Pembalap Formula E: Indonesia Asyik, Tapi Sangat Panas
Balapan di Indonesia asyik, tapi sangat melelahkan bagi pembalap Formula E. Kenapa?
Context.id, JAKARTA - Suhu panas Jakarta menjadi tantangan utama bagi mayoritas pembalap Formula E kala berlaga di Indonesia, namun juga sekaligus peluang untuk mencetak poin sebanyak-banyaknya.
Seperti diketahui, ajang balap mobil listrik dunia ini kembali ke Jakarta dengan nama resmi 2023 Gulavit Jakarta E-Prix. Kali ini, terdapat format dua balapan utama (double header) yang akan digelar pada Sabtu (2/6/2023) sore dan Minggu (4/6/2023) sore.
Pembalap tim Jaguar TCS Racing Mitch Evans yang sekaligus pemenang Jakarta E-Prix tahun lalu menyebutkan kendati alur Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) sangat pas buat gaya balapnya, tapi tahun ini akan lebih sulit untuk menang lagi.
"Saya punya kenangan baik ketika kembali ke sini. Bukan hanya karena performa tahun lalu, tapi juga karena karena saya pernah berkolaborasi dengan tim balap Indonesia. Jadi kemenangan ganda akan sangat menyenangkan, tapi dengan kondisi saat ini, sepertinya tidak mudah," ujarnya dalam bincang-bincang bersama awak media dan Jakpro, dikutip Sabtu (2/6/2023).
Pria asal Selandia Baru yang pernah balap bersama Pertamina di ajang GP2 ini menyebut perbedaan mendasar tahun ini dengan 2022 adalah mobil Formula E Gen3 yang lebih cepat dan semakin kompetitif di antara pembalap.
Selain itu, suhu panas Jakarta akan berpengaruh besar terhadap performa mobil, ban menjadi lebih cepat habis, serta menguji ketahanan fisik pembalap. Oleh sebab itu, keberadaan format double header pun membuat balapan di Indonesia semakin menantang.
"Tahun lalu, temperatur di sini membuat saya sangat kelelahan setelah balapan. Jadi bisa dibayangkan, kali ini kami harus kembali lagi esok harinya untuk balapan double header. Sungguh tidak akan mudah. Harus mempersiapkan tubuh lebih baik, memastikan tidak dehidrasi, dan harus istirahat cukup," tambahnya.
Senada, pembalap NIO 333 Racing Dan Ticktum mengatakan sangat mengasyikkan kembali ke Indonesia karena antusiasme penonton yang begitu tinggi, di samping orang-orang Indonesia secara umum memang sangat ramah.
"Jujur, Jakarta salah satu favorit saya pada tahun lalu, karena sirkuit jalanan di sini punya alur serasa sirkuit konvensional. Sayangnya tahun lalu saya kurang beruntung saat babak kualifikasi, jadi kali ini saya akan coba ke depan, apalagi ada kesempatan double header," jelas Dan.
Direktur Paddock dan Logistik Formula E Barry Mortimer mengungkapkan suhu panas Ibu Kota telah menjadi sorotan para pembalap sejak pertama kali datang untuk berlaga di Jakarta E-Prix tahun lalu.
"Bahkan, ada yang sampai bawa kolam renang mini, berendam air es, juga memakai rompi pendingin, supaya kondisi terjaga," ujarnya kepada awak media, Rabu (31/5/2023).
Barry menjelaskan secara teknis, kondisi suhu panas Jakarta bukan hanya menantang bagi pembalap, tapi juga menjadi tantangan bagi para kru tim teknis. Pasalnya, suhu juga mempenguhi kinerja baterai dan berpengaruh terhadap penurunan kapasitasnya selama menyelesaikan balapan.
Sebagai informasi, dalam Formula E, setiap pembalap harus memastikan baterainya cukup sampai garis finis. Strategi manajemen baterai biasanya terbagi dua, yakni menggenjot performa mesin sejak awal-awal putaran, atau memilih lebih sabar untuk menggenjot performa mesin pada beberapa putaran akhir balapan.
Di sisi lain, apabila sirkuit memiliki temperatur di atas rata-rata seperti di Jakarta, menggenjot performa pada putaran mesin di akhir balapan terbilang lebih berisiko. Pasalnya, pembalap akan lebih rawan tergelincir karena kondisi ban sudah hampir habis.
"Jadi manajemen temperatur baterai dan ban menjadi kunci pada balapan di Jakarta. Faktor ketidakpastian sangat tinggi. Strategi pun berperan penting, sehingga tak heran banyak pembalap sangat suka tantangan balapan di sini," tambah Barry.
