Aksi Kamisan dan 17 Tahun Konsisten Menuntut Penguasa
Selama 17 tahun mereka menggelar aksi tapi karena penguasa sengaja menutup mata
Context.id, JAKARTA- Ratusan orang menghadiri Aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, Kamis (18/1/2024).
Selain karena genap berusia 17 tahun, aksi Kamisan kali ini juga menjadi sorotan lantaran akun twitter resmi gerkan tersebut @AksiKamisan tidak bisa diakses.
Berbagai elemen mulai dari buruh, mahasiswa termasuk jurnalis turut terlibat dalam aksi kali ini.
Adapun aksi ini dipelopori oleh Katarina Sumarsih dan Suciwati, serta Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK).
Sumarsih merupakan ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan atau Wawan yang meninggal usai ditembak aparat saat Tragedi Semanggi I pada 13 November 1998.
Sementara Suciwati adalah istri Munir Said Thalib, seorang pejuang HAM yang dibunuh dalam penerbangan menuju Belanda.
Dalam orasinya, Suciwati mengatakan bahwa aksi tersebut mereka gelar setiap pekan, dan bukan ajang hajatan lima tahun sekali.
Selama 17 tahun mereka menggelar aksi tapi karena penguasa sengaja menutup mata, maka berbagai persoalan yang disorot tidak teresesaikan hingga saat ini.
Adapun peserta Aksi Kamisan yang datang adalah keluarga korban pelanggaran HAM, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Selama 17 tahun menggelar aksi di depan Istana Merdeka, para peserta pernah diundang masuk ke istana sebanyak satu kali. Peristiwa itu terjadi pada 31 Mei 2018 atau 11 tahun setelah aksi Kamisan digelar.
Dalam kesempatan itu, sejumlah orang membawa foto korban pelanggaran HAM berat dan poster yang berisi daftar pelanggaran HAM.
Salah satu keluarga korban, Maria Katarina Sumarsih, berharap Presiden Joko Widodo menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu.
"Dan menghapus impunitas dengan menugaskan Jaksa Agung untuk menindaklanjuti berkas penyelidikan Komnas HAM," kata ibu dari salah satu korban tragedi Semanggi I itu sebelum masuk ke Istana Kepresidenan.
Sumarsih mengatakan, Aksi Kamisan sudah memiliki 540 lebih surat yang pernah ditujukan kepada Presiden. Isi surat tersebut bermacam-macam, yakni kumpulan puisi, kritik, tuntutan, dan lainnya.
Aksi Kamisan yang diselenggarakan di depan Istana Negara ini terinspirasi dari aksi damai sekelompok ibu di pusat kota Buenos Aires, Argentina yang tergabung dalam Asociacion Madres de Plaza de Mayo.
Di sana, mereka menuntut tanggung jawab negara atas pembunuhan dan penghilangan paksa anak-anak oleh Junta Militer Argentina pada 1977.
RELATED ARTICLES
Aksi Kamisan dan 17 Tahun Konsisten Menuntut Penguasa
Selama 17 tahun mereka menggelar aksi tapi karena penguasa sengaja menutup mata
Context.id, JAKARTA- Ratusan orang menghadiri Aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, Kamis (18/1/2024).
Selain karena genap berusia 17 tahun, aksi Kamisan kali ini juga menjadi sorotan lantaran akun twitter resmi gerkan tersebut @AksiKamisan tidak bisa diakses.
Berbagai elemen mulai dari buruh, mahasiswa termasuk jurnalis turut terlibat dalam aksi kali ini.
Adapun aksi ini dipelopori oleh Katarina Sumarsih dan Suciwati, serta Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK).
Sumarsih merupakan ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan atau Wawan yang meninggal usai ditembak aparat saat Tragedi Semanggi I pada 13 November 1998.
Sementara Suciwati adalah istri Munir Said Thalib, seorang pejuang HAM yang dibunuh dalam penerbangan menuju Belanda.
Dalam orasinya, Suciwati mengatakan bahwa aksi tersebut mereka gelar setiap pekan, dan bukan ajang hajatan lima tahun sekali.
Selama 17 tahun mereka menggelar aksi tapi karena penguasa sengaja menutup mata, maka berbagai persoalan yang disorot tidak teresesaikan hingga saat ini.
Adapun peserta Aksi Kamisan yang datang adalah keluarga korban pelanggaran HAM, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Selama 17 tahun menggelar aksi di depan Istana Merdeka, para peserta pernah diundang masuk ke istana sebanyak satu kali. Peristiwa itu terjadi pada 31 Mei 2018 atau 11 tahun setelah aksi Kamisan digelar.
Dalam kesempatan itu, sejumlah orang membawa foto korban pelanggaran HAM berat dan poster yang berisi daftar pelanggaran HAM.
Salah satu keluarga korban, Maria Katarina Sumarsih, berharap Presiden Joko Widodo menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu.
"Dan menghapus impunitas dengan menugaskan Jaksa Agung untuk menindaklanjuti berkas penyelidikan Komnas HAM," kata ibu dari salah satu korban tragedi Semanggi I itu sebelum masuk ke Istana Kepresidenan.
Sumarsih mengatakan, Aksi Kamisan sudah memiliki 540 lebih surat yang pernah ditujukan kepada Presiden. Isi surat tersebut bermacam-macam, yakni kumpulan puisi, kritik, tuntutan, dan lainnya.
Aksi Kamisan yang diselenggarakan di depan Istana Negara ini terinspirasi dari aksi damai sekelompok ibu di pusat kota Buenos Aires, Argentina yang tergabung dalam Asociacion Madres de Plaza de Mayo.
Di sana, mereka menuntut tanggung jawab negara atas pembunuhan dan penghilangan paksa anak-anak oleh Junta Militer Argentina pada 1977.
POPULAR
RELATED ARTICLES