Tak heran, sudah lebih dari 240 perusahaan multinasional telah berkomitmen untuk menggunakan sumber energi terbarukan untuk memfasilitasi rantai pasok mereka, dan di antaranya ada juga perusahaan Indonesia. Adapun, perusahaan tersebut dapat membuktikan
bahwa listrik yang digunakan merupakan listrik EBT dengan menggunakan REC (renewable energy certificate).
REC ini dapat diterbitkan oleh pemerintah, otoritas kelistrikan, organisasi nirlaba (NGO), dan asosiasi dagang. Namun, untuk di Indonesia sendiri, REC diterbitkan oleh PLN.
Uniknya, makin hari, REC bukan hanya sekadar sertifikat sebagai bukti penggunaan energi baru terbarukan bagi industri. Sebab, REC bisa jadi nilai tambah tersendiri bagi perusahaan, sebab perusahaan tersebut dinilai benar-benar mau berkontribusi pada lingkungan yang lebih baik.
RELATED ARTICLES
Bumi Lebih Bersih dengan REC dari PLN, Apa Itu?
Sadar nggak, kalau Indonesia makin lama makin panas? Salah satu penyebabnya karena penggunaan energi fosil yang menciptakan produk di sekitar kita.
Context.id, JAKARTA - Sejak revolusi industri, sebagian besar energi global yang digunakan untuk pengoperasian industri, listrik, hingga kendaraan, dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Namun, ternyata ini menimbulkan dampak serius bagi iklim dunia dan kesehatan manusia.
Selain itu, laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa hal ini akan berdampak pada peningkatan potensi bencana.
Banyak negara telah membuat kebijakan agar industri mau berekspansi ke energi ramah lingkungan. Contohnya, Uni Eropa telah menerapkan carbon board adjustment mechanism, jadi barang-barang yang masuk ke Uni Eropa akan dikenakan biaya tambahan jika proses produksinya mengandung emisi.
Hal ini pun juga didukung oleh konsumen pasarnya sendiri. Menurut studi dari Nielsen, 81 persen responden global setuju bahwa perusahaan global harus membantu memperbaiki lingkungan.
Tak heran, sudah lebih dari 240 perusahaan multinasional telah berkomitmen untuk menggunakan sumber energi terbarukan untuk memfasilitasi rantai pasok mereka, dan di antaranya ada juga perusahaan Indonesia. Adapun, perusahaan tersebut dapat membuktikan
bahwa listrik yang digunakan merupakan listrik EBT dengan menggunakan REC (renewable energy certificate).
REC ini dapat diterbitkan oleh pemerintah, otoritas kelistrikan, organisasi nirlaba (NGO), dan asosiasi dagang. Namun, untuk di Indonesia sendiri, REC diterbitkan oleh PLN.
Uniknya, makin hari, REC bukan hanya sekadar sertifikat sebagai bukti penggunaan energi baru terbarukan bagi industri. Sebab, REC bisa jadi nilai tambah tersendiri bagi perusahaan, sebab perusahaan tersebut dinilai benar-benar mau berkontribusi pada lingkungan yang lebih baik.
POPULAR
RELATED ARTICLES