RELATED ARTICLES
Pembalap Formula E: Indonesia Asyik, Tapi Sangat Panas
Balapan di Indonesia asyik, tapi sangat melelahkan bagi pembalap Formula E. Kenapa?
Context.id, JAKARTA - Suhu panas Jakarta menjadi tantangan utama bagi mayoritas pembalap Formula E kala berlaga di Indonesia, namun juga sekaligus peluang untuk mencetak poin sebanyak-banyaknya.
Seperti diketahui, ajang balap mobil listrik dunia ini kembali ke Jakarta dengan nama resmi 2023 Gulavit Jakarta E-Prix. Kali ini, terdapat format dua balapan utama (double header) yang akan digelar pada Sabtu (2/6/2023) sore dan Minggu (4/6/2023) sore.
Pembalap tim Jaguar TCS Racing Mitch Evans yang sekaligus pemenang Jakarta E-Prix tahun lalu menyebutkan kendati alur Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) sangat pas buat gaya balapnya, tapi tahun ini akan lebih sulit untuk menang lagi.
"Saya punya kenangan baik ketika kembali ke sini. Bukan hanya karena performa tahun lalu, tapi juga karena karena saya pernah berkolaborasi dengan tim balap Indonesia. Jadi kemenangan ganda akan sangat menyenangkan, tapi dengan kondisi saat ini, sepertinya tidak mudah," ujarnya dalam bincang-bincang bersama awak media dan Jakpro, dikutip Sabtu (2/6/2023).
Pria asal Selandia Baru yang pernah balap bersama Pertamina di ajang GP2 ini menyebut perbedaan mendasar tahun ini dengan 2022 adalah mobil Formula E Gen3 yang lebih cepat dan semakin kompetitif di antara pembalap.
Selain itu, suhu panas Jakarta akan berpengaruh besar terhadap performa mobil, ban menjadi lebih cepat habis, serta menguji ketahanan fisik pembalap. Oleh sebab itu, keberadaan format double header pun membuat balapan di Indonesia semakin menantang.
"Tahun lalu, temperatur di sini membuat saya sangat kelelahan setelah balapan. Jadi bisa dibayangkan, kali ini kami harus kembali lagi esok harinya untuk balapan double header. Sungguh tidak akan mudah. Harus mempersiapkan tubuh lebih baik, memastikan tidak dehidrasi, dan harus istirahat cukup," tambahnya.
Senada, pembalap NIO 333 Racing Dan Ticktum mengatakan sangat mengasyikkan kembali ke Indonesia karena antusiasme penonton yang begitu tinggi, di samping orang-orang Indonesia secara umum memang sangat ramah.
"Jujur, Jakarta salah satu favorit saya pada tahun lalu, karena sirkuit jalanan di sini punya alur serasa sirkuit konvensional. Sayangnya tahun lalu saya kurang beruntung saat babak kualifikasi, jadi kali ini saya akan coba ke depan, apalagi ada kesempatan double header," jelas Dan.
Direktur Paddock dan Logistik Formula E Barry Mortimer mengungkapkan suhu panas Ibu Kota telah menjadi sorotan para pembalap sejak pertama kali datang untuk berlaga di Jakarta E-Prix tahun lalu.
"Bahkan, ada yang sampai bawa kolam renang mini, berendam air es, juga memakai rompi pendingin, supaya kondisi terjaga," ujarnya kepada awak media, Rabu (31/5/2023).
Barry menjelaskan secara teknis, kondisi suhu panas Jakarta bukan hanya menantang bagi pembalap, tapi juga menjadi tantangan bagi para kru tim teknis. Pasalnya, suhu juga mempenguhi kinerja baterai dan berpengaruh terhadap penurunan kapasitasnya selama menyelesaikan balapan.
Sebagai informasi, dalam Formula E, setiap pembalap harus memastikan baterainya cukup sampai garis finis. Strategi manajemen baterai biasanya terbagi dua, yakni menggenjot performa mesin sejak awal-awal putaran, atau memilih lebih sabar untuk menggenjot performa mesin pada beberapa putaran akhir balapan.
Di sisi lain, apabila sirkuit memiliki temperatur di atas rata-rata seperti di Jakarta, menggenjot performa pada putaran mesin di akhir balapan terbilang lebih berisiko. Pasalnya, pembalap akan lebih rawan tergelincir karena kondisi ban sudah hampir habis.
"Jadi manajemen temperatur baterai dan ban menjadi kunci pada balapan di Jakarta. Faktor ketidakpastian sangat tinggi. Strategi pun berperan penting, sehingga tak heran banyak pembalap sangat suka tantangan balapan di sini," tambah Barry.
POPULAR
RELATED ARTICLES