Stories - 22 April 2022

Rumah Kandang, Bukti Kemiskinan Hong Kong

Sukses menjadi 10 besar kota termahal di dunia, Hong Kong juga nomor satu dalam peringkat keterjangkauan hunian terburuk.

Context.id, JAKARTA - Hong Kong dikenal dengan gemerlap kotanya. Daerah administratif special RRT ini juga menjuarai banyak peringkat global.

Sukses menjadi 10 besar kota termahal di dunia, jumlah miliarder terbanyak ketiga di dunia, bahkan sempat menjadi kota dengan tingkat kebebasan ekonomi tertinggi selama 25 tahun.


Keren ya?

Iya sih, tapi ada yang perlu kamu tahu nih. Hong Kong juga nomor satu lho dalam peringkat keterjangkauan hunian terburuk.

Menurut penelitian dari Global Commercial Real Estate Service (CBRE) pada 2020, harga rata-rata properti di Hong Kong sekitar Rp18 miliar dan sewa bulannya mencapai Rp38 juta. Padahal, upah minimum Hong Kong hanya sekitar Rp69.000 per jam dan kalau dijumlahkan hanya sekitar Rp12 juta per bulan.

Apa dengan gaji segitu cukup untuk membeli rumah? Hmm entahlah.
Pekerja terampil dengan gaji di atas rata-rata saja harus menabung hingga 21 tahun untuk membeli apartemen sederhana.

Wajar kalau masyarakat Hong Kong berpenghasilan rendah ditemukan tinggal di hunian sempit. Parahnya, hunian sempit itu bukan ditempati sendirian. Tapi sharing hunian dengan yang lainnya.

Banyak sebutan untuk hunian ini. Tapi yang paling terkenal adalah cage homes atau rumah kandang.

Sebagai gambaran, ada ruangan kosong seluas 37 meter persegi. Lalu ruangan itu dikasih sekat 2x1 meter dan ada dua tingkat. Di dalam ruangan itu juga terdapat toilet, lorong antar sekat, dan dapur. Voila, jadilah rumah untuk 12 orang. Ajaib bukan?

Gak heran kan, kenapa dinamakan rumah kandang?

Parahnya, biaya sewa untuk rumah kandang ini gak murah seperti yang dibayangkan. Satu kavlingnya dibanderol mulai dari Rp2,4 juta sampai Rp4,4 juta per bulan.

Mungkin karena itu pula, berdasarkan Poverty Situation Report (2020), hampir satu dari lima warga Hong Kong hidup dalam kemiskinan dengan angka 1.65 juta orang. Angka inipun menjadi angka tertinggi selama 12 tahun terakhir.

Hmm.. Lagi-lagi masyarakat miskinlah yang paling terasa dampaknya. Padahal jumlah miliarder Hong Kong tertinggi ketiga di dunia lho.

Emangnya di Hong Kong gak ada subsidi silang antara si kaya dan si miskin ya?

 

 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024