Share

Home Originals

Originals 20 Oktober 2023

Mekanisme Perdagangan Karbon Itu Seperti Apa Sih?

Berdirinya lembaga perdagangan karbon menasbihkan Indonesia sebagai salah satu pionir yang memiliki komitmen mengurangi emisi rumah kaca

Context.id, J AKARTA - Pemerintah Indonesia telah resmi memiliki bursa karbon. Berdirinya lembaga perdagangan karbon dengan nama bursa karbon Inonesia ini menasbihkan negara ini sebagai salah satu pionir yang memiliki komitmen mengurangi emisi rumah kaca.

Dalam konteks lingkungan, tingginya kandungan karbon atau Co2 yang dilepaskan ke udara pada akhirnya akan menjadi gas emisi yang merusak lingkungan. Gas emisi ini merusak lapisan ozon dan menjadi kontributor terbesar dalam perubahan iklim global.

Tingginya laju produksi karbon dipicu pertumbuhan industri yang menggunakan bahan bakar fosil dan juga aktivitas manusia seperti deforestasi, konsumsi listrik dan asap dari BBM transportasi serta aktivitas lainnya.

Padahal, kawasan hutan atau lahan hijau yang mampu menyerap emisi karbon semakin hilang karena tergantikan oleh permukiman, kawasan industri dan perkantoran.

Jadi, perdagangan karbon adalah mekanisme jual beli unit karbon. Perdagangan ini dilakukan oleh entitas bisnis yang menghasilkan emisi karbon dengan entitas lain yang menjalankan bisnis ramah lingkungan.

Perdagangan karbon dijalankan melalui bursa karbon sesuai izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjuk Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai penyelenggara bursa karbon. Lantas bagaimana mekanisme perdagangannya? Simak di youtube Context ID ya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 20 Oktober 2023

Mekanisme Perdagangan Karbon Itu Seperti Apa Sih?

Berdirinya lembaga perdagangan karbon menasbihkan Indonesia sebagai salah satu pionir yang memiliki komitmen mengurangi emisi rumah kaca

Context.id, J AKARTA - Pemerintah Indonesia telah resmi memiliki bursa karbon. Berdirinya lembaga perdagangan karbon dengan nama bursa karbon Inonesia ini menasbihkan negara ini sebagai salah satu pionir yang memiliki komitmen mengurangi emisi rumah kaca.

Dalam konteks lingkungan, tingginya kandungan karbon atau Co2 yang dilepaskan ke udara pada akhirnya akan menjadi gas emisi yang merusak lingkungan. Gas emisi ini merusak lapisan ozon dan menjadi kontributor terbesar dalam perubahan iklim global.

Tingginya laju produksi karbon dipicu pertumbuhan industri yang menggunakan bahan bakar fosil dan juga aktivitas manusia seperti deforestasi, konsumsi listrik dan asap dari BBM transportasi serta aktivitas lainnya.

Padahal, kawasan hutan atau lahan hijau yang mampu menyerap emisi karbon semakin hilang karena tergantikan oleh permukiman, kawasan industri dan perkantoran.

Jadi, perdagangan karbon adalah mekanisme jual beli unit karbon. Perdagangan ini dilakukan oleh entitas bisnis yang menghasilkan emisi karbon dengan entitas lain yang menjalankan bisnis ramah lingkungan.

Perdagangan karbon dijalankan melalui bursa karbon sesuai izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjuk Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai penyelenggara bursa karbon. Lantas bagaimana mekanisme perdagangannya? Simak di youtube Context ID ya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Mengapa Harga Emas Naik-Turun Seperti Rollercoaster? Ini Sejarahnya

Dalam dunia yang makin tak menentu dari perang dagang hingga ketegangan geopolitik emas kembali menjadi primadona.

Naufal Jauhar Nazhif . 30 April 2025

Salib: Dari Alat Hukuman Brutal Menjadi Simbol Iman

Salib tidak lagi dibaca sebagai instrumen hukuman, melainkan lambang kasih ilahi.

Naufal Jauhar Nazhif . 29 April 2025

Emas Diburu dan Harganya Melambung, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Seperti banyak fenomena dalam pasar keuangan, emas bergerak mengikuti kekuatan klasik: ketakutan, ketidakpastian dan tentu saja, logika ekonomi dasar.

Naufal Jauhar Nazhif . 28 April 2025

Jumbo, Saat Film Animasi Indonesia Mencetak Sejarah di Layar Lebar

Di tengah dominasi horor dan drama cinta rumit, sebuah film animasi lokal mencuri perhatian dan pecahkan rekor

Renita Sukma . 25 April 2025